CHAPTER 14

654 90 270
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu kuantitas afeksi Jiya yang menyeruak ke dalam kalbu Taehyung itu sudah mencapai limit maksimal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu kuantitas afeksi Jiya yang menyeruak ke dalam kalbu Taehyung itu sudah mencapai limit maksimal. Perkara itu memang konkret lantaran mau dibilang pertemuan mereka itu tidak cantik juga pada akhirnya Jiya jatuh hati pada Taehyung. Mutlak. Barangkali memang manusia tampan itu sudah mengikuti les privat pada setan untuk urusan menggoda perempuan.

Jiya tidak sanggup untuk bersanggah. Meskipun benci membludak, afeksi itu masih tersisa. Jiya masih mudah terhasut oleh rupa, kelikat, pesona, dan segala sesuatu soal Taehyung—terutama perkara godaan dan rayuannya yang sudah seperti terlatih dari setan betulan.

Candra mengintip tanpa segan. Semesta juga selayaknya terlarut dalam gejolak kasih dan asmara yang tengah mendetonasi. Menyelami asmaraloka lebih dalam, memeluk inti sari fiksasi, dan mencumbu cinta yang bersemarak. Jiya tidak tahan. Jiya tidak sanggup. Jung Taehyung selalu berhasil merenggut akal sehatnya. Taehyung menyentak, menghujani, mengisi, dan menyeruak pada daksa ringkih nan kirana sang kenya.

Taehyung terengah. Napas tak teraturnya menyapu halus pemalut tubuh Jiya yang balas terengah hebat dengan wajah merah padam semerah delima. Ia mengisi di setiap sekon dan menit, membaurkan perasaan sedap yang bahari dengan bermandikan konsentrat likuid asin yang bersumber dari pori-pori tubuh.

Malam ini, mereka kembali lepas kendali. Merajut kembali benang dosa yang elok. Taehyung kembali mendatangi pelosok eden yang bergairah, menjuntai benang saliva yang terkoneksi dari dua belah labium yang lagi-lagi saling menyicipi, sekaligus memberikan kejutan konkret ditiap final yang jadi inti sarinya. Sementara itu, Jiya hanya kapabel untuk terendam dalam atmosfer durjana yang kelewat indah lantaran pikirannya tercerai-berai.

Taehyung menelisik netra Jiya yang baru saja berhenti terpejam. Ada jeda beberapa detik selama Taehyung berhenti sebentar untuk sekedar mempermainkan. “Aku cinta kamu. You're mine.” Lantas, ia kembali mengoyak daksa Jiya.

“Jangan begitu,” balas Jiya sembari menengadah sedap, menggenggam erat adam tersebut, dan memublikasikan vokal-vokal bagai rayuan musik bagi rungu Taehyung. “Aku tidak cinta kamu. I'm not yours.” Ia menarik surai hitam legam Taehyung yang absolut sudah tidak tertata rapih.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang