Olivia’s POV
“Nih, makan malem.” Sam meletakkan piring yang berisi omurice dengan kasar, membuatnya mengeluarkan suara berisik. “Kenapa sih lu pake minta gua masakin?”
“Gak papa, mau aja. Nggak boleh?”
Sam menggaruk tengkuknya canggung. “Yah, bukannya nggak boleh sih, tapi kan ….”
Aku meletakkan jariku agar dia mau berhenti berbicara. Melihatnya diam membuatku makan dengan lahap. Sebuah ekspresi yang tidak kumengerti ditunjukkan olehnya. Dia sadar kalau melawan sekarang dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa sehingga dia menghela napas dan justru menuangkanku segelas air, kali ini aku yang dibuat terkejut oleh tindakannya itu. Dia tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan untuknya, bila berhubungan denganku.
Belum aku bisa bertanya, notifikasi ponsel yang sangat nyaring mengejutkan kami berdua. Ponselku, yang berada di samping gelas, menyala, menandakan adanya pesan baru yang masuk. Sam menatapku sekilas sebelum menatap ponsel tersebut. Mengerti dari tatapannya membuatku mengambil ponsel itu sebelum dia bisa membaca isi pesan yang ada. Pesan itu dikirim dari Rachelle. Aku sama sekali tidak ingin Sam mencampuri masalahku dengan Rachelle. Jika dia sampai tau apa yang kubicarakan, mungkin dia akan kembali mengamuk seperti dulu. Belakangan ini mood-nya terlihat lebih baik jadi aku harus berusaha agar terus seperti itu.
“Mau pergi? Udah malem lho.” Aku menatap Sam dengan mata terpicing. Aku belum mengatakan apa-apa dan dia sudah menebak apa yang akan aku ucapkan. “Kalo emang urgent banget, abisin dulu makanan lu. Jangan malem-malem banget. Kalo perlu telepon gua biar dijemput.”
“Iya, iya. Dah sono lu tidur aja.”
Sam terkekeh sebelum mengacak-acak rambutku. Dia menatapku selama beberapa saat, membuatku risih, sebelum memasukkan sendok yang penuh dengan makanan ke dalam mulutku. Setelah dia merasa puas, dia langsung meninggalkanku dan makananku bersamaan dengan ponsel yang masih menunjukkan room chat-ku dengan Rachelle dan Raquel. Mereka ingin aku datang ke sekolah sekarang ini. Permintaan mereka terkadang terkesan konyol namun aku tau kalau aku tidak bisa menolak permintaan mereka. Di saat bersamaan, notifikasi ponselku kembali berbunyi dan menunjukkan pesan dari orang lain. Melihat namanya membuatku langsung mengabaikan pesan tersebut.
Pesan yang dikirim Rachelle sangat singkat, kami juga menggunakan bahasa isyarat sehingga tidak akan ada yang bisa menuduh kami. Rachelle berkata kalau keadaan sudah aktif dan harus segera diluncurkan. Mengingat kebahagiaan yang akan aku rasakan membuat sebuah senyum mengembang di bibirku dan menghabiskan makan lebih cepat. Hal yang sudah kutunggu sejak lama kini sudah bisa dilaksanakan. Karena banyaknya masalah, kegiatan kami mesti terhenti beberapa saat. Tapi sekarang adalah waktunya, untuk menunjukkan siapa kami sebenarnya.
***
Rasa takut menghantamku setelah aku pulang dari sekolah, seharusnya aku tidur mengetahui besok ada jadwal klub. Seberapapun aku berusaha untuk menutup mataku dan mendapat istirahat, sesuatu menggangguku. Pastinya karena apa yang terjadi di sekolah tadi. Jantungku berdegup kencang, dan pemikiranku melayang ke mana-mana tanpa bisa fokus. Tubuhku bahkan gemetar hebat meski aku sudah menyelimuti diriku sampai ke kepala. Aku tau usaha ini sia-sia karena gemetarku bukan karena kedinginan, namun rasa takut. Rasa takut yang perlahan mulai membuat napasku terasa sesak.
Berbagai posisi untuk tidur sudah kucoba. Semua posisi itu hanya membuatku semakin kesulitan untuk tidur. Jam yang ada di nakasku menampilkan pukul tiga lewat. Sedari pulang aku belum menyentuh ponselku sama sekali, ingin melakukannya saja adalah sebuah keajaiban. Pemikiranku melayang menuju Rachelle dan Raquel. Sama sekali aku tidak bisa menyentuh benda pipih yang tergeletak di sampingku. Terasa dekat, namun di saat bersamaan jauh. Ingin aku segera menghubungi seseorang untuk membahas apa yang terjadi, tapi bahkan tenggorokkanku terasa tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars To Your Beautiful {END}
Teen FictionEveryone has a story that they never tell others, even the closest person Tidak semua orang akan bertahan hidup dengan penuh tekanan, tidak terkecuali mereka. Tuntutan yang dimiliki oleh setiap manusia akan mengubah sikap setiap orang. Keinginan unt...