Prolog

2.8K 185 16
                                    

"Mom" Panggil seorang lelaki tampan.

"Taeyong ingat pesan dad" Peringat laki laki tua itu.

"Terserah apa kata dad, aku ga bakal nyesel" Taeyong menatap Chanyeol.

"Ada apa ini Yeol?" Tanya Baekhyun yang baru saja bergabung di antara anak dan suaminya.

"Tanyakan saja pada anakmu" Chanyeol pergi ke ruang kerjanya.

"Ada apa Taeyong?" Taeyong tersenyum kepada Baekhyun.

"Ga ada apa apa mom" Taeyong memeluk Baekhyun dari belakang.

"Lihat saja aku tidak akan menyesal dengan keputusan ku" Baekhyun menatap anaknya aneh.

"Tae?" Taeyong menggeleng lalu meninggalkan orangtuanya disana.

Ia menelefon seseorang seraya berjalan ke arah pintu keluar.

"Hubungi pengacara, aku akan segera mengurus surat perceraian ku" Ucapnya pada sekertarisnya, Taeil.

"Taeil apa kau dengar?" Terdengar Taeil menghela nafasnya dari seberang sana.

Taeyong pun mematikan sambungannya setelah mendapat jawaban dari sekertaris sekaligus sahabatnya.

Selanjutnya Taeyong mengetikkan nama istri, ah ralat calon mantan istrinya dan menelefonnya.

"Halo Ten, sampai ketemu di persidangan" Taeyong memutuskan panggilan setelah mengucapkan kalimat itu.

Ten tentu saja terkejut dengan berita tak sedap yang baru saja di sampaikan oleh orang yang ia sayangi. Apa yang ia lakukan sampai Taeyong meninggalkannya pun ia tak mengerti.

"Hei, kita bisa hidup sendiri bukan? Maaf mommy ga bisa kasih yang terbaik untuk mu. Maaf bahkan daddy mu belum tau keberadaan mu. Mommy tak bisa memberitahunya, cukup dia yang pergi. Mommy tak akan membiarkannya mengambil dirimu dari mommy" Ia mengelus perutnya yang masih rata.

"Yuta bisa kau urus pengadilan ku nanti?" Tanyanya kepada sahabatnya melalui ponsel.

"Terimakasih Yut, aku percaya padamu" Ia mengambil koper lalu mengemas barang barang miliknya.

Ia segera berjalan ke arah pintu keluar dengan langkah yang berat.

"Good bye" Ia melambaikan tangan kepada rumah yang akan ia tinggal.

Ten menaiki mobilnya lalu melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata rata. Ia menangis histeris di dalam sana.

"Bukan kah ini yang kau mau Tae? Tapi terimakasih untuk selama ini. Aku tak akan melupakan jasamu, tapi maaf aku harus tetap hidup demi anak yang ada di kandunganku, setidaknya sampai ia lahir" Ten menghapus jejak airmatanya.

"Ingat nak jangan jadi orang seperti daddy mu okay, jangan sampai ada orang lain yang merasakan apa yang mommy rasakan"

Setelah beberapa waktu ia berkendara, ia tiba di rumah sahabat yang selalu siap untuk dirinya.

"Winwin" Ten berhamburan memeluk sahabatnya itu.

"Masuk lah Ten" Winwin menggiring sahabatnya untuk masuk ke rumahnya.

"Terimakasih Winwin" Ten menunjukkan senyum manisnya. Senyum manis tetapi mengisyaratkan kepedihan di dalamnya.

"Kau bisa tinggal di kamar itu sampai kau sudah siap" Winwin menunjuk kamar yang berada di belakang mereka.

"Terimakasih karena kalian mau membantu ku" Winwin memeluk sahabatnya yang tengah menangis itu.

"Aku tak masalah jika kau akan tinggal disini selama apapun bahkan selamanya. Bukankah itu bagus? Aku memiliki teman disini" Ten terkekeh mendengar itu.

"Mommy" Panggil Shotaro yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mom?" Beomgyu melihat ke arah Ten yang sedang menangis. Ia segera mendatangi mommynya dan memeluknya.

"Ada apa mommy disini?" Ten menggeleng.

"Gyu, gantikan peran mommy disana okay? Jaga juga Jiji, jangan biarkan Mark pergi sembarangan. Jangan biarkan apapun memisahkan kalian. Bisa janji?" Ten mengeluarkan jari kelingkingnya.

"Okay. But now can you tell me, what problem did you have. Can you?" Beomgyu terus berusaha menenangkan ibunya yang terus menangis.

"I'm sorry i can't Gyu. Someday you will know by yourself. You will know as time goes by. Sorry I can not keep my promise to always be by your side Gyu" Ia mendekap erat anak keduanya itu.

"Semoga suatu saat kita akan bertemu lagi, sweetheart" Ten mengusap pipi basah Beomgyu.

Ia tetap tersenyum kepada anaknya itu.

REGRET [Taeten] (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang