Divan berjalan menuruni tangga dengan santai, setelah mendapatkan ancaman dari Raisa dikurangi uang jajan selama sebulan, tanpa basa-basi dia langsung bangun dari tidur nyenyaknya ngacir ke kamar mandi dan siap untuk berangkat ke sekolah dalam waktu lima menit.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan kamarnya sekarang sudah pasti lebih parah daripada kapal pecah.
"Pagi bunda sayang, Pagi babang ganteng yang kegantengan nya gak akan pernah bisa ngalahin gue"
Sapa Divan seraya menarik kursi disamping Revan.
Raisa hanya tersenyum menanggapi anak bungsunya itu, detik selanjutnya matanya melotot melihat penampilan Divan yang lebih cocok jadi preman pasar daripada anak sekolahan.
Revan melirik menatap adiknya
"Dosa apa gue sampe punya adik berandalan kayak lu"
Ucapnya setelah melihat bagaimana abstraknya penampilan Divan.Rambut acak-acakan, baju kagak dikancing, lengan baju dilipat, dasinya hanya sebagai hiasan, matanya sudah melebihi panda,
Namun tetap saja tak mempengaruhi ketampanannya sedikit pun.
"Sembarangan lu ngatain gue berandalan orang cakep plus keren begini" Balas Divan mengurungkan niatnya mengambil roti lalu menyisir rambunya ke belakang.
"Cermin banyak noh di kamar gue kalo perlu" Cibir Revan lagi.
"Bisa gak sih babang Rev sekali aja kagak bikin gue-"
"Divan"
Panggil Raisa pelan
Divan mengalihkan pandangannya dari Revan menatap Raisa yang sedang menatapnya.Raisa menghela nafas ringan sebelum berucap
"Bunda udah kehabisan cara untuk ngerubah penampilan sama kelakuan kamu, kamu sebenarnya kenapa sih ada apa, sampai bersikap gak perduli gini sama diri kamu sendiri, mana Divan yang dulu kamu berubah semenjak Selina udah gak ada"
Deg..
Mendengar nama Selina membuat bulu kuduk Divan seketika meremang
Detik berikutnya dia membuka suara"Bunda sayang Divan gak berubah kok ini masih Divan yang sama Divan yang dulu, bunda masa gak ngenalin anaknya sendiri sih, dari dulu kan aku udah kek gini bun"
Divan berusaha menenangkan jiwanya yang sudah mulai gak karuan
"Justru karena bunda sangat mengenali kamu makanya bunda bisa bilang kamu udah berubah sekarang, kamu-"
Drttttt
Getar di HP Divan menghentikan ucapan Raisa
Divan merogoh saku celananya
'Kenzo'
Nama yang tertera di layar ponselnya"Maaf bun Divan angkat telfon dulu"
Divan berjalan menjauh dari bunda dan kakaknya"Halo ken ada apa"
"Lo lagi dimana? "
"Rumah"
"Cepetan ke sekolah ada masalah serius"
Belum sempat Divan bertanya ada apa Kenzo sudah memutuskan sambungannya
"Mmm bun Divan harus berangkat sekarang"
Ucap Divan setelah kembali ke meja makan."Ya udah langsung berangkat, hati-hati jangan ngebut-ngebut bawa motornya"
Nasehat Raisa yang tak pernah di indahkan oleh Divan"Divan pamit Assalamu'alaikum"
Pamit Divan seraya mencium tangan Raisa"Waalaikumsalam" Balas Raisa diiringi senyuman
"Babang Rev gue pamit dulu"
Divan mengulurkan tangan di depan kakaknya yang dibalas tatapan datar"Udah sana pergi" Ketus Revan
"Judes amat lu kayak istrinya mang usep gue doain-"
"Pergi atau gue-"
Revan mengangkat garpu yang ada ditangannya tepat didepan wajah adiknya"Iya iya dasar kek lampir" Kesal Divan berjalan mendekati Raisa mencium pipinya
"See you buncan"
(Buncan:bunda cantik)
"Ingat jangan ngebut ngebut"
"InshaAllah bun kalo gak lupa"
Seru Divan agak berteriak karena dirinya sudah berada di halaman rumahDetik selanjutnya Raisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar deru motor Divan
Yang langsung melaju dengan kecepatan diatas rata-rata begitu keluar dari halaman."Udah sih bun jangan terlalu dipikirin ntar dia juga sadar sendiri, Revan pamit ke kampus dulu assalamu'alaikum"
Ucap Revan seraya bangkit dari duduknya mendekat ke Raisa dan mencium tangannya
"Waalaikumsalam salam hati-hati" Balas Raisa seraya mengelus pelan pipi anak sulungnya
Revan menggenggam tangan bundanya dia bisa melihat ada raut kecemasan dari sorot mata Raisa
"Bunda gak usah khawatir Divan baik-baik aja kok dia cuma butuh waktu untuk nenangin diri, meskipun Selina udah pergi satu tahun yang lalu Divan masih sulit untuk nerima itu"
Raisa mengangguk pelan mendengar nasehat putranya
"Revan berangkat ya, bunda hati-hati dipojok lemari ada gadis cantik yang lagi merhatiin bunda"
Setelah mengatakan itu Revan langsung melangkah pergi meninggalkan Raisa yang sedikit merinding karena ucapan anaknya
Bukan apa-apa kalau orang lain biasa mengganggap ucapan Revan itu cuma bohongan tapi bagi Raisa tidak
Karena Revan memang memiliki 'kelebihan itu'***
Jangan lupa vote and comment ya
Thank for you participation
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Of You
RandomKesalahan masa lalu membuatnya harus menanggung beban derita yang luar biasa