Part 16 = Perasaan Hangat

13.4K 1.3K 29
                                    

HAI-HAI GUYS, AKUUU KEMBALI UPPP

ADA YANG NUNGGU CERITA INI NGGAK?
KOMEN DONG HEHEHE

TERIMA KASIH YANG UDAH BACA DAN KOMEN
KOMEN DARI KALIAN ITU LUCU-LUCU WKWKWK. JADI MOODBOSTERKU BANGET😌😌😌

OK LANGSUNG AJA YAH. KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF YAH SEMUA

💛HAPPY READING💛










Ben terus memandangi orang di depannya. Dirinya merasa menghangat dengan orang di depannya. Padahal orang tersebut hanya bertanya keadaannya. Lamunan Ben buyar setelah seorang gadis meletakkan tangan ke dahinya.

"Nggak demam kok," ucapnya polos.

Pletak

"Aduh, kenapa kepala Nada dijitak, sih, Pah?" tanya Nada kesal.

"Biar otak kamu kembali ditempatnya. Kamu nggak lihat kalau dia babak belur bukan demam," ucap Rudy sambil menunjuk Ben yang masih terdiam.

"Habisnya dia diam terus Pah, nggak jawab pertanyaan Nada," ucap Nada kesal.

"Emang kamu nanya apa? Nanya sakit apa nggak lebam di wajahnya?" tanya Rudy namun mendapat gelengan dari Nada yang membuat dahinya menyerit.

"Terus?" tanya Rudy.

"Nada nanya kapan mantan teman Nada dapat karma. Tapi nggak dijawab sama dia," ucap Nada polos.

Pletak

"Papaaaahhh!! Sakit," ucap Nada yang mendapat jitakan untuk kedua kalinya dari Rudy.

"Ngapain kamu nanya begitu. Emang kamu punya teman?" tanya Rudy yang membuat Nada mendelik.

"Jangan salah yah Pah, gini-gini Nada punya banyak teman. Bahkan yang ngantri buat jadi temannya Nada banyak. Cuma Nada males aja," ucap Nada bangga.

"Kenapa?" tanya Rudy.

"Tak sudi berteman sama rakyat jelata, aye-aye blekping," jawab Nada sambil berjoget yang membuat Rudy menepuk dahinya pelan. Sementara Ben yang melihat perdebatan ayah dan anak itu terkekeh pelan yang membuat kedua orang di depannya menoleh.

"Cuma di Indonesia orang babak belur masih bisa ketawa," ucap Nada polos.

"Kalian lucu," ucap Ben.

"Kami bukan kartun," ucap Nada dan Rudy bersamaan.

"Hahaha, kalian ada-ada aja. Ya sudah, kalau begitu saya permisi. Terima kasih sudah menolong saya," pamit Ben seraya berdiri.

"Nggak diobatin dulu lukanya, Nak?" tanya Rudy ramah.

"Nggak usah, Om. Nanti pas di rumah aja. Kalau begitu saya permisi. Semoga kita bertemu lagi," pamit Ben seraya salim pada Rudy yang membuat tubuh Rudy membeku. Namun sedetik kemudian Rudy dapat mengendalikan ekspresinya.

"Oh iya, hati-hati. Lain kali kalau malam jangan lewat sini, sepi soalnya dan banyak preman," ucap Rudy yang mendapat anggukan dari Ben. Tak lama setelah itu motor Ben pun melaju meninggalkan Rudy dan Nada. Tanpa mereka sadari, jika Ava sedari tadi menyaksikan itu semua dari dalam mobil. Ava menghembuskan napas leganya yang membuat Nada yang baru masuk pun heran.

"Kenapa Kak?" tanya Nada yang membuat Ava terkejut.

"Nggak papa," jawab Ava singkat.

"Kamu kenal dia Ava?" tanya Rudy tiba-tiba.

"Tidak," jawab Ava berbohong.

"Tapi kenapa Ava nyuruh Nada sama Papah nolong dia?" tanya Nada heran.

"Nggak usah nanya kalau lo udah tahu jawabannya," jawab Ava datar yang membuat Nada mendengkus.

"Tapi, Kak Ava hebat. Buat kibulin para preman itu pakai suara pistol sama sirine," ucap Nada kagum.

"Karena Ava mikir pakai otak. Emangnya kamu mikir pakai otot," celetuk Rudy yang membuat Nada mendelik.

"Papah fokus aja sama setir Papah. Biar kita semua selamat sampai tujuan dan dapat memesan makanan untuk Bunda tercinta," ucap Nada.

"Iya-iya Ndoro," jawab Rudy yang membuat Nada tertawa. Ava yang melihat itu pun hanya tersenyum samar tanpa diketahui siapapun. Namun senyum itu menghilang dan digantikan dengan wajah yang datar kala melihat pesan di ponselnya.

"Gue harus mulai mencari tahu."

***

Seminggu sudah kejadian Ava dan Ben yang sempat menghebohkan kampus. Bahkan berita itu tidak hanya sampai ke telinga dosen tapi sudah sampai ke telinga dekan. Banyak yang mengira jika karena kasus itu Ava akan di panggil ke ruang dekan. Namun, faktanya sampai hari ini Ava masih dapat duduk manis di kantin sambil menikmati mie instan kuah dengan telur rebus setengah matang kesukaannya tanpa beban. Seluruh mahasiswa di fakultasnya pun dibuat heran tak terkecuali dua makhluk yang sudah duduk didepannya dengan tatapan penuh pertanyaan. Ava yang sudah jengah pun mengalihkan pandangannya ke arah dua makhluk dihadapannya dengan tatapan tajamnya yang membuat dua orang di depannya pun cengegesan tidak jelas.

"My honey bunny Ava nggak mau ngomong sesuatu gitu?" tanya Rama membuka suara.

"Nggak," jawab Ava yang kembali meyantap mienya.

"Lo kok tenang amat, sih, Va. Seluruh orang di kampus ini bicarain lo tentang kejadian minggu kemarin," ucap Monica.

"Gue nggak peduli," jawab Ava yang membuat keduanya mendengkus.

"Kalian kenapa? Muka kalian udah kaya nahan beban hidup aja," celetuk Pandu yang baru datang.

"Mereka memang beban. Beban negara sama beban masyarakat," ucap Yuda yang tiba-tiba muncul di belakang Pandu. Sontak Monica dan Rama menatap tajam Yuda.

"Rakyat jelantah nggak usah banyak bacot!!" seru Monica dan Rama bersamaan yang membuat Yuda mendelik.

"Lo kira gue ikan asin apa?" tanya Yuda kesal.

"Lebih tepatnya ikan busuk," ucap Rama yang membuat Yuda seketika mengambil kotak tisu di dekatnya dan langsung ingin melemparkannnya ke arah Rama. Namun, gerakan itu terhenti karena ucapan seseorang.

"Boleh duduk di sini?"

BERSAMBUNG. . .

NAH SIAPA TUH TAMU YANG DATANG TANPA DIUNDANG??

PENASARAN?? IKUTI TERUS CERITANYA

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN.

TERIMA GAJAH😄😄😄
11 APRIL 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang