Part 36

13.6K 1.3K 19
                                    

Matahari sudah naik ke singgasananya. Padahal jam baru menunjukkan pukul 5 pagi. Tapi terangnya seakan mereka sudah bersiap untuk berlari pagi.

Seberkas cahaya masuk melalui celah gordyn cottage yang Alvin tempati. Ia tersenyum melihat Shayna yang terlelap di sampingnya.

Tidak, Alvin dan Shayna tidak melakukan apapun semalam.

Setelah Shayna mengungkapkan semuanya, ia menangis. Ia menangis karena mengatakan mereka berdua bodoh. Shayna bodoh karena mencintai pria yang sudah menyakitinya.

Alvin pun bodoh karena memberikan semuanya pada Shayna, sampai rela mempertaruhkan ibu dan adiknya. Awalnya Alvin terkejut karena Shayna mengetahui semuanya.

Semua yang ia lakukan. Dari pembicaraan Alvin tempo waktu dengan kedua orang tua Shayna terkait keterbatasan biaya Alvin sampai bagaimana Joshua bersedia menggantikan tugas Alvin untuk menghidup ibu dan adiknya sementara waktu.

Shayna terus menangis hingga ia kelelahan dan tertidur. Dibawah pengaruh wine dengan kadar alkohol tinggi, apalagi Shayna menegaknya seperti orang kehausan.

Akhirnya Alvin harus menggendong Shayna untuk berpindah ke kasur mereka. Bahkan Alvin juga harus menggantikan baju Shayna semalam.

Tanpa setitikpun fikiran kotor ketika melihat tubuh polos istrinya, Alvin memakaikan piyama Shayna. Memastikan Shayna tidak kedinginan setelah berendam.

Kata terakhir Shayna sebelum ia jatuh dalam alam tidurnya adalah Yakinin gue kalau perasaan lo tulus buat gue. Buat gue percaya kejadian kemarin itu bukan keinginan lo.

Difikirannya hanya ada Shayna sayang gue. Shayna sayang gue. Shayna sayang gue. Hanya itu.

"Temennya PinPin kalo tidur harus selalu ngences ya?" gumam Alvin saat melihat sudut bibir Shayna yang basah.

Ini terasa seperti malam pertama mereka di hotel setelah pernikahan. Jemarinya merapikan anak rambut Shayna. Padahal menurut Alvin kata-kata tetua Desa Tojo tadi tidaklah sepenting itu. Tapi Shayna mempercayainya.

Alvin harus banyak-banyak berterimakasih pada sesepuh di sana. Karena telah membantu meyakinkan Shayna untu tetap bersama Alvin.

Puas memandangi Shayna yang tidur, Alvin bangkit dari kasur. Ia membawa ponselnya menuju ke gedung utama penginapan. Berusaha mencari sinyal di sana.

Sesampainya di tempat itu, keadaan masih sepi. Tentu saja, ini pukul 6 pagi. Sarapan akan ada pada pukul 7. Tapi Alvin tak perduli.

Ia menduduki salah satu beanbag yang ada. Lalu membuka semua notifikasi ponselnya. Email pekerjaan hingga grup persepupuan mereka yang berisik membicarakan semua hal.

Tapi yang menarik mata Alvin adalah pesan Reinhard. Reinhard juga sempat beberapa kali menelfonnya.

"Mungkin di Jakarta masih jam 5 pagi. Apa gue telfon aja?" Alvin sedikit menimang-nimang.

"Oh iya, ini hari kerja. Biasanya Reinhard udah bangun sih buat ngegym."

Hanya Reinhard yang akan bangun pukul setengah lima pagi lalu menghabiskan pagi di tempat gym apartemen mereka sebelum ia pergi ke kantor.

"Anjrit! Lo kemana aja Alvin?! Gue kira kalian nyasar dibawa lari Komodo!" Suara Reinhard terdengar berteriak dari seberang.

"Jangan teriak. Gue bisa tuli gara-gara lo."

"Maaf. Gimana di sana? Seru? Shayna baik-baik aja?"

"Baik. Dia baik kok."

Dan Alvin mulai menceritakan semua yang terjadi semalam. Bagaimana yang Shayna rasakan padanya dan Shayna yang memberi kesempatan untuk Alvin memperbaiki kesalahannya.

Coba Dulu Shay! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang