✨11✨

64 20 14
                                    

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Jadi haruslah bijak ketika kita ingin melakukan atau berbuat apapun sebelum penyesalan itu benar-benar datang
.
.
.
.
_

Kini Beby dan Arkan sedang berada di sebuah kedai kopi, setelah tadi berbelanja dan bermain di Timezone.

Sedang menunggu antrian Beby memberi jarak pada Arkan, padahal dari tadi dia selalu menempel pada Arkan.

Arkan menolah pada Beby yang sedang cengengesan, "kenapa?"

"Kenapa apanya?" Heran Beby.

"Kamu kenapa menjaga jarak dengan saya? Padahal dari tadi kamu nempelin saya terus, seakan tidak ingin berjauhan dengan saya."

"Dih, siapa yang nempelin Bapak?! Dan juga tuh baca!"

Arkan mengikuti arah tunjuk Beby dan menemukan sebuah kalimat yang membuatnya tersenyum geli.

Arkan mendekatkan dirinya pada Beby, "udah sayang nih gimana dong?" Bisik Arkan membuat si pemilik telinga tersipu malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan mendekatkan dirinya pada Beby, "udah sayang nih gimana dong?" Bisik Arkan membuat si pemilik telinga tersipu malu.

"Ishh apaan sih Pa?!" Salting Beby.

Arkan tertawa renyah hingga membuat lesung pipi nya terlihat jelas.

Masyaallah cakepnya jodoh orang, Batin Beby.

"Kenapa?" Tanya Arkan menyadarkan Beby dari lamunannya.

"Eh– Nggak kok Pa,"

"Saya tau kok saya cakep sayang jodoh orang, tapi lebih sayang lagi orangnya itu kamu."

Seketika pipi Beby memerah, dia menunduk untuk menyembunyikan rasa malu dan juga senangnya.

Kenapa dia tau ya? Apa iya dia cenayang kayak si Cia?! Batinnya.

"Loh pipi kamu merah kayak udang rebus aja," tawa Arkan membuat Beby mendongakkan kepalanya, melihat Arkan yang lebih tinggi darinya.

"Nggk kok," sanggah Beby.

"Tuhkan pipi kamu merah, kamu blushing ya!?" Tawa Arkan tak henti-henti.

"Bapak juga sih pake ngomong kayak gitu, jadinya kan baper saya," ambek Beby.

"Lah, kok jadi saya?"

"Iyalah Bapak!"

"Btw, nggak jadi deh baper sama Bapaknya," sambung Beby.

"Loh kenapa?" Tanya Arkan dengan nada yang sedikit kecewa.

"Bukannya Bapak yang bilang kalo saya baper Bapak nggak mau tanggung jawab, so, saya nggak jadi aja deh bapernya,"

"Eh– saya tarik omongan saya yang dulu, saya siap tanggung jawab kalau kamu baper,"

Ucapan Arkan berhasil membuat  Beby blushing lagi dan lagi.

MR.SBKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang