Bab 30

7.2K 624 5
                                    

Tes terakhir untuk kelas lapangan akhirnya berakhir, beberapa pelajaran juga sudah mulai lebih santai. Hari-hari menjelang libur kurasa adalah hari-hari paling menyenangkan disini, karena makanan yang disajikan juga terlihat lebih banyak, lebih banyak waktu untuk bersantai dan jarang ada tugas.

Tapi saat sarapan hari ini ada suatu pembicaraan. Semua membicarakan tentang Gladys dari kelas analis, teman sekelas Megan dan Renee.

Gladys cewek yang cantik, baik, mudah bergaul dengan siapa saja dan pintar. Tidak di ragukan lagi dia akan menjadi lulusan analis terbaik dan akan menjadi agen teknis yang hebat. Aku sangat mengaggumi rambutnya yang pirang panjang, dia selalu membiarkannya tergerai begitu saja. Rambutnya selalu kelihatan indah, seperti satin. Tapi pagi ini dia sama sekali tidak keluar dari kamarnya, katanya sedang menangis.

Richa, teman sekamar sekaligus teman sekelasnya mengatakan kalau ada hal buruk terjadi dengan Gladys tadi malam. Dua teman sekamarnya, Anna dan Alex juga tidak kelihatan saat sarapan pagi ini. Katanya mereka sibuk menenangkan Gladys.

Bebarapa murid yang berhati baik –itu artinya Sam dan kawan-kawannya tidak termasuk- berniat melihat keadaan Gladys. Selain itu kami juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi, Richa dan Maya tidak mau memberitahu. Untungnya hari ini hari Minggu dan tidak ada tugas dadakan, jadi kami bebas.

Aku tidak bisa menikmati sarapanku dengan nyaman hari ini, entah kenapa perasaanku tidak enak. Mungkin akan membuatku lebih tenang kalau bisa melihat wajah Bayu, tapi lagi-lagi dia tidak ada. Beberapa hari ini aku jarang melihatnya, dia selalu berangkat dengan sangat pagi dan pulang larut malam. Aku pernah berpapasan dengannya suatu malam saat selesai latihan dengan Anzor, tapi waktu itu dia sedang mabuk berat.

Dan saat sarapan selesai, kami semua berbondong-bondong menuju kamar asrama Gladys. Noah dan Logan juga ikut, bahkan Taylor dan Liam yang selalu main basket di pagi hari juga ikut. Richa dan Grace yang menuntun kami, mereka masuk lebih dulu sementara kami menunggu di ambang pintu.

Logan dan Ginny tampak mengintip-ngintip dengan penasaran, kami semua jadi ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Aku ikut mengintip, tapi tubuh Gladys terhalang oleh Anna.

“Boleh kami masuk?” tanya Jade. Belum di perbolehkan, dia dan Liam sudah masuk. Aku dan yang lainnya mengikuti mereka masuk, membuat kamar ini jadi penuh sesak. Saat kami masuk, aku mendengar Lily memekik kaget. Aku masih belum bisa melihat Gladys dengan jelas, sekarang Emily dan Jade yang menghalagi pandanganku.

“Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Liam yang duduk di ranjang.

Sedikit-sedikit aku bisa melihat Gladys, ada sesuatu yang berbeda dengannya. Aku mendorong Emily Jade kesamping agar aku bisa melihat. Dan saat itu juga aku terkejut bukan main melihat Gladys. Aku memekik cukup keras sambil menutup mulutku. Rambut panjang Gladys yang selalu membuatku iri sekarang sudah tidak ada lagi, rambutnya di gunting asal-asalan sampai hampir botak.

Gladys masih terus menangis, wajahnya sudah basah dan matanya membengkak kemerahan tanda dia menangis semalaman. Aku merasa kasihan sekali padanya, hatiku rasanya ikutan hancur.

Liam sudah memeluk Gladys, menenangkannya. Kabarnya mereka memang sedang dekat, tidak heran kalau sekarang Liam terlihat emosi.

“Siapa yang melakukan ini?” Liam terus bertanya itu pada Gladys, sampai tiga kali Liam bertanya baru Gladys bicara.

Hanya satu nama, satu nama yang keluar dari mulut kecil Gladys. Satu nama yang membuat Ginny langsung menendang kaki ranjang milik Gladys sampai menimbulkan suara retakan. Satu nama yang membuat semua orang di ruangan ini mengeluarkan umpatan keras. Satu nama yang membuat dadaku terasa membakar mendengarnya.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang