Part 9~Pernyataan pahit 2~

3.6K 273 21
                                    

Secercah harapanku sudah sirna.
Sempat kupikir diam mu tanda tak ingin menoreh luka.
Hingga ku tunggu kau membuka suara.
Namun nyatanya kau sama sahaja. Kau ikut jua menabur duka.
~alukaalkenzia~

•••
R

amaikan dengan komen kalian ya:)

Selamat membaca🤗

Author POV

Brakkk

Gadis yang baru saja memejamkan matanya, terkejut karena mendengar suara dari lantai bawah.
Ia langsung terduduk kemudian turun dari ranjangnya untuk melihat apa yang terjadi di bawah.

Mata gadis itu membulat melihat pemandangan sosok yang sangat ia tunggu tunggu kehadirannya.

"Kakek?!" Panggil Alu. Ya gadis itu adalah Aluka Alkenzia, kemudian berlari menuruni tangga dengan tertatih.

Brakk

Tubuh Alu terlempar menghantam kursi sofa karena didorong Ketika hendak memeluk orang yang dipanggil Kakek olehnya.

"Aw..."rintih Alu ketika kepalanya yang terluka tadi terasa perih karena terbentur pinggiran kursi.

"Sudah berapa kali saya bilang. Jangan dekati saya!"

"Ma..af.. Kek."lirih Alu dengan memegangi lukanya yang kembali mengeluarkan darah.

"Di mana anak saya?!"sentak Albernando Jasava, Kakek Aluka.

"Papa belum pul.."

"Belum pulang?!"sanggah Bernan.

Alu menunduk takut. Bagi seorang cucu perempuan, Kakek adalah orang yang sangat memanjakannya setelah Ayah. Namun hal itu lain bagi Alu, Kakeknya adalah orang yang sangat menantikan kepergiannya.

"Kalau kamu tidak bisa membuat anak saya bahagia. Setidaknya menjauhlah dari kehidupannya, agar dia bisa mencari kebahagiannya."tekan Bernan pada setiap katanya dengan mencengkram lengan Alu.

Alu mencoba menatap manik mata Bernan dan menahan air matanya agar tidak luruh dihadapan Bernan.

Bernan juga menatap manik Alu dengan sangat tajam sirat akan rasa kebencian yang mendalam.

"Apa salah Alu Kek?"tanya Alu masih dengan menatap Bernan. Mencoba mencari sedikit rasa sayang dari matanya. Namun nihil.

Bernan tersenyum miring."Kesalahan terbesar kamu adalah hadir dalam kehidupan anak saya."jawab Bernan dengan menatap Alu penuh dengan kebencian dan rasa jijik.

"A..aku..ng..nggak..diharapkan?"lirih Alu dengan air mata yang sudah luruh ke pipi. Ada sedikit harapan jika Kakeknya menjawab tidak.

"Ya. Andai Syia mendengarkan saya untuk tidak melahirkan kamu, pasti anak saya sekarang sudah bahagia."

Alu terduduk lemas mendengar penuturan Bernan, Kakeknya. Pernyataan pahit Alu terima lagi tentang kehadirannya yang tidak diharapkan.

"Tapi kenapa Kek? Hiks. Kenapa semua orang tidak menginginkan kehadiranku? Hiks."tuntut Alu dengan diiringi tangis yang sangat menyayat hati orang yang mendengarnya.

Aluka (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang