46. Move On

8.2K 451 647
                                    

Move on itu bukan untuk pindah ke lain hati, apalagi mencari pelabuhan lagi. Move on itu tentang merelakan, memaafkan, belajar dari kesalahan, dan menikmati hidup baru tanpa mengingat masa lalu.

 Move on itu tentang merelakan, memaafkan, belajar dari kesalahan, dan menikmati hidup baru tanpa mengingat masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Baca sampai a/n, ya 💚)
























"Kado ulang tahun buat anak umur setahun bagusnya apa, ya?" Kun menggaruk kepalanya bingung sambil memilih-milih hadiah di online shop. "Kalau baju terus bosan nggak, sih? Kalau boneka, aku pernah ngasih yang besar banget. Itu aja katanya suka bikin Jenisha syok. Enaknya apa, ya? Mainan yang cocok buat anak setahun kayak gimana?" Seluruh pertanyaan itu Kun ajukan pada Brenda yang sedang duduk manis di depan laptopnya, ikut mencari kado yang tepat untuk putri temannya. "Nda, aku tanya kamu," ujar Kun pada Brenda yang sibuk sendiri di depan meja kerjanya.

Saat ini Kun sedang menyambangi Brenda di kostannya sebelum pergi ke bar untuk membuka bisnisnya, duduk bersandar dengan nyaman di kasur Brenda. Well, kalau boleh diceritakan sedikit, ini bukan pertama kalinya Kun datang ke kostan Brenda. Terhitung sudah lima kali sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih selama enam bulan terakhir ini. Kun biasanya datang untuk numpang tidur setelah bar tutup, tapi sekarang datang sebelum bar buka.

"Aku juga masih nyari, Kun. Kado buat anak kecil lebih susah, apalagi Jenisha udah setahun. Kayak kalau mau dikasih mainan usianya belum cukup, tapi dikasih baju-baju doang udah terlalu sering. Tanisha juga doyan beli baju buat anaknya, jadi baju Jenisha udah banyak." Brenda menyerah saat makin bingung harus memilih kado apa karena merasa Jenisha sudah memiliki segala yang dia butuhkan. "Nanti ajalah belinya, Kun. Lagian ulang tahunnya masih dua minggu lagi."

"Terus kenapa kamu udah milih-milih kado kalau masih dua minggu lagi?"

"Aku ikut kamu yang udah milih-milih kado duluan. Kamu 'kan paling semangat kalau urusan kado buat anak kecil, apalagi Jenisha."

"Kalau aku nyari, kamu nggak perlu ikut-ikutan nyari kali, Nda. Aku 'kan nggak ngajak kamu buat ikut nyari," gemas Kun sambil menyingkirkan ponsel dari wajahnya.

Brenda yang awalnya membelakangi Kun, memutar kursi hingga duduk menghadap pacarnya. "Tapi karena kamu tiba-tiba bilang mau nyariin kado buat Jenisha nggak lama setelah nyampe sini, aku jadi ingat buat ikutan nyari karena takutnya nanti lupa. Kalau kamu nggak ngomong mau nyari kado, aku juga nggak akan ikutan nyari."

"Jadi, ini salah aku?" Brenda mengangguk tanpa merasa bersalah, membuat Kun pasrah saja. "Aku nggak pernah percaya sama kalimat perempuan selalu benar, tapi kalau sama kamu, aku jadi percaya aja. Soalnya aku salah mulu di mata kamu."

Keluhan Kun malah membuat Brenda tertawa, lalu berdiri untuk naik ke kasur dan menghampiri Kun yang pura-pura merajuk untuk mendapatkan perhatian. Alih-alih memeluk Kun seperti yang diharapkan pria ini, Brenda malah menariknya untuk turun dari kasur agar tidak terlalu lama berada di kamarnya. Walau ini bukan pertama kali, Brenda tetap kagok saat Kun berkunjung ke kamar kostnya.

Second Lead (OPEN PO DI SHOPEE ANDROBOOKS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang