Kejadian ini aku alami pada hari Minggu yang sudah menjadi hari wajib ke pasar. Pada hari lain, kesempatan ke pasar sangat terbatas karena tuntutan tugas yang waktunya padat dari pagi sampai siang. Sehingga hari Minggu dimanfaatkan untuk berbelanja keperluan rumah dan bahan bahan memasak untuk beberapa hari kedepan.
Sebelum berbelanja ke pasar, terlebih dulu aku mengikuti senam pagi bersama yang diadakan di jalan besar menuju pelabuhan daerah tempat tinggalku. Setiap Minggu jam 6 sampai jam 7 pagi jalanan itu ditutup untuk kendaraan lewat selama kegiatan senam berlangsung. Cukup ramai peserta yang ikut karena terbuka untuk umum. Siapa saja boleh ikut bergabung. Kegiatan ini di fasilitasi oleh Puskesmas dan merupakan salah satu program mereka.
Selesai mengikuti senam, aku lanjutkan dengan jalan kaki atau jogging menuju ke pasar. Jarak tempuhnya lebih kurang satu kilo meter, pulang pergi jadinya menempuh jarak 2 kilometer. Bersama rekan-rekan peserta senam lainnya, berjalan kaki tidak terasa berat karena sambil bercerita satu dan lainnya. Jalan kaki tidak terasa berat lagi karena sudah terbiasa ku lakukan setiap minggunya.
Pagi Minggu ini, seperti biasanya akupun jalan kaki menuju ke pasar, tapi kali ini aku jalan sendiri saja, karena aku membubarkan diri dari kegiatan senam. Harusnya masih ada satu senam lagi yang diikuti, tetapi karena aku ada urusan yang harus dikerjakan akhirnya bubar duluan. Kususuri Jembatan penghubung yang menghubungkan antara desa Kuala Enok tempat tinggalku dengan desa Tanah Merah tempat pasar yang akan aku datangi. Jembatan yang separohnya besi dan separohnya lagi dari kayu. Beberapa bulan yang lalu jembatan itu sempat putus separohnya karena terseret longsor, akhirnya disambung dengan kayu untuk penghubung. Entah kapan jembatan itu akan diperbaiki kembali.
Saat berjalan di tengah jembatan,aku berselisih dengan pengendara motor yang terdiri dari dua remaja putri jika dilihat dari wajahnya kira-kira masih sekolah tingkat SMA. Tiba-tiba dari motornya menggelinding sebuah benda yang ternyata minuman kemasan botol ukuran sedang. Salah satu darinya turun untuk mengambilnya namun kalah cepat. Botol minuman terus saja menggelinding akhirnya jatuh ke sungai. Padahal botol itu hampir terjangkau oleh remaja putri tersebut. Kalau memang segala sesuatu itu bukan rezeki kita, tak dapat kita raih. Padahal remaja tadi sengaja membawa minuman tersebut untuk keperluannya.
Langkah kakiku terus lanjut hingga akhirnya aku sampai di pasar yang aku tuju. Pasar yang terletak di sepanjang pinggir sungai ini, beberapa diantaranya sekaligus menjadi rumah tempat tinggal penjualnya. Pasar ini selalu ramai pembeli, apalagi pada hari Minggu atau hari libur. Aku langsung menuju ke salah satu warung yang selain menjual buah buahan juga menjual aneka kerupuk mentah yang bahan dasarnya dari ubi. Aku ingin membeli kerupuk tersebut dan nanti akan digoreng tuk teman makan nasi.
Saat aku sedang memilih kerupuk dan memasukkan kedalam kantong plastik, aku lihat ada seorang ibu yang membeli buah jeruk. Ia memilih jeruk dan memasukkan kedalam kantong plastik kemudian memberikan ke penjual untuk di timbang. Sebelum di timbang ia mengambil sebuah jeruk dan mengupas lalu memakannya dan mengatakan pada abang penjual sebagai percobaan untuk merasakan manis atau asam. Padahal belum ada izin dari abang penjual. Saat jeruk yang dibelinya ditimbang, penjual mengurangi satu buah jeruk dari kantong karena berlebih dari berat yang ingin dibeli dan ingin menukar dengan ukuran yang agak kecil agar timbangannya pas.
"Biar ajalah bang, lebih sedikit juga," kata si ibu pembeli kepada penjual saat ia melihat abang buah mengurangi sebuah jeruk yang agak besar dan menukarnya dengan ukuran yang kecil agar timbangannya pas.
"Bukan sedikit ini buk, lagi pula ibuk sudah makan satu, bagaimana saya mau menimbangnya lagi," timpal penjual dengan nada sedikit kesal karena ulah percobaan merasa jeruk.
"Anggap ajalah tuk percobaan bang," si ibuk menjawab lagi.
"Kalau semua pembeli nyoba, bisa rugi saya buk,lagi pula kan satu jeruk itu berapa beratnya," penjual buah menyambung ucapan sang ibuk dengan suara yang semakin kesal.
Akhirnya, si Ibuk tadi segera membayar jeruk yang dibeli tetapi dia mengeluarkan sebuah jeruk dari kantong plastik yang sudah dibayarnya sambil ngomel dan berlalu.
Aku hanya memperhatikan saja kejadian yang aku lihat, dan segera bergerak ke warung lainnya untuk membeli keperluanku. Tak lama aku singgah di warung sembako yang juga menjual aneka sayuran. Kalau diibaratkan, warung itu seperti waserda yaitu warung serba ada. Diwarung itu menjual sayuran dengan harga yang cukup murah.
Kadang kala ada obral sayur juga seperti minggu itu, obral sayur pare. Pare diikat dengan karet dimana masing-masing ikatan ada 3 buah pare. Dalam sebuah ikatan itu ada yang parenya masih bagus dan pare yang sudah layu dan agak busuk sebagian tetapi masih layak dikonsumsi. Karena itulah di obral dengan teknik seperti itu.
Pembeli saat itu sangat ramai, sehingga penjual tidak terlalu memperhatikan pembeli secara seksama. Ada seorang ibuk aku perhatikan menukar ikatan buah pare yang sudah di kombinasikan antara yang bagus dan yang kurang bagus. Sepertinya ia ingin membeli, tetapi maunya dapat yang bagus semua. Buah pare yang bagus dari ikatan satunya ia tukar dengan ikatan pare yang akan dibelinya. Ibuk itu membeli 2 ikatan pare, yang sudah digantinya dengan pare yang bagus. Tinggallah pare dengan kondisi yang sudah ditukar dengan pare yang kurang bagus.
Aku hanya memperhatikan saja apa yang aku lihat dan berkata kepada hatiku, bahwa apa yang di kerjakan itu merugikan orang lain. Aku tidak berani berkomentar ataupun bertindak. Biarlah itu menjadi urusan yang berbuat. Aku tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Aku berdoa semoga mereka yang curang akan sadar dengan perbuatannya dan tidak mengulangi dan semoga aku dijauhi dari hal-hal seperti itu.
Berbuat curang dalam jual beli adalah hal yang tidak baik dan diharamkan. Baik untuk pembeli yang curang maupun penjual yang curang. Sebagai mana Firman Allah SWT dalam Al-Quran yang artinya:
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Hal terbaik yang dilakukan adalah selalu bersikap jujur dalam melakukan kegiatan jual beli. Apalagi segala yang dibeli tersebut akan menjadi darah daging dalam tubuh khususnya kegiatan jual beli makanan ataupun bahan makanan. Tentunya kita tidak ingin darah dan daging kita terbentuk dari bahan-bahan yang dilandasi kecurangan.
+++STR+++