2020Banyak orang mengatakan bahwa tahun 2020 adalah tahun tersial, saat awal tahun kita sudah disambut dengan wabah penyakit yang menyebabkan orang-orang harus mengurung diri di rumah. Kehilangan pekerjaan dan tingkat kemiskinan yang semakin meningkat, itu yang Mentari dengar saat menonton berita pagi ini.
Wanita paruh baya itu harus banyak menghabiskan waktu di rumah dan membantu anak perempuannya belajar melalui online, dan berhasil membuatnya sedikit stres. Untungnya ia tidak sendiri-maksudnya, ia tidak stres sendiri. Sosok suami selalu menemaninya, melalui semua musibah ini bersama-sama. Sayangnya, Mentari harus merelakan suaminya pergi untuk pekerjaan ke luar kota, wabah tidak bisa dijadikan alasan untuk bolos bekerja, walaupun teknologi sudah canggih dan orang-orang mulai bekerja online di rumah, suaminya itu tetap menjadi orang perfeksionis yang selalu tidak bisa tidur jika pekerjaannya belum sempurna. Jadi, Mentari harus terpaksa merelakan suaminya dan menjalani hubungan jarak jauh lagi.
Mentari menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga dan seorang editor yang terkenal killer karena hobi memarahi penulis pemula. Untungnya, hari ini ia punya banyak waktu luang. Sehabis membantu anaknya belajar, ia memutuskan untuk membersihkan rumah (sesuatu yang jarang ia lakukan). Dimulai dari membersihkan gudang, mencari koran atau barang-barang yang tidak terpakai untuk ia jual kembali. Anak perempuannya membantu mengangkat koran yang sudah diikat dengan tali, dan membawa keluar koran-koran lama itu.
Mentari masih melihat-lihat, mencari barang yang masih bisa terpakai. Matanya berhenti melihat sebuah dus besar yang tertutupi lemari kayu tua, ia memakai maskernya lalu mengambil dus itu. Sialan, siapa yang menyimpan dus sebesar itu di gudang?
Mentari berkaca pinggang, memperhatikan dus yang sudah tampak tua itu. Keputusannya untuk membersihkan gudang adalah pilihan yang tepat, terakhir kali Mentari membersihkan gudang adalah saat hari ketiganya pindah ke rumah ini, waktu itu ia benar-benar rajin.
Wanita itu mendengkus jengkel melihat banyak solasi yang membuat dus itu susah untuk terbuka, ia harus pergi ke dapur mencari gunting dan kembali lagi dengan wajah kesal. Rasa penasarannya akhirnya terjawab sudah, ia menggunting semua solasi dus itu lalu membuka dan matanya langsung berkaca-kaca. Di dalam dus itu, terdapat seragam SMA, buku harian, roll film, koleksi majalah jaman dulu, pita kaset Sheila On 7 dan banyak novel karya Agatha Christie.
Mentari membuka buku harian, lalu ia tertawa membaca buku hariannya sendiri. Semua barang ini miliknya, saat pindah rumah, seharusnya Mentari tidak membawa semua ini dan membiarkan barang-barang lamanya berada di rumah ibunya. Tapi, ia terlalu sedih untuk untuk meninggalkan barang-barang lama dan sekarang seperti menemukan harta karun ia tampak bahagia.
Mentari tidak berhenti tersenyum membaca buku hariannya. Tulisannya yang masih berantakan dan banyak makian yang ia tulis di buku itu. Ia jadi teringat .... saat itu di tahun 2002 Mentari menjadi anak SMA, ia bahkan tidak bisa tidur saking semangatnya untuk sekolah. Lalu, keributan yang dia buat di sekolah dan teman-teman ....
Seperti menonton film lama, kepingan-kepingan ingatan saat ia masih SMA kembali muncul membuatnya tidak tahan untuk tersenyum. Sambil mengingat-ingat sekaligus lanjut membersihkan, Mentari menyenandungkan lagu Sahabat sejati dari Sheila On 7. Lagu favoritnya saat itu hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Pagi, Mentari
Teen FictionCerita tentang Mentari, Adilla, Tasya dan Dean yang melewati masa remaja di awal tahun 2000-an Cerita ini terinspirasi dari drama korea populer, Repply 1988