Muza Yana
"V."
V memandangi kami bergantian. Wajah menyebalkan kembali ia keluarkan. Kemudian, ia mengerutkan keningnya. "Chanyeol Hyung."
Chanyeol dan aku berdiri dari kursi yang kami duduki. Entah mengapa kami seperti pasangan mesum yang tertangkap basah oleh Pak RT. Di sini, V bertindak sebagai Pak RT-nya. V sepertinya memang muncul di saat-saat yang tak diharapkan.
"Uli?" Chanyeol bertanya pada V.
V mengangguk dan tersenyum. Kali ini, ia mengubah wajah menyebalkannya dengan wajah sedikit bersahabat. Mungkin karena ia bercakap-cakap dengan Chanyeol.
"Yeon-in?" tanya Chanyeol sambil menunjukku. Mereka berbicara dengan bahasa Korea. Aku tak mengerti apa yang ditanyakan Chanyeol padanya.
"Ne," jawab V santai dengan tangan yang masuk ke saku celananya.
"Hahahahaha." Chanyeol tertawa dan meninju pelan bahu V seolah mereka akrab. Aku tak pernah tahu kalau mereka cukup akrab dan saling kenal. Setelah ditunju pelan, V tersenyum. Dua pria tampan bintang K-Pop ada di hadapanku. Yang satu idolaku, yang satu bosku.
Mereka bercakap-cakap dengan bahasa Korea. Aku tak mengerti percakapannya. Namun, dari wajah Chanyeol yang kutangkap, sepertinya Chanyeol mengoda V. V hanya tersenyum manis sambil bercakap-cakap dengan Chanyeol. Kemudian, Chanyeol bercerita dan wajah senyum V berubah menjadi khawatir. Ia lantas menatapku.
"Baiklah, Nona. Aku akan kembali. Kau sudah aman sekarang bersama Taehyung," kata Chanyeol.
"Terima kasih, Chanyeol. Aku mencintaimu!" ucapku tersipu-sipu.
"Hahahaha. Oh iya, namamu siapa?" tanya Chanyeol.
"Namaku Yana, Muza Yana. Simpan namaku di hatimu," jawabku.
Chanyeol tertawa pelan sebelum meninggalkanku dengan V. Setelah Chanyeol jauh, V mendekat padaku dan menatapku kesal. Lelaki ini tak jauh dari kata menyebalkan. Ia juga mengganggu kencanku dengan Chanyeol.
"Hei, siapa yang menyakitimu?" V bertanya padaku dengan suara pelan.
"Aku tak mengenalinya," jawabku pelan dan tertunduk. Aku tak bisa bercerita tentang Cha Minho pada V, aku malu. Aku tak ingin V tahu kalau aku berasal dari neraka itu."Bukankah sudah kubilang kau jangan jauh-jauh dariku!"
Aku mendongak dan menatapnya. Kata-katanya barusan seolah menunjukkan aku tak boleh jauh darinya. Tidak, yang ia katakan bukan kata-kata romantis. Jelas saja aku tak boleh jauh darinya, aku ini pelayannya. Jadi, wajar saja dia berkata seperti itu. Ia banyak membutuhkan bantuanku, tetapi aku malah bersenang-senang dengan pria lainnya.
"Maaf, V," kataku lirih.
"Dan kau! Mengapa kau berbicara dengan orang yang tak kau kenal?" tanya V sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Boss IS V BTS
Fiksi PenggemarV menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku sudah pasti menganga, rabutnya basah dan terlihat makin menggemaskan. Ia memakai kaos oblong tipis dengan tulisan Celine dan celana hitam parasut sepanjang lututnya. Tak berdandan pun ia justru te...