lima belas

4.9K 400 10
                                    

Dua bulan berlalu kehidupan Kenan berubah drastis. Keluarga Adhinata seakan tak menganggapnya ada membuat ia bingung hanya Daniel lah yang masih peduli padannya. Daniel bahkan terheran mengapa keluargannya bersikap seperti ini.

Pagi hari yang dingin. Matahari tertutup oleh awan hitam yang menggumpal. Kenan masih bergelung dengan selimutnya malas untuk terbangun dari mimpi.

Brak

Suara pintu yang dibuka paksa seakan menarik paksa kesadarannya. Menampilkan wanita paruh baya menatapnya garang.

"Bangun jangan jadi anak pembangkang kamu" ujar Renata.

"Iya bunda"

Kenan memasuki kamar mandi menajalankan ritualnya, Renata kembali dengan aktivitasnya. Setelah siap ia turun menuju meja makan menggunakan lift.

"Pagi semua"

Tidak ada yang membalas sapaanya. Mereka sibuk dengan makanan masing masing.

Ia mendudukan tubuhnya di kursi di dekat Aksa membuat Aksa meliriknya datar.

"Mah, tolong ambilin Kenan ayam nya dong" ucap Kenan pada Rose yang dekat dengan letak ayam goreng.

Rose mengambilkan Kenan ayam gorengnya dengan malas. "Lain kali ambil sendiri, kamu masih punya tangan kan?" Ucapnya sinis.

"Maaf Mah"

Setelah itu suasana menjadi hening hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar. Kenan merasa canggung dengan situasi seperti ini namun ia mencoba untuk terlihat biasa saja.

.....

Suasana SMA NUSA BAKTI terlihat sepi. Siswa dan siswi lebih memilih berada di dalam kelas daripada di luar karena hujan mengguyur dengan deras.

Kenan sedari tadi menelungkapkan kepalannya di meja. Guru sejarah yang menjelaskan materi seperti dongeng pengantar tidur dan hawa dingin yang semakin mendukung.

Tak

Penghapus papan tulis itu melayang mengenai kepala Kenan.

"Njrit" refleknya membuat seisi kelas tertawa.

"Pergi ke toilet dan cuci muka kamu" ujar Bu Zuh dengan tegas.

Kenan pun menurut dan berlalu menuju toilet membasuh wajahnya agar lebih segar. Ia menatap cermin di depannya terlihat bibir mungilnya yang berwarna pink ranum kini berubah pucat. Entahlah, mungkin hanya kecapekan fikirnya.

Suara kran mengalihkan atensinnya kepada pemuda dengan seragam berantakanya menatap cermin.

"Gue peringatin sama lo, hati hati" ujar pemuda tersebut membasuh tangannya seraya menatap kearah cermin.

Kenan di buat bingung.

"Maksutnya gimana?" Kenan di buat bingung.

"Dulu dua anak laki laki sahabatan sangat akrab tapi, dia malah ngelukain mamah sahabatnya, yang jelas sayang sama dia. Dan semenjak itu anak laki laki itu benci sama dia" ia menghela nafas kasar "Gue peringatin ke lo sekali lagi, hati hati."

Siang hari itu sangat panas membuat dua anak laki laki tersebut menghentikan aksi kejar kejarannya karena merasa haus.

"Janu, aku haus"

"Sama aku juga Ndra, gimana kalau minta bikinin mamah es?"

"Setuju!"

Mereka menghampiri wanita paruh baya yang berada di dapur untuk di buatkan es yang mereka inginkan.

K E N A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang