Kina berusaha menyamai langkah kecilnya dengan langkah besar Naga. Gadis itu bahkan tidak bisa menikmati dengan jelas pemandangan indah akan interior lantai 3 rumah barunya. Jangankan menoleh sedikit, mengedip sekali saja ia sudah tertinggal jauh oleh Naga.
Begitu Naga memperlambat langkahnya di depan salah satu pintu, Kina tersenyum. Ia berpikir jika ruangan tersebut adalah kamarnya dan Naga hendak menunjukkan padanya, sebagaimana yang kedua orang tuanya lakukan sore tadi.
Memang, sejak kedatangan Kina secara resmi di rumah ini beberapa jam lalu, ia belum diperlihatkan sama sekali akan kamar khusus untuknya. Selama berjam-jam, ia asyik mengamati tukang kebun memotong rumput, para ART (asisten rumah tangga) yang terlihat membersihkan seluruh sudut bangunan megah ini, serta Keira dan para juru masak yang sibuk menguasai dapur. Hal yang menyenangkan bagi Kina melihat keadaan rumah begitu "hidup".
Oleh karenanya, Kina belum sempat beristirahat. Lagipula, sepanjang sejarah seorang Kinara Angelina dipenuhi dengan "istirahat" seperti bayi yang tidak bisa melakukan apa pun, membuat Kina ingin menikmati hal lain yang ternyata sangat berbeda dengan dunianya.
Tapi kali ini, sudah waktunya untuk beristirahat. Sudah malam. Dan Kina siap untuk merasakan kamar yang menurut maminya didekorasi secantik mungkin supaya Kina betah tinggal di sini. Tidak menyeramkan. Tidak dipenuhi sarang laba-laba. Yang terpenting, pencahayaannya tidaklah redup agar Kina jauh dari bayangan masa lalu.
Senyum manis di wajah polos Kina lantas menguap saat Naga menutup pintu tanpa membiarkan gadis itu masuk ke dalam. Kina mengerjap-ngerjap, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Dengan kepala meneleng menatap pintu seolah benda tersebut bisa menjawab pertanyaan di benaknya, Kina hanya bergeming di depan kamar ...
Naga.
Kina terlonjak saat pintu kembali terbuka dengan kasar, lantas memunculkan sosok Naga yang begitu besar di hadapannya. Tubuh serta tatapan yang mengintimidasi tersebut sanggup membuat tubuh mungil Kina merasa semakin kecil saking takutnya.
"Ngapain masih di sini?"
Suara itu begitu tajam. Gigi Naga yang tersusun rapi bahkan tetap terkatup rapat saat bertanya. Kina tahu, dirinya lagi-lagi membuat Naga kesal. Entah karena apa.
Kina menunduk. Kedua tangannya saling meremas di depan perutnya. Ia tidak ingin membuat Naga semakin marah karena hal itu pasti menakutkan. Yang Kina tidak tahu, responsnya saat inilah yang justru memicu kekesalan pada diri Naga.
"Kenapa nggak jawab?" Alis Naga yang terbelah oleh parut pun menukik. "Takut?"
Lugu, Kina hanya mengangguk. Meskipun tidak mampu membalas tatapan Naga, sosok tersebut seolah mampu menghipnotis Kina hanya dengan lisan.
Lagi, alih-alih tersinggung, Naga justru semakin merasa puas melihat Kina mampu dikontrol olehnya. Dengan begini akan menjadi lebih mudah baginya untuk menciptakan neraka kecil untuk si gadis manis bernama ...
Rrrr ... siapa nama gadis ini? Mengapa Naga lupa? Ah, tidak penting!
"Kenapa? Seram?"
Kina sontak melangkah mundur saat Naga mendekat. Sandal berbulu putih yang dikenakannya sampai hampir terlepas saking ngerinya.
Sampai punggung Kina membentur pintu di belakangnya. Sebelum kepala gadis itu menyusul dan mencium kerasnya dahan, telapak tangan Naga segera mencegah. Menjadi pembatas di antaranya.
Tanpa basa-basi, Naga membuka handle pintu dengan tangan lain yang terbebas begitu Kina sudah berdiri tegak kembali. Sebelum ia menjauhkan melepaskan tangan besarnya dari kepala sang adik, dagunya memiliki bekas luka pun mengedik, menunjuk kamar bernuansa putih dan biru muda dengan lantai kayu berwarna abu-abu muda. Dekorasi yang mengandung estetika serta kesan damai.
"Kamar lo."
Naga lalu memutar tubuhnya, siap berlalu. Namun, belum sempat ia mengambil langkah, ia kembali mengerling pada Kina dari balik bahu yang lebar.
"Jangan masuk ke kamar gue tanpa izin. Jangan sentuh apa pun di ruangan lain lantai ini karenanya semuanya milik gue. Jadilah anak manis yang nggak ngerepotin ..."
Tubuh Kina membeku. Seketika kilas balik akan masa lalu yang mengerikan pun kembali menghantuinya.
Jadilah anak baik. Jadilah anak baik.
"... dan yang terpenting, ssst!" Wajah pucat pasi itu semakin membuat Naga merasa memegang kuasa. Perlahan, pemuda itu menempelkan telunjuknya di bibir dengan sebelah mata menyipit. Lirih, ia melanjutkan kalimat otoriternya, "Jangan berisik ..." Seringai pun muncul. "Kitten."
***
Naga menghempaskan dirinya di atas ranjang. Menatap kosong langit-langit kamar dengan menjadikan sebelah lengannya sebagai bantal.
Papinya tidak salah, ruangan Naga memang sangat luas, lebih besar daripada milik Kina. Sekalipun gadis itu berteriak, Naga tidak akan terusik.
Ah, itu berlebihan. Ruangan mereka bukanlah home theatre yang kedap akan suara. Tapi setidaknya, sosok Kina yang penakut tidak mungkin akan mengusiknya. Terlebih setelah ia memberi peringatan secara langsung dan eksklusif akan peraturan di territory Naga barusan.
Seraya membayangkan wajah polos Kina muncul di langit-langit kamarnya, Naga membentuk pistol dengan jemarinya dan membuat gerakan menembak pada dahi gadis itu. Jika kedua orang tuanya berpikir, membiarkan seekor anak kucing berada dalam satu wilayah dengan sang raja hutan merupakan cara terbaik untuk membuat mereka dekat...
Salah. Keputusan yang salah besar.
"Damn you, Kitten. How can I stop you from making my life harder, hmm?" bisiknya dengan bibir menipis.
Tidak jauh darinya, Kina meringkuk seperti janin di atas ranjang seraya memeluk Mikku erat-erat. Kitten. Sekali lagi suara berat itu terngiang dalam benaknya. Kalau saja tatapan Naga tidak sarat akan permusuhan, mungkin Kina akan menyukai panggilan tersebut. Karena entah mengapa, jantungnya berdebar saat Naga memiliki nama unik untuknya.
Namun, situasinya berbeda. Naga membencinya.
Mungkinkah yang mami dan papi katakan benar adanya? Naga hanya keras di luar, tapi lembut di dalam.
Ya, kedua orang tuanya sempat berkata demikian saat Naga meninggalkan ruang tamu istana Kusuma usai "perkenalan" antara mereka terjadi. Mami Keira bahkan meyakinkan Kina jika Naga tidak akan berbuat kasar sekalipun ekspresi pemuda itu selalu terlihat marah tiap kali melihat Kina. Sang mami mengatakan pada Kina bahwa mencairkan es di hati Naga merupakan tugasnya, bukan orang lain.
Kina lantas terduduk karena pemikiran tersebut. Seraya menatap Mikku yang ia dudukan di atas pangkuannya, Kina menegaskan pada diri sendiri. "Bang Naga baik. Iya, kan, Mikku?"
Kina menggoyangkan bonekanya ke depan dan belakang, membuat Mikku seakan meresponsnya dengan anggukan antusias. Dengan senyum terkulum manis, Kina memeluk Mikku kembali lantas merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sangat luas nan empuk.
Besok ia akan menghadapi hari yang panjang. Tidak, bukan hanya besok. Melainkan tanpa batas. Setidaknya, sampai ia berhasil membuat Naga memandangnya sebagai seorang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and the Beast
RomanceNagara Kusuma tidak suka posisinya sebagai anak semata wayang digeser karena kehadiran Kinara Angelina. Segala upaya dilakukan Nagara untuk menyingkirkan adik angkatnya. Anehnya saat dia berhasil, Nagara justru tak merasa senang sama sekali. *** Nag...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir