• 9

2.7K 510 22
                                    

Hari ini aku libur dan udah ngomong ke orang rumah untuk jangan ganggu waktu hibernasiku—yang kalau sesuai jadwal baru bangun jam 3 sore. Eh, kehadiran tamu paling menyebalkan sedunia merusak rencanaku dan berakhir dengan kami duduk di bangku taman di pukul 9 pagi!!!

Aku harusnya masih tidur bukan malah lari pagi!!!

Oknum yang menyeretku menoleh, nyengir tanpa rasa bersalah sambil memberikan sebotol air. "Jangan cemberut napa, niat gue tuh baik, mau bikin sahabat gue sehat."

Aku menghela napas, berat sekali rasanya padahal baru satu putaran. Omong-omong, tebakan kalian benar. Aku sedang bersama Kim Younghoon. Siapa lagi yang bisa masuk ke kamarku tanpa izin dan menyeretku ke sini kalau bukan dia?

Hah, langit hari ini terlalu cerah. Waktu yang tepat untuk menutup rapat gordeng dan berkelung di bawah selimut. Aku mau pulang, mandi, dan melanjutkan hibernasi. "Jangan ngambek ah, ayo gue beliin ketoprak."

Aku mendecih, tapi tetap mengikuti sih. Kalau ditanya kenapa aku bisa senormal ini, mungkin karena aku benar-benar sudah melepaskan. Pun aku sudah bertekad untuk meninggalkan perasaanku bersama teriakan di paralayang kemarin. Di sisi lain aku gak bisa menjauh. Younghoon masih sahabatku, teman baik yang aku miliki sejak kecil. Menjauhinya hanya karena perasaan—yang bahkan tak ia ketahui—rasanya sangat tak menyenangkan.

Aku hanya akan bersikap seperti biasa. Seperti sebelumnya, menekan perasaan dalam-dalam. Younghoon masih terlihat sama seperti dulu ketika aku menyadari ada yang berubah pada hatiku. Sudut bibirku terangkat, ya mungkin kami memang hanya ditakdirkan sebagai sahabat. Tanganku naik, memukul punggungnya kencang hingga mengaduh.

"Dih? Apaan sih? Kok gue dipukul tiba-tiba?" Komentarnya tak senang.

Aku malah tertawa, "balesan buat bangunin gue pagi-pagi."

Juga balasan karena bikin aku jadi cewek bodoh.

Yah, aku rasa memukul punggungnya dengan sepenuh hati—hingga membuat tanganku merah—adalah hal baik. Aku merenggangkan tanganku, kemudian menoleh. "Cepet, katanya mau traktir? Gue laper nih."

Aku merasa hari ini akan menjadi hari yang baik. "Buru woi."

"Lo aneh deh hari ini Lis," kata Younghoon dengan tangan melingkar di bahuku. "Kek ada yang berubah gitu."

Aku hanya tersenyum. Ya, manusia memang berubah 'kan? Seperti perasaanku pada lelaki di sampingku. Selama ini aku selalu bertanya kapan perasaan yang hanya menyakiti diri ini berakhir. Ternyata, ketika aku bangun hari ini tiba-tiba saja aku merasa lebih baik untuk menghadapi Younghoon, sebagai sahabatku. Bukan lagi seseorang yang aku sukai.

Lucu sebenarnya. Aku tak tahu alasan pastinya, tapi mungkin dengan seperti ini akan lebih baik untuk kami. Aku lelah berharap pada sesuatu yang aku tutupi dengan ketakutan akan kehilangan. Tak ada kepastian jika Younghoon merasakan hal yang sama juga 'kan?

"Perasaan lo doang kali." Aku memutuskan kalimat itu sebagai jawaban. "Lagian, kita udah lama gak ketemu 'kan? Gue mah gini-gini aja."

"Hm, iya kali ya."

Aku hanya mengangguk. Kalau dipikir sudah lama kami tak main bersama. Sesimpel melangkah menuju tukang ketoprak saja kalau sudah lama gak dilakukan ternyata menyenangkan juga. Ya, mungkin sebenarnya aku merindukan momenku dengan Younghoon. Kepalaku bersandar di bahunya. Aku gak mau mengakui, tapi aku kangen sama teman kecilku ini.

"Tuh 'kan lo aneh!"

Aku ketawa lagi, "enggaaak Younghoon, gue cuma kangen aja sama kita. Kaya udah lama banget gak jalan bareng."

Younghoon mengangguk, menepuk bahuku pelan. "Ya udah nanti kita jalan-jalan lagi. Mau ke SeaWorld?"

"Boleh, boleh."

"Abis UAS gimana?"

"Okeee!"

Melepaskan, ternyata gak sesedih yang aku pikirkan. Kayanya besok aku harus traktir Jaehyun deh, oh Rosie juga. Mungkin baiknya aku ajak mereka ke kafe? Sekalian traktir Sungchan. Astaga, aku sampai melupakan anak itu.

•••

Selamat hari Rabu
-amel

lovesick girl.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang