"Kayaknya masalah lo serius sama Arsen" Gibran menoleh kemudian menghela nafasnya kasar.
"Gua nyesel karena baru tau kalau Arsen punya perasaan lebih sama Hana, gua bener bener gaada niatan buat nyakitin siapapun"
Athaya hanya mengangguk ngangguk saja, agak merasa aneh ketika Gibran berbicara panjang lembar untuk pertama kali padanya.
Athaya menatap sekitaran, suasana taman pagi ini memang sepi karena walaupun free class tetapi sebagian besar siswa Gardapati memilih berdiam diri dikelas atau dikantin.
"Kaki lo... masih sakit?"
Athaya mengulum bibirnya kemudian mengangguk membuat Gibran menyunggingkan senyumnya walau hampir tak terlihat.
"Kalau gua mending tidur dirumah"
Athaya menatap Gibran, "selagi kita bisa kenapa harus nyerah"
"Bukan nyerah tapi beristirahat dari luka yang didapat"
Gadis itu terdiam beberapa saat yang membuat Gibran terkekeh. Pernyataan cowok ini tidak ada salahnya namun tetap saja Athaya tidak setuju.
"Mau kemana?" tanya Gibran saat Athaya beranjak dari kursi taman.
Gadis itu menoleh, "Gue rasa kita impas, gaada yang namanya hutang budi lagi"
Gibran mengangguk, baru kali ini Athaya melihat cowok tengil itu terlihat lemah lembut.
"Makasih, lo ngingetin gua sama seseorang"
"Sama sama dan gue ga peduli"
Gibran tersenyum kecut sambil menatap langkah Athaya yang menjauh. Ia terdiam namun selanjutnya menyusul gadis yang telah mengobatinya itu.
***
Bukan marah atau menyesal, hanya saja Arsen kecewa pada dirinya sendiri yang merelakan cinta pertamanya pada orang lain. Ia juga kecewa pada sahabatnya, Gibran. Jika tidak bisa membahagiakan cantiknya dia, setidaknya jagan membuat ia terluka.
Pria itu menutup layar handphone nya dengan cepat ketika Guntur, Putra juga Rangga menghampirinya.
"Lebih baik lupain dan mending lu fokus dapetin Hana, buat dia lupa sama Gibran"
Arsen menghela nafas kemudian manatap Rangga, "Lu tau kan? Hana suka sama Gibran dari kelas sepuluh.."
"Tapi setidaknya dia bukan Yolanda yang kekeuh mau sama Guntur."
Lanjut cowok itu yang langsung bergidik ngeri ketika Guntur menatapnya tajam
"Gue bingung sama tuh anak, dia sebenernya suka siapa sih?" celetuk Putra sambil mengaduk es nya ketika melihat sepasang remaja disebrang sana.
Disisi lain Gibran mengikuti Athaya, yang merasa diikuti nya mah hanya menoleh tidak mempedulikan cowok disampingnya
"Setidaknya gua mastiin lo buat naik ke kelas dengan selamat sentosa," ucap Gibran sambil membantu Athaya menaiki tangga menuju kelasnya, sedikit kesusahan karena kaki gadis itu yang belum benar benar pulih.
Gadis itu sedikit mendorong Gibran, "Gausah so akrab? gue males liat lo"
Jujur saja kalau Athaya bukan seorang gadis mungkin cowok itu akan mendorong balik Athaya sampai tangga dasar, bodoamat dengan kakinya yang akan tambah parah sekalipun patah. Ia tersenyum memperlihatkan lesung pipinya kemudian menggendong paksa Athaya yang tentu saja berontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA GIBRAN - 01
Teen FictionAthaya Zevanny, gadis yang selalu membuka lebar hatinya untuk laki-laki labil yang menyebalkan. Sejauh apapun Gibran pergi, ia akan selalu pulang pada sosok yang selalu ada dalam pelukannya. Mendekapnya erat tak akan melepasnya lagi, menggenggam t...