Tak Ingin Menyerah

173 37 7
                                    

Park Jimin mondar-mandir di depan pintu apartemen Saehee dengan sebuah buket bunga di tangannya dan sebuah paper bag. Ia terus mengutak-atik ponselnya, menempelkan benda itu ke telinga lalu kembali mendesah kesal karena gadis itu tak kunjung menjawab panggilannya. Ponsel Saehee sudah tak bisa di hubungi sejak siang, namun Jimin masih tak ingin menyerah dan berharap ada keajaiban yang membuat ponsel Saehee kembali aktif dan ia bisa mendengar suara lembut Saehee dari seberang sana. Sudah berjam-jam Park Jimin menunggu Saehee di depan apartemennya. namun gadis itu tak kunjung muncul. Kaki Jimin yang mulai pegal membuat ia berjongkok beberapa kali, lalu kembali berdiri dan kembali berjalan kesana kemari untuk membunuh waktu dan rasa bosan yang hampir mencekik tenggorokannya.

Park Jimin melirik sebentar kearah bunga berwarna pink itu. Beberapa kelopak bunga terlihat gugur, tergeletak di lantai tanpa gairah. Jimin mengacak rambutnya pelan. Ia benar-benar seperti orang dungu yang dibutakan oleh perasaan sehingga bisa dengan bodohnya menunggu seseorang yang bahkan tidak ia ketahui pasti keberadaannya. Padahal, Jimin sudah menyiapkan beberapa hal spesial hari ini karena ini adalah ulangtahun Saehee. Ia mereservasi sebuah restaurant mewah di jantung kota Seoul, menyusun sederet agenda manis yang bisa membuat Saehee terkesan namun berakhir dengan berdiri di depan apartemen gadis itu tanpa kepastian. Benar-benar hari yang menyebalkan.

Samar-samar Jimin mendengar suara Saehee dari ujung lorong. Wajah kusutnya langsung berubah antusias. Ia merapikan setelan jasnya, menegakkan tubuhnya dan tak lupa menyisir rambutnya dengan jari, merapikan tiap helai rambutnya yang sudah berantakan tak beraturan.

Saehee muncul dari ujung lorong dengan Jungkook di sampingnya. Jimin langsung mengembangkan senyum, mencoba menenggelamkan raut kesal dan lelah akibat menunggu selama 8 jam di depan apartemen Saehee. Saehee tampak manis dengan balutan gaun selutut berwarna biru muda. Rambutnya yang tergerai dan makeup natural membuat gadis itu semakin sempurna di mata Jimin.

“Oh, Jimin Oppa.” Saehee terkejut melihat kehadiran Jimin di depan unit apartemennya.

Jimin melambaikan tangannya, juga menaikkan alisnya saat bertatapan mata dengan Jungkook. Jungkook melirik buket bunga dan paper bag di tangan Jimin. Senyum sinisnya muncul sebentar lalu dengan cepat digantikan dengan wajah ramahnya.

“Oppa sudah lama di sini?” tanya Saehee dengan nada pelan. Rasa bersalah menyelimuti gadis itu.

“Tidak. Aku baru 15 menit berada di sini,” jawab Jimin sembari melihat kearah jam tangan mewah yang melingkar di tangan kirinya. Senyum lebar itu masih belum hilang dari wajah Jimin, mencoba membuat suasana menjadi lebih baik.

“Maaf sudah membuat Oppa menunggu lama.”

“Ah, tidak apa-apa. Bukan masalah besar kok.”

Jimin melihat sosok Jungkook yang berada di samping Saehee, “ Apa kalian … barusaja dari suatu tempat?” tanya Jimin dengan ragu.

“Ya. Kami barusaja merayakan bertambahnya umur si cerewet ini,” jawab Jungkook. Tangannya mengusak kepala Saehee, membuat rambut gadis itu berantakan dan mendapat pukulan keras di dada dari empunya.

Jimin mengangguk. Sekarang ia baru tahu kenapa Saehee tidak bisa di hubungi. Tidak apa. Saehee hanya pergi merayakan ulangtahunnya bersama sepupunya. Tidak ada yang salah dari itu, iya kan?

“Baiklah, sebaiknya aku pergi. Tubuhku benar-benar remuk di pukuli olehnya seharian,” kata Jungkook sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Matanya kembali mengarah ke buket bunga di tangan Jimin, “ seharusnya kau tidak membawa bunga. Saehee lebih suka daging panggang daripada bunga seperti itu,” lanjut Jungkook sambil tersenyum miring.

Jimin menatap kearah bunga di tangannya lalu tersenyum tipis.

“Ah, benar. Ini untukmu. Selamat ulangtahun.” Jimin menyerahkan bunga itu kepada Saehee.

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang