Part 30

14.9K 1.2K 14
                                    

Malam pertama bagi Alvin dan Shayna adalah ujian berat. Tidak, bagi Alvin ini lebih ke arah penyiksaan.

Mereka berdua sama-sama tidur menggunakan bathrobe karena tidak ada satupun baju yang bisa dipakai. Dan juga Shayna yang memunggunginya.

Alvin terlihat sangat miris tidur hanya menatap punggung Shayna.

Detik selanjutnya, Shayna berguling. Ia sudah terlelap. Jadi Alvin rasa Shayna tidak sadar jika ia berguling bahkan sampai ke samping Alvin.

Dengkuran Shayna terdengar. Tanda bahwa ia sangatlah lelah. "Lo ngiler? Secapek itu kah?" tanya Alvin tertawa kecil melihat sudut bibir Shayna yang basah.

Dia tidak ilfeel ataupun geli dengan pemandangan di depannya. Justru ini terlihat lucu dan Alvin menyukainya.

"Maaf Shayna. Harusnya gue buat batasan sama Dinda dari dulu. Apalagi sejak kita dijodohin."

Alvin menatap lekat Shayna. Mungkin hanya saat seperti ini ia bisa menatap wanita itu tanpa harus membuat emosi Shayna memuncak.

Bibir Shayna yang tadinya sedikit terbuka kini bergerak, seakan menggumamkan sesuatu. "Kue.. Kue.." gumam Shayna dalam tidurnya.

Dalam tidur saja Shayna tetaplah Shayna yang menyukai makanan. "Kue tadi enak karna disuap Kak Alvin."

Mendengar igauan Shayna membuat rasa senang menyebar di dalam tubuhnya.


Nanti gue buktiin Na, kalau gue emang ga pernah mau nyakitin lo. Lo gadis kecil gue.


Tawaran dari Reinhard sebelum acara resepsi tadi terngiang di kepala Alvin. Dia akan melakukan apapun untuk meluruskan semua ini.

"Tch, tau kan gue ga bisa nyentuh lo sekarang?" Alvin memperbaiki bathrobe Shayna yang tampak tersingkap. Memperlihatkan dada Shayna yang tertutup bra berenda.

Alvin tidak akan menyentuh Shayna. Tidak sampai Shayna yang mengizinkannya. Shayna adalah wanita yang harus ia hormati. Bukan hanya sekedar istri yang tunduk dengan suami.

"Sleeptight, Shayna," bisik Alvin sebelum ia menutup matanya perlahan. 

Jam berlalu dan matahari sudah bersiap untuk muncul. Shayna mengerang kecil dari tidurnya dan membuka matanya. 

"Hah?!" pekiknya tertahan saat bangun. 

Ia tertidur menghadap Alvin. Lalu menjadikan lengan pria itu sebagai bantalnya. Ada yang lebih parah lagi. 

Air liurnya jatuh membasahi lengan Alvin. Wajah Shayna berubah menjadi panik. Ia harus membersihkan lengan Alvin yang basah karena ilernya. 

Perlahan Shayna bangkit dari posisinya. Dengan langkah yang menjinjit, Shayna mengambil tissue di atas meja rias. 

Astaga Shayna! Bisa-bisanya lo ngences di sini! Ujar Shayna pada dirinya sendiri. 

Bisa-bisanya juga bathrobe Alvin ini lenganya tergulung hingga pundak. Perlahan Shayna membersihkan air liurnya yang bertumpahan di sana dengan merutuki diri sendiri.

Apa dia tau ya semaleman  gue tidur gimana? Jangan-jangan dia sadar gue ngences? Shayna terus bertanya-tanya sebari membersihkan lengan Alvin.

Masa bodoh dengan air liur. Dia pasti pernah melakukan banyak hal lebih menjijikan dengan Dinda itu. Sisi lain Shayna kembali bersuara.

Setelah selesai, Shayna berjalan mendekati jam di dinding. Masih pukul 6 pagi. Padahal tubuhnya sangat lelah namun Shayna bangun sangat pagi. 

Shayna tidak bisa menemukan kacamata dan handphonenya. Sepertinya semua barang berharganya masih di satu tas kecil yang berada di dalam kopernya.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang