Somewhere Far Away ✔

2; Dia Lelaki Manis yang Aku Cinta

—Somewhere Far Away—

Di depan sebuah cermin besar aku memandangi diriku yang kini telah rapi dibalut jas hitam dan pita kupu-kupu yang terpasang di antara kerah kemeja putihku.

Aku tersenyum dengan senyuman yang penuh kebahagiaan. Pasalnya, hari ini adalah hari yang sudah ku tunggu tibanya.

Hari dimana aku akan menikahinya, kekasihku. Hari dimana aku akan resmi menjadi kepunyaannya dan dia resmi menjadi kepunyaanku.

Tak perlu kujelaskan lagi berapa besar aku mencintainya. Karena tak bisa dihitung lagi berapa besar cinta itu.

Aku kerap ia panggil dengan sebutan 'bodoh'. Ya, memang karena aku bodoh.

Dia bilang, aku bodoh karena selalu saja mengalah padanya. Bodoh karena menuruti semua kemauannya. Dan bodoh karena mengikuti semua yang ia lakukan. Padahal itu bukanlah sebuah kebodohan. Bagiku, itu cinta.

Dari semua momen kebersamaan yang sering kami habiskan bersama, ada satu yang paling kusuka. Yaitu ketika kami berdua duduk di balkon rumahnya sembari memandangi senja yang indah.

Saat memandang senja kami tak saling cakap: karena dia yang tenang dan fokus memandangi keindahan Jingga yang megah. Dan aku yang sibuk memandangi keindahan wajah cantiknya yang sedikit merah merona.

Aku tertawa geli sendiri jika mengingat masa-masa dimana kami sedang dimabuk cinta. Aku yang siap lelah diajaknya jalan kemana saja. Aku yang siap memakan gulali walaupun aku benci makanan itu. Atau pula aku yang siap berselfi ria walaupun aku tak pernah percaya diri di depan kamera. Namun, aku siap melakukan semuanya jika bersama dia.

Dia, si lelaki manis pujaan hatiku.

Di tengah gembiranya hatiku kala mengingat masalalu, seketika dengan rasa tergesa-gesa seseorang datang mendekat padaku. Kemudian ia mengabarkan satu hal yang buat hatiku jadi tak karuan.

-tbc