Hallen terus memikirkan tentang apa yang baru saja dia lihat, 'Apa mungkin masa hukuman Zemo sudah berakhir?'. Batin Hallen
Hallen menatap jendela, lalu berjalan kearah dapur. Hingga tiba tiba ponselnya bergetar
Warning!: Tahanan dunia, Baron Zemo dikabarkan melarikan diri dari sel.
"Terjawab sudah". Ucap Hallen sambil menatap ponselnya.
•
"Orang Wakanda memburunya". Ucap Bucky pada Sam, "Mereka memberiku waktu 8 jam, lalu aku harus menyerahkannya pada mereka". Lanjutnya, "Itu lebih baik daripada tidak sama sekali". Ucap Sam, Bucky dan Sam menoleh kearah Zemo bersamaan.
"Manisan Turki?". Ucap Zemo.
•
"Dr. Hallen". Panggil John, "Tidak, John. Aku sibuk sekarang". Hallen berjalan melewati John begitu saja, tapi John menarik tangan Hallen, "Ada apa?". Tanya Hallen sambil menghela napas.
"Kudengar kau menangani orang ini?". John menunjuk foto seseorang, Hallen mengangguk mengiyakan, "Ya, dia dulunya adalah klien dari Dr. Raynor. Tapi berhubung Dr. Raynor ditugaskan ke Jerman, aku yang menggantikan posisinya". Jelas Hallen, "Apa dia membawa seseorang?". Tanya John
"Seseorang?". Hallen mengernyitkan alisnya, "Ya, seperti rekan atau semacamnya?". Tanya John, Hallen kembali mengangguk, "Yah". Jawab Hallen singkat.
"Mereka bertiga?". Tanya John lagi, Hallen terdiam sebentar, "Tidak, mereka hanya berdua". Jawab Hallen, "Kau yakin?". Tanya John memastikan, "Ya, aku yakin".
John mengangguk, "Baiklah, kalau begitu terimakasih Dr. Hallen". Hallen mengangguk dan langsung meninggalkan John, "Lebih baik kau jangan menangani orang itu, Dok!". Hallen menghentikan langkahnya dan berbalik badan, "Kenapa?". Tanya Hallen, "Dia adalah orang yang berbahaya, juga keras kepala". Ucap John
Hallen menatap John lama, lalu tersenyum. "Kuakui dia keras kepala luar biasa, tapi dia sama sekali tidak berbahaya bagiku...". John ingin mengatakan sesuatu, tapi Hallen memotongnya, "Juga ini bukan urusanmu, Captain America!". Ucap Hallen sarkas lalu pergi meninggalkan John.
"Sepertinya Captain America itu sangat perhatian denganmu, Hallen". Ucap Emely rekan Hallen, Hallen menaruh tasnya dimejanya, lalu tersenyum renyah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kecil, "Itu konyol, Em. Captain America? Pahlawan? Aku tidak percaya itu". Ucap Hallen, "Ohh ayolah, Hallen. Banyak jasa Avangers untuk dunia ini. Apa itu kurang untuk membuktikannya padamu?". Ucap Emely
"Asal kau tahu saja, Em. Andai Iron Man tidak muncul saat itu, maka tidak akan ada dewa yang jatuh ke Bumi". Ucap Hallen, "Hmn... Yah, itu sedikit masuk akal". Sahut Emely, "Bukan sedikit, tapi itu kenyataannya". Ucap Hallen, "Ya, apapun itu. Aku yakin kau nanti akan tergila gila dengan pesona seorang Captain America". Ejek Emely
"Captain America sudah tiada, bukan?". Hallen menaikkan satu alisnya, "Ya, kau benar. Bagaimana dengan rekannya". Emely menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum pada Hallen, "Siapa rekannya?". Tanya Hallen
Kini Emely memutar bola matanya malas, "Ohh ayolah, Hallen. Apa kau tidak pernah mempelajari sejarah?". Ucap Emely tidak percaya, "Aku mempelajarinya saat sekolah, lalu melupakannya saat lulus". Ucap Hallen sambil meminum kopinya
"Apa kau tidak pernah mengingat jasa dari sahabat Captain America?". Tanya Emely
Hallen hanya menggelengkan kepalanya sambil terus meminum kopinya, "Aku bahkan tidak mengingat siapa namanya". Ucap Hallen, Emely menatap datar kearah temannya dan menghela napasnya, "Memangnya siapa dia? Dan kenapa aku harus menyukainya?". Tanya Hallen,
"Kau benar benar tidak mengenalnya?". Tanya Emely, "Tidak". Jawab Hallen, "Aku sedikit menyesal karna menjalin hubungan pertemanan denganmu, Hallen. Kau bahkan tidak mengenal siapa itu James Buchanan Barnes". Seketika mata Hallen terbelalak dan tersedak kopinya.
"Apa kau bilang?!".
•
"Apa pendapatmu tentang terapis barumu, Buck?".
Bucky memutar bola matanya malas, "Ohh ayolah, Sam. Kita sudah membahas ini daritadi". Ucap Bucky, "Entahlah, rasanya menarik saja membahas tentangnya". Ucap Sam sambil menatap langit malam, "Kau menyukainya?". Tanya Bucky, "Tidak, hanya saja aku merasa dia akan menjadi bagian dari kita". Jawab Sam
Bucky mengangguk paham, "Apa pendapatmu tentang Sharon, Sam?". Sam menoleh kearah Bucky, "Aku hanya bertanya". Ucap Bucky
Sam kembali menatap langit, "Tidak ada". Ucap Sam, "Bukankah dia ingin membantu kita?". Tanya Bucky, "Ya, kutugaskan dia untuk mengawasi pergerakan Karli dan timnya". Ucap Sam, Bucky hanya mengangguk, "Aku selalu bertanya pada diriku sendiri saat Steve memberikan perisai itu padaku". Ucap Sam, "Apakah aku bisa mengambil alih semua yang ada padanya? Karna untuk menjadi seorang Steve itu bukan lah hal yang mudah. Juga apakah pemerintah bisa mempercayaiku seutuhnya?". Lanjutnya
"Maksudmu, kau menyesal karna sudah berada dipihak Steve dan memilih menjadi buronan dunia?". Bucky menatap Sam, "Itu sudah jadi keputusanku, Buck. Lagipula kejadian itu sudah lewat". Ucap Sam, "Tapi semua itu akan lebih baik kalau kau tidak memberikan perisai itu". Ucap Bucky,
"Aku tidak pernah memberikan perisai itu padanya, Buck. Aku hanya....". Sam tidak melanjutkan kalimatnya, "Hanya apa?". Tanya Bucky, "Aku hanya merasa tidak pantas untuk menerima benda berharga itu". Ucap Sam sambil menatap ke bawah, "Steve tidak akan menyerahkan perisainya padamu jika dia merasa kau bukan orang pantas". Ucap Bucky
"Kau tidak mengerti situastinya, Buck". Ucap Sam sambil menoleh kearah Bucky, Bucky mengangguk dan pergi meninggalkan Sam, "Aku memang tidak tahu situasinya, tapi aku berada didalamnya". Ucap Bucky sambil berjalan ke dalam rumah, "Cepat masuk, dan beristirahatlah. Besok adalah hari yang berat!". Titah Bucky
•
Hallen mencuci dan menggosok-gosokan wajahnya, lalu menatap kaca yang ada di depannya, "Ini tidak mungkin!". Ucap Hallen
"Pertanyaanmu seakan-akan memberi kesan kalau kau tidak pernah mengenalku".
Seketika Hallen mengingat kata kata itu dan kembali menatap kaca yang berada didepannya. "Hanya ada satu cara untuk membuktikannya".
___________________________________________
Sorry for typo(s)