6/10

1.6K 363 5
                                    

Yang aku takutkan akhirnya terjadi.

Hana mengajak Tenko ke ruangan ayah mereka. Memberitahukan kenyataan bahwa nenek mereka adalah seorang pahlawan. Sebuah fakta yang sangat membahagiakan adik laki-lakinya itu. Aku bisa membayangkan ekspresi bahagia Tenko saat mengetahui di keluarga mereka ada seorang pahlawan. Pasti sangat manis.

Tapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena Kotaro menghampiri Tenko dengan marah. Dia mengira anak bungsunya itu telah masuk ke ruangannya dan melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat. Ucapan Hana yang mengatakan seolah-olah itu salah Tenko membuat anak laki-laki keluarga Shimura itu dipukul dan dihukum oleh ayahnya.

Geram rasanya melihat anggota keluarga Tenko hanya melihat tanpa bisa menolong anak itu. Ini bahkan sudah malam. Tapi Kotaro belum mengijinkan Tenko untuk masuk ke dalam rumah. Hanya Mon-chan, anjing kesayangan Tenko lah yang menemani anak itu.

Seharian aku berada di sekitar rumah Shimura hanya untuk memastikan keadaan Tenko. Aku senang dia memakai sarung tangan yang aku berikan. Itu artinya tragedi mengerikan itu mungkin tidak akan terjadi.

Dari balik pagar yang ada di halaman, aku bisa melihat Tenko sedang menangis sambil memeluk Mon-chan dengan erat.

Aku bisa mendengar gumamannya yang mengatakan bahwa dia membenci semua orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bisa mendengar gumamannya yang mengatakan bahwa dia membenci semua orang.

Tidak, Tenko. Kau tidak boleh menanamkan kebencian itu pada dirimu.

"Sssttt... Tenko-kun!" Aku barusaha memanggilnya dengan suara terendah yang aku punya. Bagaimanapun, aku tidak boleh ketahuan oleh keluarganya, apalagi ayahnya.

Kulihat Tenko berhenti menangis dan mendongakkan kepalanya. Bagus! Sepertinya dia mendengar panggilanku. Aku mengambil kerikil yang berada di dekat sepatuku kemudian melemparkannya ke arah Tenko.

Aku mencoba memanggilnya lagi, dan syukurlah akhirnya mata kami bisa bertatapan. Tenko tampak terkejut begitu melihatku sebelum anak itu kembali menangis dan mulai berlari ke arahku yang ada di balik pagar tralis besi rumahnya.

"Kakak ...." Suaranya yang parau ketika memanggilku entah kenapa membuatku sedih.

Aku berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengannya, "Hey, berhenti menangis. Oke? Semuanya akan baik-baik saja," ucapku seraya mengelus kepalanya ; sebuah kebiasaan yang aku tau sangat dia sukai.

"Ayah jahat, Kak. Aku benci keluargaku." Tenko berkata diselingi cegukan yang keluar dari bibir mungilnya yang bergetar.

"Ssstttt... Kau tidak boleh berkata seperti itu, Tenko-kun. Bagaimanapun juga, mereka adalah keluargamu."

"Tapi mereka jahat."

"Tenko-kun, dengarkan aku baik-baik." Kuremas pelan pundak kecilnya sebelum kembali berkata, "Kau masih ingin menjadi pahlawan?"

Tenko terdiam sesaat sebelum mengangguk pelan. "Ya."

"Kalau begitu, kau tidak boleh cengeng. Aku yakin, besok semuanya akan baik-baik saja. Mungkin nanti Hana akan meminta maaf padamu. Saat itu terjadi, kau harus memaafkannya. Oke? Kau tidak boleh menanamkan kebencian pada dirimu, Tenko-kun. Kau mengerti?"

Senyum kecil muncul di bibirku saat Tenko mengangguk dan berhenti menangis.

Orang-orang mungkin tidak akan percaya jika mengetahui kenyataan bahwa Shigaraki Tomura yang mereka kenal dengan sifat jahat dan kejam nyatanya hanya seorang anak pemalu yang terus memegang mimpinya untuk menjadi seorang pahlawan di masa depan.

Menyelamatkan Penjahat || Shigaraki Tomura x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang