Chapter 34

3.6K 217 32
                                    

10 April 2021


•••

"Pagi, Anak--"

"Diam atau aku akan menghajarmu!" Raffael menodong Milo yang turun dari motornya dan menghampiri Raffael dan ibunya yang ada di sampingnya.

"Raffe, jangan begitu!" Sang ibu menegur putranya, mencubit pipinya gemas.

"Ouch, Mom!" Raffael mendengkus.

Milo masih cengengesan. "Pagi, Raffe, pagi Tante."

"Raffe, hanya panggilan sayang spesial dari Mom, kamu tidak boleh mengatakannya!" Raffael kembali menodong Milo yang cengar-cengir tak jelas, bahkan tatapan matanya terpaku pada Rivera yang kelihatan malu-malu. "Hei, dengarkan aku bicara!"

"De-denger, kok. Iya maaf, maaf." Milo tersadar dari lamunannya. "Ya udah, ayo berangkat."

"Kalian hati-hati di jalan, ya, Sayang." Rivera memeluk Raffael dan Milo bergantian.

Dan saat memeluk Milo, terasa nempel begitu saja.

"Hey, cukup!" Sampai Raffael menarik Milo, menghentikan aksi keduanya yang terlihat saling memeluk. "Sadar diri kamu, aku tidak ingin punya ayah pengangguran!"

"Hm iya deh iya." Milo tersenyum lebar. "Hehe seenggaknya dianggap jadi calon ayah." Raffael memutar bola mata malas.

Keduanya pun naik ke motor Milo, Milo menyerahkan helm pada Raffael yang kemudian dipakainya begitupun untuk dirinya sendiri.

"Dah Tante, kami berangkat!" Milo melambaikan tangan ke arah Rivera.

Rivera melambaikan tangan balik, wanita itu sendiri mengunci pintu rumah sebelum akhirnya masuk mobil, menuju ke kantornya. Semua berjalan seperti biasa hingga akhirnya ia bertemu Brendon, masuk bersamaan dengannya di lift.

"Emang gimana sikap anak saya jadi kamu suka sama dia?" tanya Brendon tiba-tiba, membuat Rivera menoleh ke arah pria yang menatap juga ke arahnya itu.

"Dia baik, perhatian sama saya dan Raffael juga, dan ...." Rivera mengingat banyak hal yang dilakukan Milo padanya, hal yang berhasil mengembalikan senyum Raffael seperti dulu. "Dia punya cara unik mencairkan suasana."

"Unik atau aneh, nih?" Brendon tertawa. "Saya tahunya keluarga saya aneh, saya aneh, Milo sifatnya hampir mirip sama saya."

"Yah ...." Rivera tertawa. "Menurutku Bapak bener-bener unik, kok."

"Kamu tahu, Mentari sebenernya juga bilang gini, saya punya cara unik tersendiri buat bikin dia bahagia sampai akhirnya jatuh cinta sama saya. Saya mikirnya itu cuman bahasa terhalus buat bilang saya aneh, tapi ini Mentari, istri saya blak-blakan, jadi ... saya percaya apa yang dia bilang." Brendon tersenyum hangat. "Kamu bisa tanya ke Mentari, saya gak boong lho."

"Saya percaya, Pak. Kalian memang ...." Rivera menatap Brendon, dan rasanya bayangan Brendon berkedip menjadi Milo. "Memang unik."

"Milo punya banyak kejutan, semakin dekat kalian, semakin tahu kamu gimana dia sebenarnya."

Rivera mengangguk. "Dia memang sebuah kejutan."

Pintu lift terbuka, Brendon dan Rivera menuju ruangannya, mulai mengerjakan apa yang memang harus mereka kerjakan.

Sementara di sisi Milo dan Raffael, mereka selesai upacara bendera, dan kini dua anak itu kelihatan seperti sahabat yang terus nempel berdua, bahkan kini mereka duduk di tempat yang berdekatan, ke kantin bersama, dan anak-anak dibuat heran karena Raffael yang tersenyum bahkan juga tertawa.

Setelah sekian sejarah wajah Raffael selalu ditekuk murung.

"Ih, Milo sama Raffael imut banget kalau berdua, ya." Seorang cewek bergumam dari kejauhan. "Pengen gue jadiin kapal gue!"

"Heh, fujo terus!" Cewek yang lain mendengkus menanggapi. "Stres kali ya lo!"

"Ya abis gimana coba, hubungan mereka sedekat itu, gue iri, Milo jarang deket sama yang lain lho dan Raffael juga dari awal kayak patung jalan," jelasnya. "Bikin ngiri!"

"Kali aja mereka sahabatan, kan? Dimulai dari sering belajar bareng!"

"Sahabatan atau sahabatan, nih?" Wajahnya memesum.

"Tapi kalau diliat-liat, sih ...." Mereka memicing ke arah Raffael dan Milo, menatap mereka lekat-lekat. "Milo kesannya kek nasihatin, ngarahin, terus nolongin si Raffael gitulah. Kok kalau gue teliti mereka mirip hubungan ...."

"Sugar daddy dan sugar baby?!"

Langsung saja, cewek itu mendapatkan jitakan di kepala.

"Bapak sama anak! Lo gimana, sih?!"

Mendengar teriakan itu, semua yang ada di kantin menatap para cewek pengghibah itu, termasuk Milo dan Raffael sendiri.

"Kenapa tuh mereka?" tanya Milo bingung.

Raffael menghela napas malas. "Dari teriakannya jelas mereka tengah mengomentari kita. Aku lumayan mendengar apa yang tengah mereka bicarakan sedari tadi."

"Whoa, seriusan?" Raffael mengangguk. "Mereka nganggap kita punya hubungan kayak bapak dan anak gitu?" Lagi, Raffael mengangguk, menyesap minumannya. "Kita emang bapak dan anak sih, yagak?" Ia cengengesan.

"Kamu bisa bedakan kata calon atau tidak? Perlu aku mengajarkannya?" Raffael tampak sarkastik, sementara Milo masih saja tertawa.

"Iya iya, baru calon, tapi kan udah rasa bapak yang baik, kan ya?" Milo menggodai Raffael.

"Bukan hanya aku yang memerlukan ayah, Mom juga memerlukan suami."

"Hehe, kalau itu paham banget, Papah gue ayah yang baik meski aneh gitu lho." Milo menaikturunkan alisnya. "Rumah tangga bakalan jadi rumah elevator!"

"Apa maksudnya itu?" Milo hanya terkekeh melihat Raffael mengerutkan kening bingung. "Dan jangan lupakan, sekalipun kamu calon ayahku, nilaimu masih di bawahku. Rasanya kadang aku yang sebenarnya ayah."

"Hehe, Papah Raffael," kata Milo menggodai cowok itu, yang langsung menyesali ungkapannya. "Papah!"

"Hentikan atau akan aku pukul!"

"Ih, Papah kejam." Dan Milo kembali mencandai Milo, berperan bak anak kecil yang dimarahi ayahnya.

"Astaga, gue gak nyangka Milo yang top jadi bot!" Cewek penghibah kembali berulah.

"Heh, lambemu!" Temannya menegur.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY SEXY JANDA [B.U. Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang