Part 35

14K 1.4K 29
                                    

Hari keempat telah terlewati. Shayna merenung di dalam kolam jaccuzzinya. Sejauh ini semua baik-baik saja.

Mereka menikmati liburan ini dengan baik. Memacu kuda di pantai, menyelam, jetski, hiking, mengunjungi pulau-pulau indah lainnya, bahkan taman nasional dan Pulau Komodo.

Penginapan mereka juga nyaman. Walaupun jelas ini tempat pasangan muda mudi berbulan madu namun Shayna tidak mempermasalahkannya.

Sebuah cottage di pinggir laut dan memiliki dua tingkat tiap cottagenya. Lantai pertama dikhususkan sebagai tempat tidur dan tingkat kedua sebagai kamar mandi dan sebuah kolam jaccuzzi yang langsung menghadap laut.

Cottage ini lebih seperti gubuk yang di berikan sentuhan seni sehingga sangat nyaman dan indah. Walaupun awalnya canggung, mereka berdua bisa beradaptasi sehingga liburan ini benar-benar menghilangkan semua penat yang ada.

Sampai saat tadi mereka mengunjungi Kampung Todo. Seperti wisatawan lainnya, mereka diajari banyak hal. Dari upacara adat, tarian hingga menenun.

Ketika sibuk belajar menenun, salah satu tetua desa itu mendatangi Shayna dan Alvin. Ia berkata pada mereka dengan bahasa yang tak Shayna pahami.

Namun tour guide mereka menerjemahkan perkataan sang tetua.


Katanya mas sama mbak bakal punya tiga kebahagiaan. Tiga-tiganya datang di waktu yang bersamaan. Memang tidak ada perjalanan yang nampak semulus pasir di pantai. Tapi benang merah kalian panjang dan tak pernah putus.


Shayna masih mengingat jelas bagaimana para wanita yang mengajari dirinya menenun itu mengangguk senang mendengar perkataan sang tetua.

Mereka juga memberikan jempol mereka seakan Shayna mendapatkan sesuatu yang sangat baik.

Tiga kebahagiaan? Tiga kebahagiaan apa? Gue jadi penasaran. Ia sibuk menerka-nerka apa tiga kebahagiaan yang dimaksud oleh tetua desa tadi.

Alvin sendiri tidak ada mengomentari apapun. Ia hanya diam dan tersenyum menimpalinya. Juga, pria itu tampaknya tidak penasaran dan acuh tak acuh mendengar ucapan sang tetua.

Hembusan nafas Shayna kembali terdengar. Beradu dengan suara ombak yang berdebur.  Hari sudah malam. Listrik pun sudah padam.

Satu-satunya penerangan adalah lampu pijar yang di pasang di sekeliling resort ini. Bahkan sinyal telefon pun susah. Hanya tersedia di bangunan utama yang cukup jauh dari cottage mereka.

"Shayna? Lo udah selesai?" Suara Alvin terdengar.

Shayna menoleh ke belakang, mendapati Alvin berdiri di tangga. Kepalanya sedikit menyembul, seperti bersembunyi takut jika ia menganggu waktu privasi Shayna.

"Belum. Kalau mau berendam, sini bareng gue. Kalo lo mau mandi, gue bisa selesai sekarang kak," jawab Shayna.

Berendam bersama Alvin bukan hal buruk. Hari keempat, mereka sudah bisa menghilangkan rasa canggung mereka. Alvin dan Shayna seakan lupa akan permasalah sebelum pernikahan mereka berlangsung.

Mereka sudah melakukan banyak hal bersama selama di sini. Apalagi ditambah sinyal yang tak ada, membuat mereka tidak bisa mengandalkan ponsel untuk kesibukannya. Shayna juga tampak menerima Alvin dengan baik sebagai teman travellingnya.

Langkah kaki Alvin terdengar mendekat. "Gue bawa ini, in case kalo lo mau." Di tangannya ada sebotol wine merah yang diberikan pihak penginapan.

Shayna menerima botol itu. "Jangan ikutan minum. Gue gamau lo mabok terus malah aneh-aneh." Ia mengingatkan Alvin.

"Gue bisa minum air anget dari jaccuzzi ini."

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang