angst, maybe sad end " 3"
3k word
_______Erwin Smith hanya meyakini jika seseorang telah menculiknya dan membuangnya di sini, setelah terbangun dalam kondisi yang cukup membingungkan; duduk bersandar di pohon sakura bersama lelaki bersurai hitam kelam yang sibuk membaca buku tebal tepat di sampingnya.
"Namaku Erwin. Namamu?"
"Levi."
Secuplik ingatan kabur melintas dalam kepala saat ia melihat wajah lelaki itu, dan Erwin berspekulasi jika lelaki itu adalah satu-satunya orang yang ia kenal di tempat ini. Maka ia berusaha untuk mencari tahu sesuatu dari lelaki itu. Alasan ia ada di tempat ini, pun jika memang ia diculik. Juga, kenapa dia bangun di samping lelaki itu? Namun, tiap kali ia bertanya, tak pernah ada jawaban terdengar. Lelaki itu mengabaikannya.
Selang beberapa hari, Erwin mulai hafal kebiasaan Levi, setelah mengamatinya terus-menerus. Lelaki itu selalu ia temukan sedang menyendiri, duduk meneduh di pohon sakura tempat mereka bertemu, dengan yukata kelabu membalut tubuh kecilnya dan sebuah buku tebal di pangkuan. Bukunya tak pernah berubah.
Seorang wanita yang Erwin tahu adalah pendeta kuil dekat tempat Levi menyendiri juga memberitahu Erwin jika lelaki itu memang sering ada di sana, tidak hanya saat musim semi--dimana bunga sakura mulai bermekaran--tapi juga di musim lain.
Bahkan di musim dingin pun, lelaki itu ada di sana, dengan pakaian yang sedikit bertambah tebal dan syal hitam dilehernya juga buku bacaan yang sama, duduk bersimpuh di bawah pohon sakura itu.
Sungguh Erwin tak habis pikir. Benaknya terus bertanya-tanya, mengapa lelaki itu selalu ada di sana? Apa tempat itu mengingatkan ia akan suatu kejadian atau seseorang yang istimewa baginya? Tak lagi ia memikirkan alasan ia ada di tempat antah berantah ini. Tapi, tak pernah sekali pun Erwin menyampaikan kebingungannya itu pada Levi. Saling bertukar nama adalah satu-satunya interaksi yang ia ingat pernah mereka lakukan.
Tunggu. Apa sebelum ini ia pernah bersama lelaki itu? Mengapa ia tak mengingat apapun?!
"Dari yang saya tahu, Levi-san sudah bertunangan dengan seseorang, saya tidak tahu siapa, tapi kekasihnya itu tinggal di Ibu Kota dan kabarnya beberapa bulan lalu, saat perayaan tahun baru, atau saat natal? Tidak ada yang tahu pasti, kekasihnya mengalami kecelakaan dalam perjalanan untuk menjemput Levi-san. Dia meninggal di tempat. Saya pikir itu alasan Levi-san menutup diri dari orang lain. Dia, mengklaim sendiri bahwa dirinya membawa sial pada siapapun yang dekat dengannya."
Petra, pendeta kuil yang sudah seperti juru kunci lelaki bernama Levi, memberikan informasi baru lagi pada Erwin. Di teras kuil yang tak jauh dari tempat Levi menyendiri, keduanya bercengkrama sembari mengamati lelaki pendek yang kini mulai beranjak dari tempatnya.
"Seperti biasa, saat Senja dia pulang," gumam Petra, "Anda tidak bosan, ya, mengamati dia terus menerus. Sebenarnya, kenapa?"
Erwin sedikit menunduk, mengamati semut di halaman yang tengah bergotong-royong membawa remahan roti gandum, ingat jika ia belum mengatakan alasan mengapa ia sering bertanya tentang Levi.
"Aku mengingat jelas perkenalanku dengannya, tapi tidak dengan hal lain. Saat mengingat itu aku hanya yakin aku dan dia saling mengenal sebelum ini. Jadi, jika aku bisa berbicara dengannya barang satu menit saja, mungkin aku akan tahu alasanku ada di sini. Tapi, dia selalu diam." Erwin menghela napas, lalu tersenyum samar. "Memang lebih baik mengamati dulu, 'kan?" katanya.
Seutas senyum pun Petra tampilkan sebagai persetujuan. "Maka saya akan membantu Anda. Tanyakan saja tentangnya pada saya, saya akan mencarikan banyak informasi untuk Anda," ujar Petra.
KAMU SEDANG MEMBACA
経験的 [ Sempiternal ] - EruRi
Fiksi PenggemarShort Story Shounen Ai | Fandom/Pair: AOT/Eruri | Genre : All genre [Romance, school, comedy, angst, dan sbg.] *** Rasanya, aku ingin membahagiakan dia, menjadi alasan untuk ia bisa tersenyum lagi. -Erwin Smith (Trust You pt. 1). by oysminasai