Prolog

9 1 0
                                    

Stalker

 

 

"Pagi~"

Sapaan lembut khas konsonan nasal bak penyiar berita dengan bahagia di dengungkan Elen dalam ruangan yang berisi seorang pria terbaring di atas tempat tidur. Seakan sudah akrab dengan ruangan VIP rumah sakit, Elen hanya perlu mengikuti insting untuk sampai di area vas bunga lalu mengganti bunga layu di sana dengan seikat lili putih yang sejak satu jam lalu ia beli.

"Pagi len," balas pria di tempat tidur tadi dengan menyunggingkan senyum sesaat sebelum menyadari keberadaan Aron. "Eh kamu bawa temen len? Ya ampun sorry aku baru sadar."

"Nggak apa kak, kita juga nggak sengaja ketemu." Cegat Elen agar Aron tak perlu menjawab pertanyaan dari Arga, seperti perjanjian mereka. Pagi ini Aron diminta ikut oleh Elen untuk melihat siapa itu Arga dan bagaimana perawakannya.

"Kak Arga sendiri udah baikan? Atau masih ada yang kerasa sakit?" diam tapi pasti, Aron yang menyimak perilaku Elen merasa jika gadis di depannya sangat pandai dalam seni akting.

Aron dulunya adalah seorang gitaris grup band indie di kota Bandung. Kehebohan pandemi lalu ikut-ikutan menyeret grup band—nya jadi kurang laku. Akhirnya ia tak memiliki pemasukan lagi sehingga harus menunggak uang kost. Di saat Aron berpikir akan menjelma jadi gelandangan, ia menemukan jackpot dengan mengetahui rahasia Elen, si anak ibu kost.

Elen yang mengakui naksir berat pada Arga menyimpan—masterpiece of love—mulai dari sketsa, lukisan, animasi sampai video kegiatan Arga. Atau jika bahasa orang waras menyebutnya stalker.

"Udah jauh lebih baik, kok."

"Aku ikut seneng dengernya. Kalo biasanya kak Arga selalu aku repotin buat nemenin ngerjain tugas, sekarang giliranku buat jagain kakak." Bila ucapan barusan lewat di telinga orang awam maka tak akan ada yang merasa aneh. Namun bagi Aron, setiap kata yang keluar dari bibir Elen lebih mirip bisikan setan.

Arga sendiri merupakan pasien yang dirawat Rumah Sakit Bina Sehat Bandung akibat luka tusuk di bagian perut. Elen tak menuturkan alasan Arga bisa mendapat luka itu. Yang jelas, Aron yakin jika Elen tak keberatan melakukan hal ekstrem demi memiliki Arga.

Bahkan berkat kemampuan tipu daya Elen, pacar Arga sempat dibuat cemburu hingga mengakhiri hubungan mereka. Tentunya semua itu tanpa sepengetahuan Arga. Setelah rahasia Elen terbongkar pun, ia malah menawarkan perjanjian pada Aron. Gantinya, Aron bisa bebas tinggal di kost tanpa ribut memusingkan soal uang.

"Hari ini aku bawain sop merah pake isian udang, kak Arga aku jamin bakal lahap makannya." Ucap gadis kuliahan Prodi Visual Arts itu sambil terkekeh.

Selama menyaksikan reka adegan—pasien dan perawat—yang dilakukan Elen, kepala Aron tiba-tiba diganduli sejumlah fakta menarik.

Semua barang di ruangan Arga adalah milik Elen. Pilihan tempat makan, sendok hingga selimut cadangan memiliki sentuhan wanita. Selanjutnya aroma kamar yang kini menampung tiga orang itu persis parfum Elen. Walaupun Aron belum lama mengenal Elen, tapi kamar ini seperti dirancang khusus supaya Arga tak sekali pun mencoba lupa tentang keberadaan Elen.

"How sly." Bisik Aron dengan suara rendah.

Jubah mendung langit malam memayungi langkah Aron dan Elen yang hendak pulang.

"Jadi udah tau kan gimana sosok Arga? Tinggal ikutin semua yang udah aku bilang sebelumnya,"

"Kenapa nggak langsung ungkapin perasaan lu ke Arga daripada ngelakuin hal kayak gini?" Elen berhenti seketika mendengar pertanyaan Aron. Ia berbalik tapi bukan menyajikan wajah geram, malah wajah penuh kepuasan sedang tersaji di sana.

"Aku cinta sama Arga dan dia cinta pertamaku. Tapi Arga cuma mandang aku sebagai adik. Kalo aku nggak bisa bikin Arga punya perasaan yang setara, ya seenggaknya aku mampu jauhin orang-orang tersayangnya biar Arga tetep utuh jadi milikku."

"Lu bakal rugi nanti,"

"Nggak masalah. Asal aku jadi orang yang paling Arga butuhin sekarang."

Hening.

Cahaya bulan sekilas menyapu mata Elen, baru kali ini Aron merasakan keangkuhan waktu yang membisu.

Entah kenapa Aron tak mau memberi reaksi terhadap penjelasan Elen barusan. Ia hanya mau menjaga kepala tetap dingin sebab percintaan bukanlah keahliannya. Lagi pula ia tak punya tujuan lain sekarang selain meraup untung dari kerja kerasnya yang hendak mengikuti jejak seorang stalker.

Selama Aron belum kuasa meretas sepi, Elen memilih untuk melanjutkan perjalanan pulangnya.

"Rokok merek Bold."

"Beliin gue rokok merek Bold. Mulai besok gue kerja."

"Deal." Sahut Elen tanpa perlu menunggu waktu lama.

—————

Hi there!
Salam buat kalian para pembaca dari Newbie dunia Wattpad (❁´◡'❁)
Semoga enjoy sama prolog ini yaaa~~~ dilanjut pas mood nulis lagi (๑•́ω•̀)

See you!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang