Hari ini adalah hari pemakaman salah satu manusia yang paling ku sayang di seluruh dunia. Orang yang menjadi bagian dari jiwaku, seluruh hidup ku. Orang yang tidak pernah tergantikan oleh apapun.
Langit mendung. Memancarkan sinar redup di sore hari ini. Seakan turut serta merasakan apa yang ku rasakan detik ini. Redup. Sejenak seperti hilang arah. Bahkan tak peduli dengan orang - orang yang menatap iba padaku yang sedang bersimpuh di sisi makam Mama. Meratapi kepergiannya yang menyisakan kenangan sejak kecil hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Menangis terisak. Setiap mengingat satu detik kenangan, nafasku seakan ditekan agar air mata jatuh tanpa hentinya dengan menyeru kata 'Mama..'
Tangan ku bahkan tak kuasa untuk dikepal. Lemah.
Kak Dio berkali-kali menenangkan, memeluk dan mengusap-usap punggungku, menenangkan aku yang entah seperti apa terlihat sekarang.
Aku adalah psikiater, namun aku tak menyangka disaat seperti ini diriku sama sekali tidak bisa mengendalikan diri. Ternyata aku masih lemah.
Bukan. Bukan salah profesiku. Bahkan dokter apapun bisa sakit, kan?
Aku menyembunyikan wajahku ke dada Kak Dio yang berbalut kemeja hitam demi meredam suara tangisku. Mungkin diriku sudah mau lebih tenang sekarang. Kak Dio menghela nafas lega saat ini.
"Udah..tenang ya? Jangan nangis lagi ya sayangnya kakak? Mama udah tenang disana, udah nggak sakit lagi, Cherra.."
"Kak..."
"Hm..?"
"Apa masih ramai?"
"Nggak kok."
Perlahan aku menjauhkan wajahku lalu menatap sekeliling. Benar. Sekarang hanya ada aku, kakak, dan Papa.
Aku menyeka wajahku dari rambut yang menempel dan air mata yang belum mengering, untuk mencoba lebih tenang, napas panjang ku hirup lalu melepasnya perlahan.
Papa memegang nisan bertuliskan nama Mama disana. Tampak jelas matanya sembab dan memerah karena menangis. Mama pasti bahagia menjadi istri Papa selama ini.
Senyuman tipis terukir diwajahku saat menyaksikan ini. Aku tak perlu bersedih terlalu larut karena aku benar-benar menyaksikan bagaimana cinta itu bertaut hingga maut memisahkan mereka. Mama bahagia disana.
Diam-diam aku jadi berharap agar mendapatkan pasangan yang menemaniku hingga akhir hayat.
Aku ingin menghela napas pelan, tak disangka rintik hujan turun saat awal tarikan napas.
Aku hendak mendongak ke langit, namun tiba-tiba sebuah payung hitam menutupi. Aku melihat pemilik payung hitam ini.
"Oh, kak Dio? Perasaan tadi nggak bawa payung deh.. Papa gimana?"
"Papa bawa payung kok. Tadi tuh cuma kita yang nggak bawa payung. Padahal udah tahu mendung."
"Terus? Ini? Payung siapa? Penjaga makam ya?"
Kak Dio melirik kearah belakang kami. Melihatnya yang begitu, aku pun turut menoleh. Tapi tak ada siapapun. Aku melihat wajah Kak Dio yang seperti sedang mencari dengan wajah datarnya itu. Lalu ia menoleh pada satu titik arah keluar pemakaman umum.
Ia menatapku. "Daritadi dia setia nungguin kita. Sebenarnya dia pengen nyamperin kamu, tapi segan karena udah lama nggak jumpa, Che."
Sontak aku menoleh kearah titik tadi. Menatap punggung yang sedang berlari kecil, belum jauh melangkah. Pakaiannya hampir basah karena rintik hujan yang baru saja turun. Pria itu memiliki perawakan yang tidak ku kenal. Ku pikir, itu dia, Jaekey. Ternyata bukan.
*******
Puluhan nasi kotak berjejer diatas meja yang disusun memanjang. Di dalam sebuah Panti Asuhan untuk merayakan ulang tahun teman baikku, Yena. Katanya, ia sudah merencanakan ini sejak lama. Ingin anak-anak merasakan bahagia dihari bertambahnya usianya. Mulia sekali.
Teman yang kutemukan melalui aplikasi konsultasi dokter online. Berujung pertemuan di dunia nyata. Dia gadis yang awalnya menurutku lucu. Berkonsultasi dengan ku hanya untuk bertanya perihal normalkah mencintai seseorang selama enam tahun tanpa kejelasan dan berpaling sedikitpun?
Ku pikir, ini tidak perlu dikonsultasikan secara psikiater dan pasien. Orang ini hanya butuh teman cerita. Jadi aku menawarkan diri untuk menemuinya. Akhirnya menjadi teman dekat.
Jujur saja, aku sudah sampai duluan daripada yang punya acara. Membuatku tertawa sedikit kesal.
Aku menelefon Yena. Menyuruhnya segera datang karena ini sudah memasuki jam makan siang. Anak-anak sudah banyak yang menaruh pandang pada susunan nasi kotak itu.
Tidak lama, Yena datang menggunakan mobil jenis sedan hitam. Mengkilat. Ia turun dari bangku depan, sisi kiri mobil. Berlari kecil menghampiriku yang sedang berdiri tegak pinggang di ambang pintu.
"Huaaa maaf telat, nih! Temen gue lama banget, gue nebeng dia soalnya. Dia yang nawarin, sih." Jelas Yena dengan bibir manyun.
Aku tertawa melihat ekspresinya. Lalu menyuruh masuk. Aku sudah seperti yang punya acara sekarang.
Tak lama setelah kami masuk, seseorang datang. Aku melihatnya saat ia sedang membelakangi kami untuk menutup pintu kembali. Berpakaian jas, seperti eksekutif perusahaan besar. Aku sering melihat ini hanya di drama korea. Pria ini memakai anting bulat. Mungkin, ini teman Yena tadi, sengaja berpakaian necis.
Aku memalingkan mataku ke layar ponsel. Sambil duduk, aku sibuk memeriksa notifikasi media sosial maupun pesan singkat dari teman sejawat di rumah sakit.
Rasanya ada yang duduk disamping kiriku. Aku menoleh ke kanan, Yena disana. Ah, mungkin anak-anak panti. Lalu menoleh ke kiri, batinku terkejut.
Jantungku berdebar kencang. Mungkin jika ia mendekat, degupan ini terdengar. Aku sedikit bergeser, hampir merapat ke Yena.
Pria ini menatapku, teduh. Pria yang tidak pernah hilang bayangnya didalam diriku. Mulutku kehilangan kata-kata.
Ia tersenyum. Mengingatkanku pada perkenalan pertama kali kala itu.
"Kamu nggak nyari aku, ya?" Kalimat yang pertama keluar dari bibirnya.
Aku tak menjawab. Speechless.
Setelah empat belas tahun, akhirnya aku menatap wajah itu. Wajah yang selalu memandangku lembut dan selalu setia mendengar ceritaku. Wajah yang sama.
Sungguh, aku sangat merindukan orang ini. Jeon Jaekey. Cherra's first love.
*******
Ahoyy akhirnya lanjut juga💃🏻
Padahal tulisanku ga bagus, tapi aku suka sama cerita ini hahaha, emang udah direncanain kalo bakal lanjut jika seandainya ga lolos challenge. Semoga rame hehe❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Rainbow Pt. 2
Romance[ Disarankan untuk membaca Sweet Rainbow pt 1 terlebih dahulu! ] 💜 Pelangi setelah hujan telah muncul. Cherra berhasil menjalani hidupnya dengan baik dan bertemu kembali dengan Jaekey, pria yang menjadi mentarinya. Tetapi, Jae merasa hujan bergemur...