• upacara • [13]

50 10 0
                                    

Vomment nya dulu ,
And happy reading-!

—si dingin—

Sebenarnya Lia sedang balik kampung kalau di pikir-pikir karena tempat kelahirannya di sini, di kota Yogyakarta

Lia sempat tinggal di Jakarta hanya dua tahun karena pekerjaan papa nya tidak lama setelah papa nya meninggal Lia kembali di kampung halamannya

Seluruh siswa sudah berada di lapangan menahan panas dan menahan lainnya :). Ya contohnya aja si Felix, pemuda itu lagi menahan buang air besar

"Gila anjir gua pengen punya kekuatan kayak rafatar" ucap Aji di sela-sela menahan kepanasan

"Rafatar anaknya gigi?" Tanya Calvin di sebelahnya

"Bukan goblok, gak elit banget lo gak tau kartun rafatar"

Calvin memukul Aji dengan topi sekolahnya "kartun Avatar goblok! Lu kali yang tolol"

"Nah iya maksud gua itu, gua pengen ngendalin awan sama angin"

"Gila itu yang jadi pemimpinnya kuat amat" ucap Prima sedang posisi sedikit membukuk untuk menghindari sinar matahari

"Nah kabar bagus buat sekolah kita yang kemarin lomba etskul basket" ucap bu Dina, sebagai pembina upacara

"Anak basket membawa piala kejuaraan lagi, untuk regu putra juara dua dan untuk regu putri juara satu. Kasih tepuk tangannya"

Peserta upacara bertepuk tangan semua dan di tambah lagi sorakan si Haris dan Aji

"Mana nih yang kemarin ikut lomba, silahkan maju kedepan"

"Silahkan maju kapten basket!!!!" Ini Haris yang bersorak

"Wuuuuuuhhh!! Wuuuuh!!" Ini Aji menambahkan

Piala sudah di pegang lalu guru-guru berkumpul untuk sesi berfoto

Untuk regu putra kemarin juara dua antar sekolah. Lino memegang pialanya lalu di sebelahnya kepala sekolah dan di depan sana pak Agung memfoto mereka berdua

Yaudah lah nanti fotonya di pajang deket ruang guru wkwkwk

"Lia lu aja maju"

"Ih ih kok gua?!"

"Keburu Lia, udah sana" Ika dan Acha mendorong Lia maju kedepan untuk sesi foto bersama kepala sekolah

"Nah rekor lagi nih, regu putri sekolah kita mendapatkan juara satu antar sekolah" mereka tercengang sekaligus senang

Menurut mereka— yang lomba basket regu putri, itu berkat Lia yang mati-matian dan sebenarnya mereka juga sama sih, cuman kemarin Lia lah yang paling lincah walaupun tinggi badan tidak sama seperti lainnya

Menurut Lia itu berkat semangat teman-temannya dan doa nya yang di kabulkan

"Gila?!! Regu putri juara satu?"

"Wah-wah gila banget..!"

"Wah anjir panas banget" ucap Mika sambil mengibaskan topi sekolahnya ke arah dirinya

"Aduh! Aduh! Aku mau pingsan aja deh" ucap Adelia pura-pura memegang kepalanya

"Yaudah sono" ucap Prima :')

"Kita kuat" -Haris

"Kita tegar" -Aji

"Kita tangguh" -Calvin

"Kita burik" -Bayu

Mereka bertiga menoleh ke arah Bayu yang di belakang Calvin

"Lu aja gua nggak" ucap Aji

"Fuuuuuhh~ awan tutuplah matahari dan angin berhembus lah" ucap Aji mempraktikkan gaya pengendali

"Hmm... Go blok" ucap Esa di ujung sana dekat barisan kelas 11 IPA-1

…ᘛ⁐̤ᕐᐷ

"Ayok cil, kita ke kantin" Calvin merangkul dan menarik paksa si Jusuf

"We! We! Leher ku ke cekek"

"Woi prim pena gua mana" si Calvin menagih pena nya yang di pinjam Prima waktu itu

"Masih gua pinjem, sumpah" padahal aslinya Prima berniat untuk menyolong

"Halah, bohong. Lu suka ngebet pena orang ajaaa"

"Hehe.. yaudah ntar gua balikin, kalo gua inget" Calvin meninggalkan gadis itu lalu menghampiri teman-temannya

"Kak Lino!" Lia berlari menghampiri Lino di dekat taman sekolah

"Ini dari bunda" Lia menyodorkan kotak kecil ke arah Lino

"Apa?" Lia mengedikan bahunya

Lino membuka kotak kecil itu, cowok berhidung bangir itu terdiam melihat isi kotak itu

Lino mengangkat kalung itu melihat ukiran kecil yang tergantung di bagian kalung itu. Sebuah ukiran nama 'Love Lino'

Lino tersenyum itu adalah kalung pemberian almarhumah mamanya saat ia berulang tahun ke satu tahun

Dan sepertinya Lia belum mengetahui jalan ceritanya

"Thanks" Lia mengangguk dan mengulas senyumnya

"Li"

"..hm?"

"Lu udah tau cerita keluarga gua.. sama keluarga lu?" Lia terdiam, ada apa dengan hubungan keluarganya dengan keluarga doi

"B-belum"

Lino menghela nafas ia sebenarnya butuh pendengar cerita masa kecilnya namun ia ragu akan hal itu, padahal teman dekatnya banyak yang ia bisa percayai

Lia tersenyum melihat raut wajah Lino "kak, kalo mau cerita, ceritain aja gua siap denger kok. Dan gua janji gak bakal kasih tau sama siapapun!"

Lia mengangkat kelingkingnya "ya tapi kalo gak mau cerita, gapapa kok gua gak maksa itu juga kan hak lu"

Lino melingkari jari kelingkingnya ke jari kelingkingnya Lia yang mungil itu

Deg.

Deg.

Deg.

Deg.

'as-'

Detak jantung Lia tidak beraturan pipinya memerah padam

"Gua mau cerita, tapi gak disini" Lia mengangguk mengerti

"Gua mau cerita, tapi gak disini" Lia mengangguk mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih vote dan komen nya (。•̀ᴗ-)✧

si dingin || Lee Know x Lia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang