Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Adinda sadar dari siumannya. Telinganya terbungkus perban tebal. Ia mencoba menoleh namun begitu sakit. Akhirnya ia memutuskan duduk, meskipun kepalanya ikut berdenyut.
Adinda menegang, eyang putrinya sudah duduk bersidekap dengan wajah serius, dan tentu saja dengan tongkatnya yg mirip milik harry potter, namun punya nenek lebih besar dan lebih panjang.
Eyang tidak menjawab. Menjadikan dinda semakin takut. " Apunten Eyang, apa dinda ndamel salah?? " (maaf eyang, apa dinda buat salah?? )
Lagi lagi eyang tidak menjawab, secara insting dinda langsung menaikkan kedua lengan bajunya, dan menjulurkan kedua tangannya pasrah pada eyang.
Dinda otomatis memejam saat dengan kejamnya eyang mulai memukul kedua lengan dinda bertubi tubi. Dia pasrah, meskipun sama sekali ia belum tau belum apa kesalahannya.
Dinda meringis perih, double perih karena telinga juga terasa nyeri.
Eyang berhenti, ketika dirasa lengan putih cucunya sudah berwarna kontras dengan hasil pecutannya. " apunten eyang.... " dinda menunduk.
" eyang ndak suka nduk, kamu bahayain diri kamu, sampai terluka seperti ini. Kamu berlian bagi eyang, dan tanggung jawab eyang harus jagain kamu sampai ada pria yg benar benar mengambil alih tugas eyang jagain kamu.. " kata eyang dengan nada tegas.
" nggih eyang... " adinda terus menunduk. Dengan kedua tangan yg masih menjulur, belum berubah posisi.
" Dastan sudah bersedia menunggu kamu, dan kalau sampai ada apa apa sama kamu, gimana lagi eyang akan menjelaskan pada Dastan.. "
