Chapter XXVII

3.6K 201 0
                                    


Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
◇◇◇

"Jadi kak Nana bakal tunangan?" ucap Kanya setelah Saniya selesai menceritakan kejadian malam kemarin. Disaat ayahnya memergoki Nana yang curhat dengannya.

"Gak tahu juga, keluarga bang Surya baru datang makan malam nanti! " dibalas Saniya dengan dentingan sendok. Mereka sedang makan dikantin sekarang.

Dibalas anggukan oleh ketiga temennya. Asik makan, pandangan ketiganya teralihkan dengan keberadaan seseorang. "Gue boleh duduk sini?  Bangku lain udah penuh! " ucap orang itu meminta ijin pada mereka.

Mengalihkan perhatiannya Saniya melihat Putri dan Saci yang berdiri membawa nampan berisi makananya ,lebih tepatnya hanya Saci.

"Duduk aja kali. " ucap Lista agar Putri dan Saci duduk saja. Dengan angkuh Putri duduk di samping Saniya hanya menyisakan satu bangku sebagai pembatas.

Saniya menatap Putri tak mengerti bisanya mereka akan bergabung dengan pacar Saci, Doni. Tapi Saniya tak masalah, lagian hanya tempat duduk bukan?

Menikmati makanannya kembali tiba-tiba saja Saniya meresakan ada Yang mengacak rambutnya,mendongak Saniya melihat Briyan yang tersenyum kearahnya.

"Geser dikit! " ucap Briyan agar Saniya pindah pada kursi sebelah. "Kenapa gak kamu aja yang duduk sini! " jawab Saniya menepuk kursi di sampingnya. Otomatis juga di samping Putri.

Putri menatap Briyan dengan penuh harap. Agar mau menuruti ucapan Saniya.

Briyan menatap Saniya dengan tajam. Akhirnya Saniya mengalah dan pindah dari sana. Putri menatap itu dengan kecewa dan menggebrak meja sedikit keras.

Kejadian itu tak luput dari pandangan yang lainnya. Seperti Kanya dan Raka yang berbisik-bisik melirik Putri sinis.Lista yang memandang tak mengerti dengan apa yang terjadi di depannya ini. Bunga yang melihatnya dengan acuh dan  Saci ingin sekali merobek mulut Putri yang maju kedepan itu.

Sementara Briyan tak mengidihkan keberadaan Putri sama sekali. "Kamu gak makan?"  tanya Saniya menyuapkan bakso kedalam mulutnya. Di balas gelengan oleh Briyan.

"Mau? " ucap Saniya mengangkat bakso yang sudah ada diatas sendoknya. Saniya kira Briyan akan menolak tapi dugaannya salah Briyn malah membuka mulutnya sebagai isyarat agar Saniya menyuapinya. Padahal  Saniya hanya basa-basi saja.

Tak menuruti isyarat Briyan, Saniya menyuapkan bakso itu kedalam mulutnya sendiri. Lalu memandang Briyan yang kini menatapnya dengan tajam.

Lalu Saniya mengalihkan pandangannya dengan masih terseyum sambil mengunyah menatap para sahabatnya.

Dibalas oleh mereka dengan melirik Briyan melalui mata. Sudah Saniya duga Briyan masih menatap dirinya. Tak mau berbalik memandang Briyan. Saniya memakan baksonya menghadap Putri dan Saci dibalas oleh tatapan tak suka oleh Putri tapi Saniya tak mempermasalahkannya.

Baru saja Saniya akan menyuapkan baksonya tiba-tiba tangan Saniya ditarik oleh seseorang dan mengarahkan pada mulutnya. Saniya membulatkan matanya saat melihat Briyan sudah berdiri didepannya memandanya dengan menyerangai lalu berjalan kembali kebangkunya.

Tak memperdulikan pandangan para sahabatnya, bukan hanya sahabatnya saja tapi seluruh mata pada kantin sekarang memandang kearahnya. Suasana kantin yang tadinya ramai seketika sepi tak ada suara. Astaga Saniya malu sekarang!
Saniya sudah sering berbagi sebotol air dengan para sahabatnya .

S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang