Aku

79 3 0
                                    

Namaku Abdul,  Muhammad Abdul. Di sekolah aku sering di panggil "Bedul". Aku termasuk keluarga 'the have'. Bagaimana tidak?  Hampir seluruh anggota keluargaku adalah ahli agama. Ayahku,  H. Abdurrahman merupakan uztadz yang dituakan di perumahanku. Ibuku, Hj. Nur Aini adalah seorang udztadzah sekaligus guru ngaji di taman kanak-kanak. Saudara-saudara ku sedang kuliah di Kairo,  Mesir. Aku seperti anak tunggal di rumah ini. Kehidupan remaja-ku mulai berubah semenjak SMA. Sebenarnya aku sekolah di Madrasah Aliyah yang agak jaub dari rumah. Gejolak emosi masa mudaku meluap tak berarah, mungkin hanya kisah yang klasik namun bagiku ini kesan yang indah, skenario hidup dari Sang Pencipta yang Maha Kuasa,  Allah SWT dzat Maha Mulia.

************************************

"Ah males banget gue ketemu Umi Dijah. Setiap pelajaran rasanya cepet banget, ini di pikiran belun kebayang udah kelewat aja"gumamku kesal.

Umi Khadijah atau biasa dipanggil Umi Dijah.  Semua teman kelasku mengidolakan dia sebagai guru teladan, murah senyun dan sabar. Tapi tidak bagiku. Entah kenapa dari dulu aku tak pernah suka belajar walaupun keluargaku alim.  Tapi, dengan mudah aku dapat memanipulasi itu semua, karena sekolah yang jauh dari rumah. Di rumah akulah Abdul anak Haji dan Hajah Abdurrahman yang baik dan penurut. Tapi di sekolah, akulah Bedul yang...*u know lah*

Aku mulai berubah semenjak kelas 10, aku rasa 'pemberani'lebih menyenangkan daripada menjadi anak cupu yang nurut saja. Memotong pembicaraan orang itu asyik, mengkukuhkan pendapat itu hebat, apalagi aku anak orang alim. Walaupun bader begini, aku cerdas. Aku hanya tak ingin punya kisah yang gitu-gitu aja.

Lama kelamaan, aku jadi terkenal karena 'kehebatanku'itu. Tapi, aku merasa semua orang jadi sering membicarakanku. Entah teman ataupun guru. "Ah sudahlah, kalau mau bandel kapan lagi kalo bukan sekarang? Bandel dulu baru sukses,  jangan sukses abis itu bandel. Lagian aku ini pintar. Bebas... "

Teman-temaku juga masih banyak. Ada Fadli, Rahman, Toing. Kami 4 sekawan yang jago dalam bidang pelajaran tertentu. Tapi kadang aku muak dengan ocehan mereka yang selalu bilang "Bedul jangan suka ngelawan guru....Bedul jangan nyolot...Bedul sholat jamaah...Bedul baca Al-Qur'an...Bedul shaum sunnah yuk...Dul... Dul... Dul.... " "Shut up, bro! Ana udah gede, gaperlu antum kasih tau lagi. Lagian, ana anak orang alim,  ana lebih tau apa yang harus ana lakuin"kalimat itulah yang sering menjadi bahasan kami berempat. Walaupun begitu tetap saja mereka kawan-kawanku. Tapi aku tak pernah menuruti mereka. Aku masih muda, masih kelas 10 ngapain rajin-rajin.  Nanti kalau sudah kelas 12 nah baru. "Hidup ga seserius itu"-prinsipku

**********************************

Hari-hari berikutnya, aku dipanggil Umi Dijah ke ruangannya. Disana dia menasehati ku panjang lebar. Dia bilang dia memantau semua kelakuanku dari dulu karena dia tau aku adalah anak orang alim. Dia bilang sikapku tak baik kalo seperti ini terus. Ah, bosan aku mendengarnya. Kalau nanti waktunya,  pasti aku akan alim kok. Hanya saja aku ingin menikmati masa mudaku.

**********************************

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah is Wonderful WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang