"Li muka lu pucet banget loh" ucap Mika khawatir dengan Lia
"Gua gapapa kok"
Tepat pukul tujuh ujian sudah di mulai dan Lia siap menghadapi soal-soal yang luar biasa tidak maksud jika yang tidak belajar semalam
"Oke.., bismillahirrahmanirrahim"
Kepala Lia tiba-tiba pusing dan Lia mencoba mengabaikannya. Mika di belakang sana mengkhawatirkan gadis itu
Pengawas di depan sana sudah beberapa kali melihat jam tangannya
"Lima menit lagi, sudah selesai" ucap pengawas itu
Lia melemparkan secarik kertas ke belakang— tempat Mika, Lia menuliskan jawabannya untuk teman-temannya
Lima menit telah berlalu seluruh peserta ujian pun telah keluar dari kelasnya untuk ke kantin atau kegiatan lainnya
"Kak! Lancar gak?"
"Ya gitu lah" Lia berkacak pinggang
"Cap cip cup, ya?" Tidak di balas dengan Lino
Siswi yang berlalu-lalang merasa iri saat Lia bisa mengobrol dengan sang kapten basket. Para siswi di sekolah ini kesusahan untuk mendapatkan hati sang kapten yang satu ini
"Muka lu pucet?"
"Hah?" Lia mengambil kaca dari sakunya lalu bercermin melihat wajahnya
"Eh iya.., gua lagi gak enak badan si sebenarnya" Lia mengantungi lagi kacanya
Lino menatapi gadis mungil di depannya ini. Lucu juga pikirnya
Lino mencoba untuk lebih mendekatkan wajahnya ke wajah gadis di depannya. Lia membelalakkan matanya dan sedikit mundur
Lino tersenyum saat Lino menatap pupil gadis itu membesar, lalu Lino berdiri tegap lagi. Pipi Lia merona padam dengan tindakan Lino
'fucekk!'
Lino terkekeh "beautiful eyes"
Detak jantung Lia berdetak tak karuan
'fak! Gak kerjaan lain gitu????? Selain nge gonjang-ganjing in jantung orang???!!!!!!'
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
Ujian kelulusan sudah benar-benar berakhir mereka bersorak semua, dan tidak untuk Lia
"Coba bunda gak ilang.. Lia kan mau kasih tunjuk nilai-nilai ujian Lia" ucapnya menatap foto bundanya dan dirinya
"Bunda kemana sih?? Lia kangen banget.." ucapnya mengusap air matanya
Teman-temannya Lia masih menginap di rumahnya. Lia sangat berterimakasih di pertemukan dengan orang-orang baik seperti mereka
"Yeeeyy!!! Yeeey!!" Adelia bersorak gembira
"Kenapa lo?" Tanya Prima sedang tengkurap di lantai