Dalam keningan malam ke dua mata itu terus mengawasi ke Arah Rumah Pak Jaya.
Sementara, Pak Jaya dan Pak Didi sangat mengantuk beberapa kali tampam menguap. Entah mengapa hari ini begitu panjang seakan waktu berjalan melambat.
" Mau tambah kopi " ucap pak jaya sambil menawarkan kopi.
" Tak usah nanti perut ku kembung " ucap pak Didi sambil Memegangi perut.
Sedangkan, Pak Gunawan sudah tertidur lelap kini hanya mereka berdua yang berjaga di luar dan suara jangkrik yang menemani keheningan malam. Ke dua mata itu terus mengawasi gerak gerik mereka dengan tatapan tajam.
Tak lama kemudian, terdengar suara longlongan anjing membuat suasana semakin seram di tambah jarak rumah ke rumah berjauhan hanya lampu yang tampak remang remang.
Pak Didi tersadar bahwa dirinya kini sedang di awasi dari ke jauhan. beberapa kali membenarkan posisi duduk hal itu membuat Pak Jaya terganggu.
" kamu kenapa sih Di, kok duduknya kaya gelisha gitu " tanya pak jaya
" huss ".
" huss apaan?". Tanya Pak Jaya heran
" Liat ke pohon mangga " ucap Pak Didi dengan suara pelan seperti berbisik.
Pak Jaya menoleh ke arah pohon mangga dengan membuka mata lebar-lebar Memperjelas pandangannya karena sangat gelap hampir tak terlihat.
" itu setan apa orang? " tanya Pak Jaya dengan suara pelan.
" lihat itu ke arah bawah " jawab Pak Didi dengan lirih.
Seakan paham dengan Temannya, Pak Jaya hanya mengangguk tangannya meraih gelas kopi maksud hati ingin mencairkan ketegangan di benaknya penuh dengan pertanyaan.
Mau apa dia, kenap terus memperhatinkan kami disini?." kita tunggu saja sebentar lagi" perintahnya dengan suara pelan.
" oke " ucap Pak Didi
Mata itu terus diam di balik pohon mangga setelah beberapa menit Pak Didi mematikan rokoknya beranjak dari kursi lalu berdiri dan terdengar suara..,
" Plettakkkk " seperti suara kayu yang patah terinjak.
" Woooi " Pak Didi berteriak
Pak Didi berlari menu sumber suara yang berasal dari arah pohon mangga. Di ikuti oleh Pak jaya yang mendahului, berlari menorobos kegelapan. Namun sepasang mata itu pergi berlari dengan cepat seakan hanya seklebatan saja. Pak jaya terus mencari keberadaannya mempertajam netra tetapi kehilangan jejak. Lalu Pak Jaya menerangi sekeliling pohon mangga dengan menggunakan senter hp terdapat beberapa puntung rokok dan kayu yang tertancap paku dengan bercak darah saat ingin menelusuri bercakan darah
" Jay sini " teriak gunawan dengan sangat keras.
" Tunggu! " ucap Pak Jaya
Menyadari Pak Didi tidak ada Pak Jaya berjalan kembali kerumah. Sementara Pak Didi di temukan dalam keadaan pucat, badan gemetar, nafasnya begitu cepat seperti sedang ketakutan, terbaring disamping Pak Gunawan menutup wajahnya dengan sarung.
" Minum dulu di " ucap pak gunawan menyodorkan gelas berisi air putih.
Pak Didi langsung meminumnya tangannya tampak gemetar dan kembali menutupi wajah dengan sarung.
Pak Jaya dan Pak Gunawan saling pandang Entah apa yang terjadi tak ada yang berani menanyai Pak Didi karena melihat keadaannya seperti itu.
Bagi Pak Jaya malam ini sangat melelahkan dan kemudian semua tertidur. Terdengar suara minta tolong
" Tolong " jeritan seperti minta tolong.
" Tolong.. Hiks..hiks..tolong" di ikuti suara tangisan
Pak jaya Mencari sumber suara tampak gelap hanya sinar bulan yang menerangi, ditambah kabut membuat jarak pandang terbatas.
Terus mencari sumber suara terdengar lagi suara..," Tolong " suara nya kini menjauh.
Tersadar itu suara anaknya, Fakhri. Pak jaya terus berlari hingga kini menemukan Fakhir duduk di bawah pohon tampak menangis kakinya di ikat oleh kain berwarna putih.
" Jay..Jaya bangun " ucap Pak gunawan
" iya " ucap Pak Jaya terkejut
" Kita pamit pulang sudah adzan subuh " ucap pak gunawan.
" Iya..iya..Didi mana?" tanya pak Jaya
" Tuh sudah nangkring dimotor " ucap pak gunawan sambil tersenyum.
" iya hati-hati dijalan terima kasih ya " ucap pak jaya.
Rupanya itu hanya mimpi ntah mengapa itu seperti sangat nyata.
Pak Jaya bergegas masuk ke dalam Rumah untuk menunaikan sholat subuh.*****
Detik ke menit lalu berganti hitungan jam, mentari sudah bersinar Pak Jaya memanaskan kuda besinya.
Dari kejauhan terdengar suara," awas "suara itu menjerit
" minggir " suara itu teriak
(Lalu seperti suara kayu yang dipukulkan ke tanah)
" bug...bug..bug "
Pak Jaya masih memanaskan motor lalu terhenti karena suara semakin ramai.
" mati..kau.mati "
Lalu suara itu berhenti tetapi, dari kejauhan beberapa orang dewasa memegangi karung di ikuti segerombolan anak kecil melewati rumah pak jaya berjalan ke arah sungai. Sementara, pak jaya tak menghiraukan tiba tiba dari dalam Rumah Mbak Mirna bertanya
" Bawa apa yang di karung? " tanya Mbak Mirna kepada anak kecil
" Ular hitam Bu, gede banget "
" Dimana?"
" Dari Rumahnya Bu Ani " jawab anak itu sambil berlari.
Pak Jaya terdiam lalu berpamitan menuju rumah Pak Krisna. Motornya berjalan perlahan lalu berhenti di depan Rumah Pak Burhan. melihat Pak Burhan berjalan pincang telapak kakinya di balut dengan perban menuju mobilnya.
Lalu pak Menancapkan gas melaju ke Rumah krisna. Tak di dapati Krisna di rumahnya lalu pergi kembali ke Rumah tiba tiba di rumah nya sudah ramai.
Bersambung...,
Tulis komentar krisan yang manis dan terima kasih sudah berkenan mampir*****
Note : tinggal beberapa part lagi cerita ini akan ending semangat ya tim reader.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Horor Nyata
HorrorBerisi kisah-kisah nyata para pendaki dan kisah horor lainnya