29 • sungai

266 40 0
                                    

Pintu gerbang rumah Gian berdecit saat pemilik rumah menariknya pelan. Siapa lagi kalau bukan Gian yang baru saja pulang dari pasar bersama Azkia. Keduanya sudah berada di luar rumah sejak pukul enam pagi, dan sampai di rumah lagi pada jam sembilan. Di sepanjang perjalanan mereka menghabiskan waktu dengan berbicara tentang apa yang akan dimasak nanti.

Rencananya Gian akan membuat semur setelah beberapa hari tidak masak, ditambah dengan sayuran tumis kesukaan Azkia. Ia sengaja akan memasak itu supaya Azkia dapat membantunya nanti di dapur. Mungkin Gian juga hendak membuat makanan lain sesuai saran dari Azkia. Hari ini akan ia habiskan bersama anaknya sebelum cuti kerja selesai.

Gian mulai mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang digunakan di dapur, sementara Azkia pergi ke luar rumah untuk menyirami tanaman. Ada beberapa tanaman baru yang dibeli oleh Gian dengan tujuan supaya terasnya lebih enak dilihat. Mata Azkia seketika terasa nyaman melihat banyak tanaman hijau di sekitarnya.

Azkia hanya bisa bertugas untuk menyirami tanaman tersebut, karena ia takut melihat binatang yang menggeliat di dedaunan. Ada memori yang tidak enak saat melihat Ulat dan kawan-kawannya di tumbuhan. Daripada ia membanting pot tanaman akibat kaget, lebih baik menyiraminya saja di pagi dan sore hari. Sisa tugas tanaman itu milik Gian.

Beruntung Ami memiliki kebun kecil di rumahnya, sehingga Gian dapat belajar merawat tanaman seperti anak sendiri dan juga cara menggunakan pupuk dari Ami. Gian juga sering mengirim foto tanamannya dan melakukan video call untuk mengabari Ami soal tanaman miliknya.

Jika disimpulkan, rumah Gian kini terasa lebih segar dan juga tidak sesak. Kadang beberapa tetangga Gian datang untuk bertanya, 'beli tanaman dimana?' atau 'kok tanamannya bagus, pakai apa aja?'. Saat tahu tanaman miliknya sering dibicarakan, membuat pride Gian agak naik sedikit.

Azkia hanya menggelengkan kepala kalau ayahnya sudah besar kepala seperti itu. Tetapi ia tidak bisa meruntuhkan kebanggaannya, karena diam-diam Azkia juga merasa senang tanaman milik Gian tumbuh dengan baik.

Memang kedua ayah dan anak ini memiliki sifat yang tidak beda jauh.

Saat Azkia akan menutup keran air, datang sesosok pria berumur yang tidak tua-tua amat sambil memakan es krim batangan. Keduanya saling bertatapan sebelum Azkia menyapa sosoknya. Karena lupa selang di genggamannya masih mengeluarkan air, Azkia tidak sengaja melambaikan selang ke arah pria itu.

Tidak terdengar suara apapun selain mobil yang melewati rumah Azkia. Samudera tampaknya masih kaget karena ada air yang tiba-tiba membasahi kepalanya. Pelaku keran itu juga sama sekali tidak berbicara apa-apa karena ikut kaget melihat Samudera yang kaget, sehingga kedua manusia itu diam seperti patung.

Gian berjalan dari dapur menuju teras untuk melihat apa yang anaknya sedang lakukan. Daritadi ia hanya mendengar suara air mengalir, sama sekali tidak mendengar suara TV atau Azkia yang kadang telepon sambil menyirami tanaman.

Jadi saat Gian melihat air keran yang masih mengalir dari selang sementara anaknya dan Samudera mematung di halaman, jantung Gian hampir saja berhenti. Ia buru-buru menutup keran karena tagihan air bisa saja meningkat drastis bulan ini. Azkia yang sadar kehadiran ayahnya langsung kabur ke dalam rumah untuk melakukan kegiatan lain sebelum dimarahi Gian.

Gian membuka gerbang saat sadar kalau Samudera masih saja diam di depan rumah.

"Sini mas! Itu rambutnya sampai basah banget." ujar Gian sambil melambaikan tangannya, isyarat supaya Samudera masuk ke dalam.

"Mas kok bisa kesiram?" Gian menarik lengan atas Samudera, "apa tadi enggak sengaja kesiram sama Azkia?"

Samudera mengangguk pelan, "Enggak sengaja kesiram kok. Salah saya juga tadi kayak yang ngagetin anaknya."

loose steps | cheolhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang