Perpustakaan dan Cafe

199 24 5
                                    

"Yang benar saja cewek-cewek itu, sudah jelas aku perempuan, apa-apaan minta kencan. Huft," Ymir menghela napas. Akhirnya ia lolos dari para gadis yang mengejarnya. Ymir pun mencoba mencari ruangan sepi yang bisa ia tempati sampai jam istirahat selesai. Walau sudah dua minggu, ia tetap belum bisa terbiasa dengan luas sekolah barunya.

"Ymirrr!! Kamu dimanaa??" teriak gadis-gadis yang masih belum menyerah mengejarnya. "Tch- stamina mereka terbuat dari apa sih, masuk sini aja dulu deh," Ymir memasuki ruangan terdekat darinya. Sepertinya mereka pergi ke arah yang berlawanan, tapi Ymir memutuskan untuk tetap berada di situ.

Rupanya, ruangan itu adalah perpustakaan, tempat paling sepi kedua setelah lorong lantai tiga. Ya iyalah, siapa juga yang mau menghabiskan waktu mereka di tempat sepi seperti ini, tepat saat Ymir berpikir seperti itu, ia melihat Krista yang sedang tertidur lelap. Di mejanya ada beberapa buku kimia. Cahaya mentari yang tembus melalui jendela, mengenai Krista tepat di wajahnya.

Ymir duduk di sebelah Krista dan menghalangi cahaya matahari agar tidak lagi menyilaukan bagi Krista. Untuk beberapa detik Ymir menatap muka tidur Krista. Ia menghalau helaian rambut kuning Krista dengan tujuan agar bisa melihat wajahnya lebih jelas. Tanpa ia sadari, Ymir memainkan rambut Krista dengan lembut. 

Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Dia mendekatkan indera penciumannya. "Halus, harum mawar," ucapnya. Krista agak bergumam sedikit dalam tidurnya, Ymir sedikit kaget karena ia berpikir kalau Krista akan terbangun. Tak lama, ia pun tersenyum, "Lucunya."

Tepat empat puluh lima menit setelah itu berlalu. "Hmm" Krista perlahan membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah Ymir yang sedang menatap keluar jendela di sebelahnya. "Oh, udah bangun," ucap Ymir. "Y-mir...bel masuk! Harus cepat-cepat masuk kelas!" Krista berdiri secara tiba-tiba dan bergegas merapihkan buku-bukunya.

"Bel masuk mah, udah lama bunyi."

Krista berhenti merapihkan bukunya. "Kamu sejak kapan di situ? Kenapa nggak bangunin aku?"

"Yah, aku bisa saja sih bangunin kau, tapi tadi lumayan juga. Kau tahu, tadi kau ngelantur bilang 'Papa' dalam tidurmu, dan juga, air liurmu masih membekas di pipimu."

Pipi Krista berubah merah padam seperti tomat dan mengusap bekas air liurnya. Ia kembali duduk dan menghela napas panjang. "Ini pertama kalinya aku bolos kelas," ucapnya. "Setelah berusaha baik sekarang kau ingin berusaha rajin? Aku nggak habis pikir," sahut Ymir.

"Itu kan urusanku."

"Ya, terserah sih."

***

Bel pelajaran berikutnya akan segera bunyi. Ymir dan Krista pun beranjak pergi menuju kelasnya. Guru sebelumnya menyelesaikan pelajaran lebih cepat, jadi masih ada sekitar 10 menit waktu luang. Mereka berdua duduk di kursinya masing-masing. "Connie, Sasha memanggilmu." Ujar Mikasa. Laki-laki berkepala botak yang duduk di depan Krista menoleh ke arah pintu. Krista juga mengikuti gerakannya, dan di pintu, ia melihat gadis roti yang kemarin ia tolong.

"Sasha!" teriak Connie. Sasha masuk dan menghampiri Connie. Sepertinya dia membicarakan sesuatu dengan Connie. "Ah!" ujar Sasha tiba-tiba. "Kamu cewek yang kemarin menolongku, kan?" tanyanya pada Krista.

"E-eh? Ya.."

"Aku, Connie dan teman-temanku mau pergi ke Café baru yang lagi naik daun itu sepulang sekolah. Kalau mau, kamu mau ikut juga, nggak?"

"Hm...nanti aku juga nggak ada urusan penting sih, ya udah deh aku ikut."

"Yey! Aku belum mengenalkan diriku, ya? Namaku Sasha."

"Krista."

"Kalau gitu, sampai nanti!" Sasha pergi dengan ceria, sambil melambai-lambaikan tangannya.

Tak terasa waktu berlalu, bel pulang yang telah ditunggu-tunggu para murid, akhirnya berbunyi juga. "Krista!" panggil Sasha. Di sekitar gadis itu, ada Eren, Mikasa, Armin, Jean, dan Connie. Krista pun berlari kecil menghampiri mereka. "Aku yakin cewek rambut panjang lebih cantik!" ucap Jean. "Enggak! Rambut pendek lebih imut!" sahut Eren. Seperti biasa mereka suka sekali beradu argumen. "Eren, udah." Dan seperti biasa juga Mikasa menghentikan mereka.

Mereka pun sampai di Café baru itu. Interiornya sangat bagus dan menarik, tak disangka banyak orang yang ingin datang ke sini. "Krista? Kebetulan sekali," ucap Ymir. "Ah, ya. Kamu sering datang ke sini?" tanya Krista. Ymir hanya mengangkat bahunya. "Siapa?" tanya Sasha.

"Anak pindahan di kelasku."

"Ooh, aku Sasha. Duduk bareng, yuk!"

Sebelum Ymir menjawab tawarannya, Sasha sudah menarik tangannya ke tempat mereka duduk. Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. "Sasha, kuemu kebanyakan. Aku ambil satu," ucap Connie mengambil satu potong kue milik Sasha. Gadis itu memiliki raut wajah tidak percaya pada kawannya itu. "Connie curang! Aku juga mau satu!" ujar Jean yang juga mengambil kue Sasha dan memakannya. "Huekk..rasa apa ini? karena warnanya hijau, kupikir Green Tea atau semacamnya." "Wasabi." Ucap Sasha.

Semuanya tertawa melihat tingkah Jean, namun Connie lah yang tawanya terlalu kencang sampai-sampai ditegur manajer Café. Tentu saja Krista juga tertawa. Melihat pemandangan itu, detak jantung Ymir berdetak kencang, rasa apa ini? Seperti ingin terus bersamanya, dan melindunginya. Ia merasa mungkin itu hanya ilusinya semata. Mereka lanjut bercanda tawa, sampai matahari mau terbenam.

"Dadah semua!" ucap Sasha melambaikan tangannya. Mereka pun pulang ke arah rumah mereka masing-masing menyisakan hanya Ymir dan Krista. "Kalau gitu, aku juga mau pulang," ucap Krista. Ia pun berjalan pulang, namun ia merasa bahwa Ymir mengikutinya. "Kamu ngapain ngikutin aku, sih?"

"Jalan rumahku juga lewat sini." Jawab Ymir. Krista pun kembali berjalan. Tanpa ia sadari, dia hampir saja jatuh tersandung batu. Kalau saja Ymir tidak menopangnya, mungkin sudah muncul benjolan di kepalanya. "Jalan aja nggak bener, dasar ceroboh," ucap Ymir yang membuat pipi Krista sedikit memerah.

Ymir pun membantu Krista berdiri. "Beneran deh kalau nggak ada aku, bakal gimana tadi?" ujar Ymir. Krista yang mengakui perkataan Ymir, hanya bisa terdiam. "Krista, aku ingin melindungimu."

"Ha?"

Ymir tersenyum, "Sepertinya aku telah jatuh hati padamu. Menikahlah denganku!"

.

.

.

huwaww bund, aku nggak nyangka bakalan ada yang baca ni cerita >.<

kmrn bikin krn gabut, iseng aku post, trs aku tinggalin gitu aja. krn prnh bikin cerita yg pembacanya dikit, jujur aku ga berpikir klo bakal ada yg baca. makasihhh bgtt yaa aku udh bikin plot cerita ini ampe akhir. ga janji bakal good, tp ya itu kan pendapat kalian, pokonya ttp baca dan jgn lupa vote okeh

41 Days - A YumiKuri fanfic By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang