SKEPTIS

5 0 0
                                    

Ratna adalah gadis paling lusuh se-SMA Jayaraya. Ia dikenal sebagai anggota kasta terendah yang hanya menggantungkan hidupnya pada beasiswa. Ia adalah gadis paling pendiam dengan kulit kuning langsat kusam dan tatapan suram. Rambutnya hitam bergelombang dengan sedikit aksen poni di bagian depan wajahnya. Perpaduan paling suram yang pernah diketahui oleh siswa SMA Jayaraya.

Ia tidak pandai bersosialisasi sebab teman-temannya tidak pernah memandangnya sebagai manusia seutuhnya. Julukannya adalah gadis miskin, gadis kismin dari kampung lusuh, gadis lusuh, gadis pengemis. Terlalu kejam untuk anak kelas dua SMA yang punya beban seberat bumi.

Lalu, pada suatu ketika, ia tanpa sengaja bertatapan dengan Galih Soeraja. Anak kedua dari Soeraja Group yang saham perlotnya beratus-ratus ribu rupiah. Tentu saja, tatapan tanpa sengaja itu memberatkan bagi Ratna. Sebab, itulah cikal bakal dirinya menarik perhatian para siswa hits untuk membulinya.

Itu hanya satu hari di awal bulan Juli dimana proses belajar mengajar baru dimulai. Tapi mengapa ia harus berhadapan dengan orang-orang yang ingin menjatuhkan mental dan fisiknya?

Ratna tidak pernah mengerti jalan pikiran teman-temannya. Sebab, ia memilih diam saja.

Sedangkan, Galih tidak pernah mendapat ranking teratas rantai makanan di sekolah ini. Saham ratusan perlotnya tetap kalah dengan anak tunggal pemilik pabrik rokok dengan segudang beasiswa keolahragaan. Denis William, namanya. Ia adalah puncak rantai makanan SMA Jayaraya. Ia yang akan memutuskan siapa yang akan dibuli dan siapa yang akan ditinggalkan.

Ada rumor yang mengatakan bahwa Denis William sering datang ke tempat pelacuran mewah di daerah Jakarta Selatan. Sekalipun, ia tinggal di sebuah hotel bintang lima di Jakarta Pusat.

Ratna semakin tidak mengerti.

**

Dua minggu setelah insiden tatapan itu, Ratna meringkuk di sudut toilet paling kotor di sekolahnya. Hidungnya dipenuhi dengan campuran bau busuk dan jamur yang hidup subur di dinding toilet. Adalah ulah, Jennifer dan gengnya.

Tiga gadis dengan dandanan super nyentrik dan seksi itu, berhari-hari tidak membiarkan Ratna beristirahat. Mereka cenderung gemas karena Ratna tidak pernah meronta hebat atau memohon untuk dilepaskan.

Tring!

Ratna bisa mendengar sayup-sayup suara bel pulang sekolah. Ini artinya sudah sore. Mungkin Ratna akan keluar atau mungkin ia akan berdiam sedikit lama di ruangan sempit itu. Boleh dikatakan, dua opsi itu tidak pernah menyelamatkan Ratna seterusnya.

Tapi setelah suara bel itu buyar, Ratna mendengar suara langkah kaki mulai mendekat. Hanya terdengar dua langkah kaki. Hanya ada satu orang. Mungkin, salah satu dari anggota geng Jennifer memutuskan untuk menghindari masalah penganiayaan teman sebaya yang pernah mereka dapatkan sewaktu masih kelas satu dulu.

Krikkkk

Engsel berkarat pintu terdengar seperti hendak menyerah. Cahaya kecil mengikuti celah pintu yang dibuka.

Ratna menghela napas. Ia berdiri dengan kaki kesemutan dan merapikan rok abu-abu yang sudah semakin lusuh dibuatnya duduk terlalu lama.

Langkah itu terlalu berat untuk ukuran Jennifer dan gengnya.

Ratna celingukan. Tapi tidak kunjung menemukan badan pembawa cahaya itu. Jadi, Ratna memilih skeptis.

**

"Bisa nggak sih lu ngelawan dikit kalo dibuli."sebuah suara mengagetkan Ratna yang baru saja melewati pertigaan samping sekolah.

Ia melihat Galih di samping pohon besar di trotoar sedang mengalihkan pandangan ke arah sekolah. Ratna bisa melihat sorot mata was-was dan khawatir kalau-kalau ia tertangkap basah memulai percakapan dengan Ratna.

Ketika melihat sepatu yang nampak berat menangkup kedua kaki Galih, Ratna tersadar. Tapi ia memilih untuk diam. Hanya menatap Galih tanpa sengaja membuatnya dibuli berminggu-minggu. Lantas, ia mungkin bisa ditemukan tidak bernyawa di toilet tadi apabila ia berbicara dengan Galih, pikirnya.

"Lu tuh bisu ya?"Galih memberikan isyarat untuk Ratna melangkah mendekatinya.

Mereka berdua celingukan was-was. Tapi, Ratna mengikuti instruksi itu.

Ratna hanya belum tersadar bahwa tubuhnya seperti besi yang mengikuti gerakan magnet berupa Galih.

"Nggak bisa ngomong?"tanya Galih lagi.

"Bisa."jawab Ratna lirih.

Galih nyaris terkejut saat pertama kali mendengar suara serak itu. Suara Ratna lebih tebal daripada yang ia duga.

Galih menghela napas. Menyerah.

"Lain kali kalau dibuli, lawan."sahutnya.

Ia kemudian melangkah pergi menuju ke arah sekolah.

Saat itu, Ratna tidakpernah mengerti alasan Galih membuka pintu toilet dan berbicara padanya.

Galih dan Ratna (Skeptis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang