# O1O

2.9K 593 15
                                    

Di dalam bangunan putih yang luas, Haruto duduk di antara orang-orang penting lainnya. Pemuda Jepang tersebut memang paling termuda dari yang lain, tetapi kharisma tidak main-main.

Aura angkuhnya begitu kuat, membuat siapa saja akan tunduk kepada dirinya.

"Yo, Haruto. Apakabar?"

"Cukup baik." Jawabnya singkat sembari merapikan jam tangannya.

Pemuda dengan surai putih itu menganggukkan kepalanya pelan, senyum tipis kearah Haruto yang tengah sibuk dengan dunianya.

"Mari kita bahas---"

Omongannya terpotong, karena salah satu pengawal khusus datang menghampiri kedua orang penting tersebut.

"Tuan Lee dan Tuan Watanabe, bisakah berpindah tempat sesaat karena team khusus tengah mencari penyusup. 40 menit yang lalu, koki khusus ditemukan tewas di dapur."

Laporan pengawal membuat keduanya terdiam dalam sejenak, lantas Tuan Lee atau--Presdir Lee menganggukkan kepalanya pelan.

"Ayo kita beralih." Ucapnya, kemudian melangkah mengikuti pengawal tersebut. Begitupun dengan Haruto, pemuda tersebut akhirnya beralih dari posisinya.

Hingga tiba di ruangan yang amat tertutup. Tidak luas, tapi cukup untuk berdiskusi dua orang. Keduanya duduk di sofa ruang tersebut dengan saling berhadapan.

Satu pengawal itu berdiri di ambang pintu, ia membungkukkan tubuhnya sesaat.

"Kalian bisa diskusi disini, agar saya menjaga bagian luar karena keadaan sekarang amat tidak kondusif."

Haruto hanya menganggukkan kepalanya pelan, setelah itu pintu tertutup rapat membuat pencahayaan di ruangan tersebut minim.

Satu hal yang tidak Haruto sadari, bahwasanya kini ruangan tersebut telah di kunci dari luar oleh sang pengawal. Ya, pengawal itu adalah sang penghianat.

Orang itu mengeluarkan gawainya, dia berniat menghubungi seseorang yang jelas keberadaannya jauh dari lokasi ini.
ㅤ ️️
"Ruangan telah dikunci, gas beracunnya akan aktif 10 menit dari sekarang begitupun dengan sinyal daerah sini akan diputuskan. Laporan selesai, Tuan."

"Laporan diterima, kini lanjutkan rencananya, Noa."

"Baik." Panggil terputus, pemuda tersebut langsung melangkahkan kembali tungkainya. Tujuan pastinya tidak ada yang tahu, apa itu rencananya masih misteri begitupun dengan seseorang di panggilan barusan.

***

Jeongwoo terus berlari di dalam bangunan serba putih tersebut. Tak heran, bangunan ini cukup luas, mencari keberadaan seseorang di ruangan seperti ini akan memakan waktu cukup lama.

"Anjir, Haruto kemana?!" Panik, Jeongwoo merasa firasatnya tidak enak. Entah, ia pikir mungkin ada hal buruk saat ini atau dalam waktu dekat ini.

Tubuhnya disandarkan pada penyanggah bangunan, ia mengeluarkan gawainya guna menghubungi pemuda Jepang tersebut.

Namun nihil, tidak ada batang sinyal dalam gawainya. Aneh, tempat penting seperti ini tidak ada sinyal? Sungguh tidak masuk akal.

Jeongwoo berdecak, ia kembali memasukkan gawainya dalam saku jaketnya. Tanpa membuang waktu lagi, ia kini kembali berlari.

Bruk.

Pundaknya yang terdapat luka baru saja mengalami benturan dengan pundak orang itu. Hal itu berhasil membuat Jeongwoo meringis sesaat.

Ia menengok ke belakang, ah sial orang itu langsung melesat berbelok menuju pintu keluar. Terkesan begitu buru-buru dalam penglihatan Jeongwoo, bahkan untuk meminta maaf saja tidak dilakukan.

Tidak ada waktu untuk meringis, lantas Jeongwoo kembali menggerakkan tungkainya.

"Jeongwoo!"

Pekikan suara tak asing membuat Jeongwoo harus memberhentikan langkahnya kembali. Ia berbalik, ditemukan Junghwan kini menghampiri dirinya.

"Jeongwoo, sebentar. Sebelum sinyal diputuskan, gue dapat informasi bahwasanya mereka berencana membunuh Haruto."

Deg. Jeongwoo lantas membulatkan matanya tak percaya.

"Mereka siapa anjir?!"

Junghwan menggelengkan kepalanya pelan, "Kalau itu, kita juga enggak tahu Woo."

Jeongwoo mengacak rambut asal, bahkan kini surai hitamnya terlihat berantakan.

"Gue harus cari Haruto, firasat gue benar-benar tidak enak." Jeongwoo kembali berlari, ia bahkan meninggalkan Junghwan yang masih mengatur nafasnya akibat terus menerus berlari tadi.

"Woo, semakin lo masuk ke kehidupan Haruto, semakin tidak aman kehidupan lo, Woo." Itulah kalimat yang diucapkan Junghwan sebelum pemuda itu menyusul Jeongwoo.

[✓] Balance unlimited - HAJEONGWOO.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang