[0]

2 0 0
                                    

"Halo, kok kamu nangis sih?"

Yang disapa tidak menjawab, bahkan tangisannya makin kencang

'aku gakenal sih dia siapa, tapi kasian hmm'

Akhirnya ia memutuskan untuk menunggunya sampai tangisnya berhenti.

/10 menit kemudian/

'duhh lama banget nangisnya, bisa bisa aku dicariin mama, aku tanya lagi deh'

"Kamu jangan nangis terus dong, emang kenapa sih"

. . . . .

'perasaan niat aku tadi nyari temen deh, kayaknya gagal'

"Hiks, kucing aku mati tadi pagi, huhu hiks" , ia bersyukur akhirnya anak ini mau bicara.

"Kan kucing doang, tinggal beli baru, kucing kan banyak" , (emang dasar bocil kaga ngerti)

"KAN DIA TEMEN DEKET AKU DARI KECIL!" , ia terkaget kaget melihat anak ini berteriak.

'dih, kok marah sih' (gatau lah author juga cape nulisnya)


Anak ini kembali menangis, bahkan lebih parah dari tadi.

"Duh duh udah dong nangisnya, berisiikk!" ia berseru keras ke anak itu.

Si anak yang tadinya ribut menangis mendadak diam tegang mendegar seruannya.

"Aku aja yang jadi teman mu sekarang"

Si anak terheran heran melihatnya.

'ini orang baik atau jahat ya?'

"Mau gak?!" (galak amat)

"Ihhh yaudah kalo maksa" si anak menerima tawarannya dengan mata yang masi sembab namun hati sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Yaudah ayo pulang bareng"

Si anak hanya diam mengikutinya.






to be continued

DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang