terasa sudah mati namun masih bisa bernapas

16 1 0
                                    

Kampus (Wisuda)

Acara wisuda begitu meriah dan semua nampak bahagia sekali begitu pula dengan para orangtua yang mendampingi anak-anak nya di acara wisuda.

Pemandangan itu tak luput juga dari pandangan Luna yang meraih nilai camlaude dan sempat mendapat tepuk tangan dari seluruh mahasiswa saat dirinya dinobatkan sebagai mahasiswi paling berprestasi dan mendapat nilai tinggi. Sedari tadi duduk di salah satu bangku taman memperhatikan keceriaan para mahasiswa bersama keluarganya. Luna tersenyum melihat pemandangan itu namun mata nya berkaca - kaca.Tak lama kemudian Andin teman dekat nya menghampiri nya.

Andin : ayahmu belum datang?

Luna : sepertinya dia masih sibuk rapat

Andin : what?

Luna : sudahlah, kamu kan sudah tau sendiri

Andin : lun! Aku tuh makin kesel sama ibu tiri mu

Luna : apa dayaku? Ayahku begitu tergila-gila padanya

Andin : it's oke tapi dia kasar dan seenak nya sama kamu!

Luna : sudahlah! Masa depan ku sudah menanti, aku akan menjadi wanita mandiri yang tak kan bergantung pada siapapun

Andin : mau kerja dimana? Aku sangat bersyukur  kamu bisa tumbuh dengan baik walau melewati banyak hal menyedihkan

Luna : sepertinya aku mau melamar di kantor nya teman ibu ku. Aku sebenarnya sudah merasa hancur tapi aku masih punya setitik harapan yaitu Rizal Din.

Andin memeluk Luna dan mengalihkan suasana dengan mengajaknya berfoto bersama. Sungguh dalam hati Andin merasa perih melihat sahabatnya terlahir di keluarga kaya raya namun begitu menyedihkan.

Andin : tapi ko ka Rizal ga kesini?

Luna : dia menggantikan pak Ahmad menghadiri pertemuan di luar kota. Ia masih dipesawat katanya ada gangguan di perjalanan nya jadi ga bisa menghadiri. Tak apalah yang penting dia udah berusaha bela-belain, handphone nya juga belum bisa dihubungi sepertinya belum sampai.

Andin : gimana kalau nanti sore kita kerumahnya dan memberi surprise. Kita bawa sesuatu juga buat calon mertua kamu. Waktu itu kan kamu tak sempat bawa sesuatu yang spesial hanya bawe parcel buah 

Luna : aku belum begitu mengenalnya, malu ah! Baru sekali ketemu orangtua nya. Aku juga tak tahu selera umi nya apa.

Andin : jangan minder gitu dong, jangan pesimis,  yuk kita main kesana biar kesannya kamu perhatian

Luna : oke deh! Nanti aku bawain masakan kesukaan ibu nya, aku tahu masakan kesukaanya waktu itu Rizal pernah bercerita . Aku kan pandai memasak hehe tapi ga apa-apa gitu ga ijin dulu sama Rizal?

Andin : nah gitu dong! Jangan bengong lagi oke. Ga usah lah minta ijin dulu sama Rizal pasti dia seneng kamu inisiatif main ke rumah orangtua nya.

Luna : dan kali ini aku mau memakai hijab, sebenarnya aku sudah niat sih berhijab setelah menikah dengannya. Kalau sekarang aku tak mau ada keributan di rumah karena tiba-tiba berhijab.

Luna memeluk Andin dan mengucapkan terima kasih karena telah menjadi sahabat terbaiknya selama ini dan selalu peduli.

Seperti rencana, sore nya Andin dan Luna berangkat ke rumah Rizal. Perjalanan cukup jauh memakan waktu 2 jam, Luna pun sampai di gerbang rumah Rizal namun nampak begitu ramai dan banyak karangan bunga berjejer di depan rumah nya.

Andin : Rizal dan Yura bertunangan?

Ucap Andin sambil membaca karangan bunga yang mengucapkan selamat atas pertunangan Rizal dan Yura. Andin melihat ke arah Luna dengan wajah memucat dan tangannya mulai terasa dingin menjalar karena sangat menghawatirkan Luna.

Moonlight For The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang