Part 14

12.1K 1.3K 24
                                    

"Apa?!" pekik Kezia dengan suara melengkingnya.

Shayna sampai terkejut sendiri mendengar respon temannya itu. "Jadi Alvin itu pernah ngehamilin anak orang? Terus Dinda itu yang mana? Tadi gue ga merhatiin orangnya," cecar Kezia penasaran.

"Dinda yang pakai jumpsuit formal putih. Rambutnya dicurly. Yang tinggi putih orangnya." Kezia mencoba mengingat-ngingat tamu yang datang sesuai deskripsi Shayna.

"Oh gue tau! Yang mukanya rada manis itu kan?! Sekarang udah ga manis karna gue tau busuknya. Bisa-bisanya dia suka sama tunangan orang?!" gerutu Kezia tak terima.

Shayna mengunyah puding cokelatnya dalam diam. Sebenarnya ia tak terlalu bermasalah dengan perasaan Dinda.

"Gue cuma takut ternyata Alvin suka sama dia. Berarti gue kayak nyamuk aja orang ketiga yang ngerusak gitu. Apalagi gue bakal habisin hidup gue sama Alvin."

Kezia tertegun mendengar perkataan Shayna. Berbeda dengan keluarga Shayna, Kezia datang dari keluarga broken home. Sekarang adalah pernikahan kedua ibunya. Dan ia tinggal bersama ibu serta ayah tirinya.

Keluarga Shayna sendiri berbanding terbalik dengan keluarga Kezia. Tidak ada perceraian di dalam kamus Billy dan Shannon. Kezia sadar akan keadaan keluarga Shayna dan bagaimana terjepitnya kondisi sahabatnya.

"Kenapa tadi lo terima, Na?" tanya Kezia pada Shayna bingung.

Bahkan Kezia masih mengingat jelas betapa yakinnya Shayna menjawab pertanyaan dari juru bicara calon mempelai wanita.

"Gue gatau Kez demi apapun gue gatau! Gue baru tau cerita itu pas gue mau makan. Bokapnya Dinda yang ngomong sama orang lain di garasi."

Sesuap lagi puding cokelat masuk ke dalam mulut Shayna. Setidaknya puding ini bisa menetralisir kekacauan dalam kepalanya.

"Apa lo tau gimana perasaan Alvin? Khususnya buat si Dinda ini?" tanya Kezia lagi.

Shayna kembali menggeleng. "Tapi dia pernah bilang ke gue kalo emang ga pernah punya niatan nikah dan dia lagi sendiri." Shayna mengingat pembicaraan mereka saat menikmati pisang bakar tempo hari.

"Tapi Dinda suka sama Alvin?" Shayna mengangguk setuju.

"Lima tahun yang lalu, di keluarga besar gue kayak pasang-pasangin Alvin sama Dinda. Katanya mereka pasangan idaman gitu. Cowok ceweknya sama-sama oke gitu deh."

Tiba-tiba Kezia memegang kepalanya. Matanya membulat seakan ia baru mendapat sesuatu yang mengejutkan.

"Jangan bilang Dindanya baper?!" pekik Kezia sendiri. "Hah?" Shayna melongo bingung tak paham maksud omongan Kezia.

"Iya! Dia baper gegara dipasang-pasangi gitu. Dibilang pasangan ideal. Apalagi menurut mata perempuan gue ya, Alvin itu ga jelek. Dia justru manis. Terus ga banyak tingkah. Karirnya udah oke, kan?"

Kezia mulai berceloteh mengeluarkan berbagai teori yang ada di kepalanya.

Kalo gini aja otaknya lancar banget ngeluarin semua teori-teori yang nyudutin orang. Shayna menggeleng tak percaya melihat Kezia yang masih terus mengeluarkan teori sakti miliknya.

"Tapi Na, gue punya saran buat lo."

"Apa?"

"Mendingan cari tau dulu gimana perasaan Alvin. Kalau emang dia ternyata ga punya perasaan lebih buat Dinda, yaudah bukan masalah," saran Kezia sambil mengacungkan tinggi jari telunjuknya seakan ia memberikan saran paling benar di situasi sekarang.

Gadis kecil itu kini menatap Shayna dalam. Sampai mencondongkan tubuhnya ke arah Shayna. "Habis lo tau perasaan si Alvin, langsung pepet teros! Jangan kasih longgar Na! No more Dinda for Alvin."

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang