Laurena’s POV
Pertengkaran antara aku dan Cindy berhasil membuat hubungan kami menjadi canggung. Semenjak hari itu, aku selalu menghindari Cindy, terkadang dia berusaha untuk berbicara denganku, di saat lain dia akan baik-baik saja meski aku berjalan di depannya. Ini menunjukkan betapa bermuka dua dia di hadapan banyak orang. Orang yang sangat aku percayai, ternyata justru menusukku dari belakang. Memang, sahabat terdekat adalah musuh yang paling berbahaya.
Dia tidak merasa malu sama sekali akan sikapnya, justru bisa dikatakan dia bangga dengan dirinya yang masih mau bersikap baik kepadaku. Beralasan bahwa hanya dia satu-satunya yang masih mau berbicara denganku meski sudah digertak oleh Gina berkali-kali. Mungkin orang lain akan berpikir kalau hal ini adalah sesuatu yang mulia. Beberapa anak yang menyadari sikap asli Cindy menjaga jarak dengannya, namun lama kelamaan mereka juga jadi menyebalkan. Berusaha mendekatiku dan berkata mereka mengerti tentangku dan perasaaanku. Mereka juga berkata kalau mereka tidak menyukai orang-orang seperti Cindy yang bermuka dua.
Selain anak-anak itu, Kiara adalah oknum yang menyebabkan keseharianku semakin menyebalkan. Gina yang sudah selesai dengan tugasnya, mem-bully-ku, menyerahkan tahap selanjutnya kepada Kiara. Itulah yang aku dengar dari ‘meeting’ yang mereka lakukan. Carla, sialnya juga ikut terlibat. Entah sebenarnya apa yang ingin mereka capai bersama. Dengan maksud itu, Kiara jadi selalu bersikap manis di hadapanku. Memang bisa mengusir anak-anak menyebalkan itu, namun justru mendatangkan kesialan lain.
“Rena!” Suara manis Kiara yang memasuki pendengaranku terdengar menyeramkan. Tubuhku dengan sendirinya menegang karena takut. “Kok gua gak disapa balik sih? Gua manggil lu loh.”
“O-oh, iya.”
“Nanti pulang temenin gua ya.” Aku memberi tatapan bertanya yang langsung dijawab tanpa ragu. “Udah ikut aja. Gak ada Gina sama Carla, cuma kita berdua.” Kiara tersenyum dengan manis seperti ingin membuatku merasa bersalah jika aku menolaknya.
Karena rasa takut yang memenuhiku, kepalaku mengangguk tanda mengiyakan ajakan Kiara. Melihat aku yang setuju, tidak peduli karena apa, Kiara kembali tersenyum dengan lebar bahkan mengacak-acak rambutku seperti aku ini adalah anak kecil. Apa yang dilakukan oleh Kiara mengundang perhatian anak-anak lain. Tidak sedikit dari mereka yang sibuk berbisik-bisik dengan temannya. Pastinya mereka menemukan hal ini sungguh aneh atau mengerikan. Kiara yang terkenal arrogant itu tiba-tiba saja bersikap baik kepadaku.
Tepat ketika bel pulang berbunyi, aku yang sedang sibuk membereskan buku-buku pelajaran melihat Kiara masuk dari sudut mataku. Headphone di leher, jas dengan jaket di dalamnya, kaos kaki panjang sampai lutut. Style yang sangat disukai oleh Kiara. Dia berjalan menuju meja Gina dan berbisik dengan pandangan yang berputar. Melihatnya begitu berhati-hati membuat hatiku sama sekali tidak tenang, namun aku tau kalau aku tidak akan bisa mengelak dari apapun yang ingin dia lakukan sekarang.
“Rena! Udah selesai?” Tangan Kiara merangkul pundakku. Melihat dia yang tersenyum dengan lebar membuatku tersenyum tipis. Akan buruk jika aku tidak membalas senyumannya di hadapan orang lain.
“Bentar lagi. Lu tunggu di luar aja.”
Kiara mengerutkaan kening dan senyumnya hilang sebelum muncul kembali. “Oh, oke. Jangan lama-lama.”
“Iya,” jawabku pelan sebelum meneruskan pekerjaanku.
Pembicaraanku dengan Kiara lagi-lagi menarik perhatian banyak orang. Anak-anak yang mendengar percakapan kami langsung kembali berbisik-bisik dan menyikut satu sama lain. Setelah aku menyampirkan tasku, aku memberi tatapan kepada anak-anak yang masih sibuk membicarakan tentang ini. Mengetahui aku menyadari semua tatapan mereka membuat mereka terdiam. Semua orang memang sama, suka ikut campur masalah orang lain tanpa ingin membantu, karena mereka hanya ingin bahan pembicaraan untuk merendahkan yang lainnya. Menganggap dengan melakukan itu membuat mereka terlihat lebih keren dari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars To Your Beautiful {END}
Teen FictionEveryone has a story that they never tell others, even the closest person Tidak semua orang akan bertahan hidup dengan penuh tekanan, tidak terkecuali mereka. Tuntutan yang dimiliki oleh setiap manusia akan mengubah sikap setiap orang. Keinginan unt...