# OO6

3.1K 623 23
                                    

Suara pekikan Haruto berhasil membuat yang disebutkan namanya menengok ke sumber suara. Jeongwoo menggerutu dalam dia, kenapa pemuda Jepang itu baru datang? Kemana saja dia sendari tadi?

Namun ia juga merasa lega karena beberapa oknum bodyguard serta preman tadi sudah tumbang akibat tembakan Haruto tadi.

Terlalu fokus pada aksi Haruto, membuat Jeongwoo lengah. Dalam hitungan detik, sebuah pisau melesat ke depan wajahnya, untung saja masih ada waktu menghindar. Namun akibat itu ia mendapatkan luka goresan baru di pundak kanannya.

"Sial." Ucap Jeongwoo dengan ringisan pelan menahan nyeri akibat luka gores yang terbilang cukup dalam.

Pistol pada genggaman pun terjatuh akibat tangan kirinya yang ia gunakan memegang pistol kini beralih memegang pundaknya untuk menahan pendarahan.

"Jadi ini kemampuan mantan Unit Khusus?" Ucap remeh sang pelaku, hal itu berhasil membuat Jeongwoo geram.

Dor! Dor!

Suara nyaring tembakan dan jatuhan perluru di ruang itu membuat siapa saja yang mendengarnya akan menutupi telinga. Para gadis di ruang itu sudah berhamburan keluar entah kemana. Menyisakan para lelaki dengan berbagai pistol dan benda tajam.

"Enggak heran sih kalau orang kaya anda di tempatkan di unit daerah ketimbang khusus. Begini saja sudah kalah telak."

Pelaku tersebut mendekati Jeongwoo yang kini sudah terpojok akibat menghindari tembakan berbagai arah.

Benar kata Jihoon, misi ini adalah misi serius karena pelaku begitu cerdik. Sial.

"Jeongwoo, ambil pistol lo!" Teriak Haruto dari kejauhan, dengan telaten pemuda Jepang itu menembak pistol Jeongwoo yang jatuh tadi, tembakan Haruto barusan membuat benda itu menjadi mendekat ke Jeongwoo.

"Ambil!"

Jeongwoo dengan cepat mengambil pistolnya, pemuda itu mengabaikan rasa sakit pada pundaknya.

"Owh, tenang Park Jeongwoo. Turunkan pistol itu dan anda akan saya bebaskan dari sini."

Tak membalas ucapan orang di hadapannya, Jeongwoo kini sudah bersiap menekan pelatuk pistolnya.

"Capek formal mulu, gue tahu lo enggak bisa menembak lagi, Woo. Kejadian itu, buat lo trauma kan?"

Deg. Seketika tangannya bergetar, keringat dingin menetes dari kening Jeongwoo. Sial, saat-saat begini kenapa harus ingat kejadian saat itu.

Tanpa disadari, pelaku itu semakin mendekat. Hingga membuat Haruto yang berada cukup jauh seketika panik.

"Lakukan kalau lo bisa."

Satu kata di benak Jeongwoo, 'Sinting'. Karena si pelaku itu justru menempatkan diri di depan pistolnya, ini kesempatan untuk Jeongwoo seharusnya.

Namun nyatanya tidak---karena Jeongwoo seketika diserang oleh panik akibat teringat oleh kejadian waktu itu.

Tangannya bergetar hebat, membuat si pelaku tertawa puas melihat keadaan Jeongwoo sekarang.

Dor!

Satu tembakan berhasil menembus dada sang pelaku. Dia tak percaya jikalau baru saja tertembak. Darah segar keluar dari sana, menit kemudian tubuhnya ambruk.

"Semakin dekat lo dengan Jeongwoo, semakin dekat lo dengan ajal. Lo layak mendapatkan hal itu." Persetan dengan sopan santun, ia muak berbahasa sopan.

Haruto baru saja menembak tepat sasaran pada jantung si pelaku. Dengan santai, pemuda Jepang itu melewati mayat yang baru saja tadi tertembak oleh dirinya.

Sedangkan Jeongwoo masih terdiam tanpa ucapan, kini gilirannya untuk ambruk karena kedua tungkainya begitu lemas.

Hal itu tidak dibiarkan, sebab Haruto dengan cepat menyanggah tubuh pemuda Park itu dari sisi kirinya. Tidak bertahan lama dalam kesadarannya, Jeongwoo pun memejamkan matanya.

Pendarahan pada pundaknya serta serangan panik membuat tubuhnya begitu lemas. Ia tidak pingsan, hanya memejamkan mata guna mengumpulkan kembali tenaga.

Entah inisiatif darimana, Haruto memilih untuk mengangkat tubuh Jeongwoo ala bridal style. Jeongwoo tahu itu, tapi karena tenaganya minim ia jadi tidak bisa memberontak.

Haruto membawa keluar Jeongwoo, sampai di luar Jeongwoo dapat didengar suara sirene mobil polisi dan ambulan.

"Maaf terlambat, Tuan."

"Langsung bereskan sisanya di dalam. Untuk biaya ganti rugi club, itu urusan saya."

"Bagaimana dengan korban ini?"

"Dia urusan saya."

Itulah percakapan Haruto dan seorang polisi, entalah, dirinya juga tidak tahu. Yang jelas, itu adalah suara terakhir yang Jeongwoo dengar sebelum kesadaran hilang.

[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang