BAB 8

8.7K 1.3K 40
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.


BAB 8
SELAMAT DATANG KEGELAPAN

Setidaknya aku melihat kegelapan dengan matamu
Jadi aku tidak pernah kesepian
Karena kamu akan menemaniku, ke manapun aku pergi
~Carlista Rona~

Kini di ruangan rawat inap Lista tidak hanya ada Chanan, Dokter Lukman, dan bi Yuli. Tapi ada juga dokter dan beberapa perawat yang telah melakukan operasi pemindahan mata Lista ke Rizal dan sebaliknya. Mereka semua sedang menunggu Lista membuka matanya.

Perban berhasil terlepas dari mata Lista. Gadis itu pun mulai membuka kedua matanya secara perlahan. Semua orang menatapnya baik-baik, menunggu bagaimana reaksinya setelah ini.

Namun, reaksi Lista justru di luar dugaan mereka. Saat melihat apa yang ada di depannya sekarang ini, Lista justru menarik sudut bibirnya ke atas untuk membentuk senyuman. Hal itu tentu membuat mereka terheran, harusnya Lista bereaksi sedih, tapi kenapa gadis itu justru tersenyum lebar.

Bi Yuli berjalan mendekati Lista. "Non bisa lihat?" tanyanya cepat.

Lista menggeleng. "Cuma warna item, Bi," jawabnya santai.

Bi Yuli pun langsung lemas setelah mendengar jawaban Lista. Matanya mulai menatap majikannya dengan berkaca-kaca.

"Terus kenapa kamu senyum, Ta?" tanya Chanan lirih, mewakili pertanyaan mereka semua.

"Karena ada mata Rizal di sini." Lista menunjuk kedua matanya sambil tersenyum bahagia.

Semua orang langsung menatap gadis itu sendu. Bi Yuli bahkan langsung meneteskan air matanya. Bagaimana bisa majikannya itu tersenyum lebar saat melihat kegelapan hanya karena dia melihat menggunakan mata orang yang dicintainya. Bi Yuli yang melihatnya saja tidak sanggup. Kenapa Lista bisa sekuat itu.

Sedangkan Chanan menghela napasnya. Walaupun dia sedih, tapi dia juga heran. Kenapa Lista jadi budak cinta begitu. Padahal dulu Lista tidak seperti itu saat berpacaran dengan Rizal.

"Dokter yang ngoprasi aku mana ya?" tanya Lista.

Dokter itu pun mendekat. "Iya gimana, Mbak Lista?"

"Ingat pesan saya, Dok. Jangan kasih tahu mereka kalau saya yang donorin mata untuk Rizal. Apalagi Rizal, jangan sampai dia tahu."

"Dan juga, jangan sampai dia tahu kalau dia pernah buta. Tolong ya, Dok?" lanjutnya.

Dokter itu menoleh ke semua orang yang ada di sana, mereka semua pun mengangguk paham. "Baik, Mbak. Akan saya usahakan agar tidak ada yang tahu."

Setelah Lista berterima kasih, dokter itu pun pergi meninggalkan ruang rawat inap Lista, diikuti Dokter Lukman.

"Non?" panggil bi Yuli parau. Dia tidak kuat melihat mata majikannya yang bergerak le sana ke mari tidak tahu arah.

"Iya, Bi?"

Lista menolehkan wajahnya ke samping kanan, tapi tidak tepat dengan keberadaan bi Yuli. Karena bi Yuli ada di depannya. Dan gadis itu masih saja tersenyum saat dia tidak bisa melihat apa-apa lagi.

Bi Yuli yang tidak kuat melihatnya pun langsung membalikkan badan, menumpahkan tangisannya di sana. Dia benar-benar tidak sanggup lagi melihat Lista seperti itu. Bagaimana bisa dia merawat majikannya selama berhari-berhari dalam kondisi seperti itu.

"Bi?" panggil Lista pelan.

Lista menghadap ke depan kembali saat mendengar isakan bi Yuli. Gadis itu tersenyum kecil. Dia baru sadar kalau dirinya salah arah. Bi Yuli ada di depannya, bukan berada di sampingnya. Tiba-tiba Lista memaksakan dirinya untuk turun dari ranjang.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang