Juli 1996
Hari ini harusnya menjadi musim panas yang menyenangkan bagi semua orang, tapi tidak dengan kepergian Sirius yang belum lama meninggalkan duka. Yang terkadang masih membuat beberapa orang menangis. Juga, hembusan nafas kasar terasa di sekitar tengkuknya sangat menganggu di tengah sinar matahari sore hangat.
"Berhenti melakukan itu, kalian berdua," Clementine menggantung kalimatnya dengan tekanan suara.
"Kau tahu kami berpikir."
"Jadi sekarang kau mulai berpikir, hah?" desisnya yang mendapat sambutan tawa renyah oleh kedua orang di belakang badannya.
"Maksud kami, kami telah memikirkannya."
Tutupan buku yang keras mengiringi mata tajam Clementine pada George. Fred dan George telah mengganggunya beberapa hari ini, juga Harry. Suasana tidak baik di sana karena baik Harry apalagi Clementine bersitegang satu sama lain enggan untuk menyapa.
Setelah kematian Sirius, Kementrian bahkan tidak ambil pusing dengan penggunaan sihir dibawah umur yang mereka lakukan dikawasan terlarang, orang-orang itu sibuk dengan Fudge, siapa yang akan menjadi Mentri baru, dan tentu saja Voldemort. Dan Mr. Weasley naik jabatan, kabar yang membahagiakan di balik kemalangan yang terjadi. Tapi, Clementine tidak bisa untuk tidak kesal setelah semua ini. Harry gegabah, seharusnya... Hanya bila saja lelaki itu bersabar sedikit saja mereka tidak akan kehilangan Sirius. Mereka tidak harus datang ke Departemen Misteri, dan bergulat dengan para Death Eater. Dia tidak pula pernah berkata bahwa dia dan Sirius memiliki cermin dua arah untuk bersama. Dan Kreacher, dia berbohong, kenapa Harry berpikir bahwa bertanya pada Peri Rumah yang berani mengutuknya adalah hal yang tepat?
Sekarang anak lelaki itu bahkan memiliki mental karena ramalan yang dia dapatkan pada malam itu.
"Kami pikir aura rumah kami semakin hari, semakin buruk dengan hadirmu dan Harry."
"Kau mengusirku?"
"Bukan! Tentu saja tidak,"
"Hanya saja, kau tahu bahwa Harry akan menghabiskan minggu terakhir di The Burrow, dan kalian sedang perang dingin sekarang. Bukankah pilihan yang kurang bijak kalau kau bertemu dengannya, terakhir kalian bertatapan kau membanting gelas di depannya."
Clementine mengacak-ngacak rambutnya, kepalanya sakit saat ini.
"Apa toko kalian tutup? Kenapa berada di rumah?"
"Kami tentu saja senang bila kalian saling membanting barang satu sama lain."
"Ya, itu seru."
"Lebih baik dari berdiam diri dan memberikan tatapan permusuhan."
"Lalu untuk apa kau di sini? Kau bahkan tidak mengacuhkan Ginny."
Clementine mengeratkan bukunya, dan beranjak dari rumput.
"Tidak ada, mungkin aku hanya ingin menatap wajah Fred."
Clementine pergi memasuki rumah yang terlihat hampir rubuh, sambil menguping percakapan kedua saudara kembar di belakangnya. Dengan senyum di bibirnya untuk pertama kali dalam beberapa hari.
"Dia menggodamu kawan."
"Ya... Dia."
Senyumnya padam saat berpapasan dengan Harry di depan pintu, Harry akan keluar dari rumah. Clementine berdecak malas, lalu bergeser membiarkan Harry lewat lebih dulu. Dengan canggung anak lelaki itu melangkah, dia melirik Clementine sesekali. Sebenarnya hanya Clementine yang memperlihatkan aura permusuhan yang tebal, Harry sendiri diam.
"Aku kira... Kita perlu bicara."
"Sungguh."
Clementine telah membuntuti langkah Harry, yang bukannya keluar dari rumah malah sebaliknya. Kini mereka berdua berada di kamar Ron, hening. Saking heningnya arwah di loteng menggeram beberapa kali. Clementine hanya menatap Harry datar dan Harry sendiri belum mengucapkan sepatah kata apapun. Sekali lagi arwah tersebut menggeram, hal tersebut membuat Clementine kesal dan menggebrak meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐎𝐖𝐍𝐈𝐍𝐆 | ᴛᴏᴍ ʀɪᴅᴅʟᴇ
FanfictionTom Marvolo Riddle x Original Character Tom- Crows laughed at me The inferi tore my body Even the worst of you, hear my voice Hoarse, blood Taste like lead in all over my mouth Why are you pushing me roughly? How ironic, I know that you want me. (s...