prolog

16 2 3
                                    

Dorr!

"Dadd!"

Suara tembakan bersamaan dengan teriakan dan isak tangis memenuhi ruangan 6×6 yang berisi sepuluh orang, di tengah-tengah ruangan terdapat pria paruh baya yang tengah diikat pada kursi dengan luka tembak di bagian lengannya.

Berjarak lima meter di depannya terdapat bocah laki-laki tengah menangis, sesekali meneriaki pria paruh baya di depannya dengan sebutan dad.

"Hey, boy, jangan menangis, kau anak dari mafia kejam apa patut menangis karena hal ini?" Ucap pria paruh baya yang berdiri di sebelah kirinya.

"Kau yang kejam paman!" Ucap bocah laki-laki pada pria paruh baya yang tengah mengangkat pistolnya bersiap melayangkan satu tembakan lagi.

"Saya? Hemm... Sepertinya begitu,"

Dorr!

"Shit!"

Satu tembakan kembali lolos mengenai pria paruh baya yang terduduk di kursi, kali ini tembakannya mengenai perutnya yang rata, darah segar mengalir deras membasahi kemeja putih yang di kenakannya.

Bocah laki-laki itu berlari, menghampiri ayahnya yang terikat di kursi, yang sebelumnya berontak karena lengannya di cekal oleh pria berjaz hitam dengan tubuh besar.

"Dadd,"  lirih bocah laki-laki dan memeluk ayahnya.

"Hey, boy jangan menangis,"

" I am scared, dadd,"

" Sstt... Jangan takut, kau laki-laki bukan?" Tanya pria paruh baya yang terikat, yang hanya mendapat jawaban sebuah anggukan kepala.

"Jika kau laki-laki, maka kau tidak boleh takut, berjanjilah pada dad kau tidak akan takut pada apapun,"

" I am promise,"

"Good boy," ucap pria paruh baya sebelum ia tertembak lagi dan lagi.

Dorr! Dorr!

Kali ini peluru-peluru itu tertancap di bagian dada tepat di jantung, darah mengalir deras membuat sang empu terkulai lemas.

"Dadd!"

Pria paruh baya itu pun menutup matanya tidak sadarkan diri, bocah laki-laki itu mulai menangis sejadi-jadinya, sesekali ia memejamkan matanya berharap semua ini hanyalah mimpi buruk di tidurnya.

||~~||

"Pagi ma, pa," ucap seorang pria tampan dengan alis tebal, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah, rahang tegas, dengan bentuk tubuh yang gagah nan berotot.

"Pagi Bii," sahut wanita yang terlihat cantik meski umurnya yang tidak lagi muda, Lusita naindira.

"Kau sudah menemukan mereka Bian?" Ucap pria paruh baya yang tengah menyeruput kopi hitamnya, Albara Trita Delion.

"Belum, belum ada kabar terbaru dari Tara pah,"

Elbian Orns Delion, mafia berdarah Amerika-indonesia yang terkenal kejam jika sudah berurusan dengan musuhnya, ia juga penerus Delion corp yang memiliki cabang di mana-mana, dan pusatnya berada di Amerika serikat.




Segini dulu buat prolognya xixi ide tiba² ngilang><

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang