24. Seperti Dendam

18 7 33
                                    

Jangan lupa dukung cerita ini dengan vote dan komen kalian.

Jangan lupa dukung cerita ini dengan vote dan komen kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Nessa rasanya ingin mengumpati sang ayah, bisa-bisanya mereka di suruh pulang lebih dulu dan sekarang Nessa berakhir di antar Randu.

"Akhirnya bebas juga, gue sesak satu ruangan sama Brian," Ujar Randu.

"Gue masih merasa bersalah sama dia, tapi minta maaf begitu susah gue ucapin. Gue malu," Nessa menatap kesenduhan Randu.

"Gue sadar, begitu pentingnya mereka buat gue," Nessa menghentikan langkahnya menatap ke arah Randu.

"Buang gengsi Lo jauh-jauh, dan minta maaf sama Brian," Nessa menarik tangan Randu dan meletakkan benda pengatur arah timur, barat dan selatan, Utara.

"Ayah gue pernah berantem besar sama bunda karena satu masalah, karena ayah kreatif ia beli Stopwatch buat mengukur betapa bedanya keempat arah tersebut, Bunda pun ngerti sifat orang itu selalu berubah-ubah seperti matahari terbit dari timur dan tenggelam dari barat, Karena itu Bunda benar-benar menorehkan kepercayaannya untuk ayah, mereka buat janji Selatan dan Utara dimana asal mereka berada," Randu tersenyum membalas mengenggam tangan Nessa.

"Ayah Lo ngasih ini ke bunda Lo? terus Kenapa ini ada di Lo? ngasih gue segala lagi," Nessa menarik tangannya sebal.

"Stopwatch itu gue beli, bukan nyuri," Randu terkekeh pelan.

"Ouh, jadi Lo beli ini karena ke ingat gue yah?" Jika bisa di ulang, Nessa tidak pernah berminat ikut dengan sang ayah jika begini akhirnya.

"Lo datang dari Utara dan gue datang dari selatan, Lo ingat di koridor?" Beonya.

"Jangan pura-pura menyembunyikan perasaan Lo, gue tahu Lo suka sama gue kan?" Nessa semakin membulat matanya, apa itu sangat terlihat.

"Kelihatan banget yah?" Monolognya, Randu mengeleng memandang ekspresi wajah Nessa yang sangat lucu.

"Iya, bahkan gue bisa dengar detak jantung Lo sekarang," Benar kata Maureen, Randu begitu kejam sampai tidak memikirkan kondisi jantungnya yang terus berdetak karuan.

"Lo mau jadi pacar gue, Nessa Emilia?" Jika di izinkan pingsan sebentar, ia ingin pingsan sebentar saja.

"Gue harus pulang, Nyokap gue pasti nyariin," sela Nessa lalu berjalan terlebih dahulu.

Randu tersenyum,"jika suka yah tembak, jangan sok perhatian," meski agak menyebalkan.

"Ternyata benar Lo baper!"

"Apa maksud Lo?"

"Gue bilang jangan baper sama Randu, dia bahaya."

Kedua pasangan itu benar-benar membuatnya sangat sebal, tapi berkat mereka pun ia tahu jika Nessa suka padanya juga.

X-Silent Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang