E X T R A C H A P T E R

8.4K 342 5
                                    

Setelah graduation, Aora diberi kepercayaan Tuhan untuk hamil. Semua sangat senang mendengar kabar bahagia ini.

Aora dan Revan berkunjung ke makam Diana untuk membagikan kabar gembira ini.

Disana mereka berdua duduk jongkok secara berhadapan, lalu memegang nisan Diana.

"Mama, ada kabar gembira ma," Revan menatap nisan itu.

"Iya ma. Aora hamil," Aora tersenyum senang.

"Ini ma buktinya. Bener kan? Gak akan salah kayak waktu itu kok hahaha," Aora menunjukkan test pack nya, lalu seketika ia flashback kenangan yang jika diingat sekarang terasa lucu.

Revan ikut tertawa. Lalu menatap mata Aora.

"Kenapa ngeliatin Aora?"

"Cantik."

"Bener cantik?"

"Boong."

"Ih Revann!!" teriak Aora.

"Heh heh. Bisa-bisanya di kuburan teriak-teriak," ucap Revan keheranan.

"Eh iya. Ya Allah maapin Aora. Gak sengaja sumpah."

"Hih. Awas tuh ada yang ngikutin ntar," Revan menakut-nakuti istrinya sendiri.

"Tuh ma. Revan kumat. Males ah. Mau peluk mama aja bye," Aora memeluk nisan Diana, lalu memejamkan matanya.

Ia merasa pelukannya dibalas oleh mama Revan, pelukan yang tak nyata itu sungguh terasa hangat.

---

Tanggal 27 Desember ini, Aora terpaksa masuk ke rumah sakit karena mengalami kontraksi yang semakin kencang.

Kata dokter, Aora sudah mengalami pembukaan 7. Diperkirakan besok Aora akan melahirkan.

Karena kehamilannya di usia yang cukup muda, Aora juga menanggung beban dua kali lipat daripada ibu-ibu biasanya.

Tidak hanya itu, kata dokter, posisi bayi Aora berbeda dari biasanya. Kepala janin Aora berada di rahim bagian atas, bukannya di rahim bagian bawah mendekati jalan lahir.

Tentu bukan masalah kecil. Aora harus melahirkan melewati metode caesar.

Rasanya Aora sangat tidak sabar menantikan kehadiran sang buah hati, tidak ada rasa ketakutan sedikit pun dari dalam hati Aora.

Justru Revan yang sangat tidak tenang. Ia sangat takut kehilangan istrinya itu, tapi ia lebih takut jika kehilangan nyawa keduanya.

Revan terus menunjukkan ekspresi ketakutannya ini, ia benar-benar tidak bisa menyembunyikannya.

"Revan, santai aja," Aora tertawa melihat wajah Revan yang terlihat sangat menggemaskan itu.

"Aku gak bisa santai Raa. Aku takut banget kehilangan kamu."

Hahaha. Memang. Sejak Aora hamil, Revan berubah. Berubah sangat drastis. Kini bisa di bilang, Revan telah menjadi bucin.

"Gemes banget sii suami acuuu," sempat-sempatnya Aora mencubit pipi Revan.

"Arghh!!" tiba-tiba perut Aora sakit setengah mati. Rupanya ia mengalami kontraksi lagi. Cepat-cepat Revan memanggil dokter.

Setelah diperiksa, ternyata Aora sudah naik tingkat menjadi pembukaan 8.

"Revan sakiitt," Aora meremas baju Revan kuat-kuat.

"Sayang, yang kuat yaa," Revan terus berusaha menenangkan Aora.

Satu jam kemudian, kontraksi yang dialami Aora semakin kuat. Bahkan 3 kali lipat dari rasa sakit sebelumnya.

"Revann, Aora kesakitann," Aora memegang bawah perutnya.

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang