33. Bicara Hati Ke Hati

1.2K 76 0
                                    

Sejak hari pertengkaran antara Julian dan Jingga, mereka semakin mesra seperti hari-hari biasanya. Tapi sikap Julian ke Jihan juga semakin baik. Terbukti dari kemarin yang membantu Jihan untuk membereskan barang-barangnya yang ada di kamar tamu untuk kembali ke kamar cowok itu karena hari ini Jasmine dan Arya pulang. Bahkan cowok itu juga bilang kalau Jihan tak perlu lagi untuk tidur di sofa kamar, tapi tidur diranjang bersamanya. Walaupun dengan perjanjian tak ada kegiatan apapun selain tidur.

Seperti yang sudah dibilang bahwa Arya dan Jasmine pulang hari ini, Julian dan Julio menjemput mereka. Sedangkan Jihan, gadis itu sedang berkutat di dapur. Ia ingin memasak untuk kedua mertuanya itu, karena ia yakin jika makanan rumah sakit tak seenak makanan rumahan.

Setelah selesai memasak, ia menyajikannya pada piring dan menatanya pada meja makan. Baru saja ia meletakkan piring terakhir pada meja makan, ia mendengar salam dan langkah kaki memasuki rumah.

"Assalamualaikum," ucap seseorang.

"Waalaikumsalam." Jihan melangkah mendekati pintu. Dan ia langsung menyunggingkan senyum lebar saat tau orang yang datang. Siapa lagi kalau bukan kedua mertuanya, Julian, dan Julio.

Keadaan keduanya terlihat sudah lebih baik. Walaupun kepala Arya masih memakai plester, dan kepala Jasmine yang masih di perban serta duduk di kursi roda. Sebenarnya sih Jasmine bisa jalan, tapi kemungkinan hal itu dikarenakan kondisi Jasmine yang saja operasi. Tapi Jihan sudah sangat bersyukur keduanya tak apa-apa sekarang.

Ia langsung mencium tangan kedua mertuanya dan mengajak mereka langsung ke meja makan saja karena kebetulan sudah memasuki jam makan siang.

Julian mendorong kursi roda Jasmine, sedangkan Julio merangkul bahu Arya.

"Kamu kok masak banyak banget sih, Han?" tanya Jasmine sambil melihat-lihat menu yang terhidang di meja makan.

"Ya nggak papa sih, Bun. Aku seneng Ayah sama Bunda udah pulang dan baik-baik aja." Jihan tersenyum hangat bahkan hingga matanya menyipit.

"Duh jadi ngerepotin."

"Nggak lah, Bun. Masa ngerepotin sih. Aku kan putri Bunda juga sekarang." Semua orang yang ada disana tersenyum melihat kedekatan Jasmine dan Jihan yang seperti ibu dan anak kandung. Padahal mereka hanya sebatas menantu dan ibu mertua. Tapi ntah kenapa melihat Jasmine dan Jihan sangat akrab seperti itu membuat hati Julian berdesir.

"Udah-udah ayo makan. Ayah kangen makanan rumah," sela Arya. "Makanan rumah sakit hambar."

Setelah itu tak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Semua asik dengan makanan yang ada dipiring mereka masing-masing.

***

Jihan telah rapi dengan pakaian. Hanya mengenakan celana jeans panjang warna putih dipadukan dengan hoodie biru muda. Ia mengambil sling bag-nya, memasukkan ponsel dan dompetnya, setelah siap ia melangkah keluar.

Jihan berniat ijin kepada Jasmine karena ia akan pergi ke supermarket yang tak jauh dari tempatnya. Ia sudah mencari ke penjuru rumah, tapi sosok ibu mertuanya sama sekali tak ia temukan.

"Mau kemana lo?" tanya Julian ketika Jihan melewati ruang keluarga.

"Mau ke supermarket."

"Gue anter." Julian beranjak dari duduknya tapi buru-buru gadis itu cegah. "Eh nggak usah, cuma ke supermarket deket sini doang kok."

Setelah mengatakan itu, Jihan langsung nyelonong aja pergi.

Baru saja ia berada diambang pintu, sebuah suara mengagetkannya. "Kamu mau kemana, sayang?" Siapa lagi yang memiliki suara lembut seperti itu jika bukan ibu mertuanya.

Julian Untuk Jihan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang