Prolog

83 13 4
                                    

   Bukankah kehidupan membutuhkan tantangan agar menjadi lebih bermakna? Apa yang terjadi jika tidak ada tantangan di dalam hidup kita? Membosankan, bukan? Tantangan bisa didapat dari hal-hal kecil. Bahkan pada saat kita merasa sedih dan putus asa, kita sedang menghadapi tantangan. Tantangannya adalah menghapus rasa sedih dan menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

   Hal itulah yang dirasakan oleh Elora Safira Jocelin Cana, yaitu seorang gadis cantik berumur 9 tahun. Saat ini, dia sedang membantu mamanya membereskan barang. Besok, mereka akan pindah ke Jakarta. Elora tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Dia merasa sedih, gelisah dan senang di waktu yang bersamaan.

   Tok tok tok!

   Elora menoleh ke arah pintu. Ia pun membuka pintu dan terkejut saat melihat Bian, sahabatnya. Elora tersenyum lebar, lalu mempersilahkan Bian untuk masuk.

   "Halo, Elora! Aku kira kamu sudah pergi. Kamu pergi besok, ya?" tanya Bian dengan raut wajah sedih. Elora mengangguk. Sejujurnya, dia merasa senang karena dia akan memulai kehidupan baru di Jakarta. Namun, dia tak rela harus berpisah dengan Bian. Bian adalah sahabat terbaiknya.

   "Jangan sedih! Nanti aku berkunjung ke sini lagi, kok." Bian menghela nafas. Dia mengacungkan jempolnya, lalu meraih sesuatu dari dalam kantongnya. Elora memperhatikannya dengan rasa penasaran. Saat tangan Bian keluar dari kantong, Elora tampak terkejut saat melihat sebuah gelang tali berwarna merah dengan inisial namanya.

   "Itu hadiah terakhir dari aku. Jaga baik-baik, ya!" Elora tersenyum. Dia mengangguk, kemudian memasang gelang tersebut di lengannya. Tidak ada keistimewaan fisik dari gelang tersebut. Namun, gelang itu memiliki sebuah makna bagi Elora.

   "Terima kasih. Aku sebenarnya gak mau pindah. Tapi mamaku ada urusan pekerjaan dan aku trauma tinggal di kota ini," ujar Elora. Elora memiliki masa-masa yang buruk di Surabaya. Dia sering diejek dan dikucilkan oleh teman-temannya karena suatu alasan. Untungnya, dia masih memiliki Bian yang selalu menemani dan membelanya.

   "Aku ngerti, kok. Semangat, ya! Jangan lupain aku!" Elora mengacungkan jempolnya. Mereka berdua pun memutuskan untuk menonton film. Ini adalah momen menyenangkan terakhir mereka.

   Di dalam hatinya, Elora berpikir apakah dia bisa bertemu dengan Bian lagi? Mamanya memiliki banyak pekerjaan dan jarang mempunyai waktu untuknya. Dia tidak yakin dia bisa kembali ke Surabaya. Tak terasa, 2 jam telah berlalu. Film telah berakhir dan Bian bersiap-siap untuk pulang.

   Bian pun memeluk Elora untuk yang terakhir kalinya. "Goodbye, Elora! I will miss you so much." Elora mengangguk, lalu melepaskan pelukan mereka. Bian pun pergi.

   Apakah persahabatan mereka benar-benar berakhir? Apakah mereka akan saling melupakan? Melupakan orang yang kita sayangi tidak mudah. Ini bukanlah akhir. Namun, ini adalah permulaan. Masih ada banyak tantangan, masalah dan kejutan yang harus mereka hadapi di masa depan.

~To be continued~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Tersembunyi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang