"Assalamual'aikum sayang."
"Waalaikumussalam bundaaaaa, kenapa telpon bund?"
"Kamu kemana? Dimana? Sama siapa? Kok sekarang belom pulang?"
"Oh iya! Aku lupa bilang, aku lagi sama abang bund, di dufantasy."
"Oh bagus lah kalo sama abang, besok-besok jangan lupa bilang ya, bikin bunda sama ayah khawatir tau."
"Hehe siap bundaaa!"
"Yaudah, Assalamu'alaikum"
"Waalaikumussalam bunda"
Anby bertanya. "Bunda?" Viola mengangguk.
"Tapi bang! Kenapa dia ikut juga!?" Tanya Viola dengan kesal sambil menunjuk pria disebelah Rian.
"Abang gak tau, tanya Rian noh." Jawab Anby.
Viola menatap Rian. "Kan kalo lebih rame, lebih seru. Lagian ya nanti pasti kalo ada wahana yang tempat duduk nya berdua, terus lu berdua sama bang Anby sedangkan gua sendiri, ngenes banget kan?" Jelas Rian sekalian komplen.
"Cih yaudah ye in." Pasrah Viola, tapi tidak mungkin dia pasrah.
"Lu juga kenapa kaga nolak ha!?" Tanyanya pada Arsen.
"Udah."
"Gimana nolaknya?!" Tanya Viola lagi.
"Gak mau."
"Kalo lu nolak gitu mah ya jelas bakal dipaksa sama Ian lah! Baka desu."
Anby menyentil mulut Viola. "Ih sakit bang!" Viola masih kesal.
"Arsen tuh seumuran sama abang, jadi kamu harus lebih sopan dikit."
"Shitte iru." (Tau.)
"Hayo minta maaf sekarang."
Viola yang terlalu minder untuk minta maaf tapi harus menuruti perintah Anby pun memutuskan minta maaf dengan bahasa jepang.
Aturan Keenam Keluarga Geiz; Adik dari keluarga Geiz harus menuruti perintah abangnya/kakaknya jika itu mengenai sopan santun dan untuk kebaikan adiknya dan jika adiknya tidak menuruti akan dikenakan sanski berupa tidak diberi uang jajan selama tiga hari.
"Gomen'nasai." (Maaf.) Ucap Viola sambil sedikit menunduk di depan Arsen tentunya dengan muka malas.
Arsen yang melihat itu pun tersenyum miring dalam hati tapi tidak dengan mukanya yang masih datar seperti biasa, lalu berjalan begitu saja melewati Viola tanpa sepatah kata pun.
"Tuh kan bang liat! Gimana Ola mau sopan coba kalo dianya aja begitu." Adu Viola sambil menunjuk Arsen dari belakang.
Rian dan Anby tertawa ringan saat mendengar aduan Viola, menurut mereka itu menggemaskan walaupun terkadang menyebalkan.
"Udah gak usah dipikirin," kata Anby sambil mengusap kepala Viola.
Rian mencubit pipi Viola. "Utu utu, udah ayo! Naik wahana aja mending."
Viola mengelus pipinya lalu mengangguk layaknya anak kecil yang habis nangis lalu ditawarkan untuk membeli mainan.
"Mau naik wahana apa?" Tanya Anby.
"Hmmm, itu lho bang yang kalo dipasar malem namanya kora-kora..," Jawab Viola dengan tampak berfikir.
"Yeu, sama bae itu mah disini juga namanya," balas Rian.
"Bodo amat." Balas Viola.
"Yaudah ayo," ajak Anby kemudian mereka berjalan menuju wahana tersebut.
Setelah sampai mereka langsung naik tanpa harus antri, dengan posisi..
Arsen-Viola-Anby-Rian
"Kenapa Ola jadi di deket Sen motor bang?!"
"Sengaja wleee. Lagian udah abang bilang jangan manggil Sen motor, enggak sopan." Ledek dan Tegur Anby sekali lagi.
"Ish dianya juga biasa aja tuh," kata Viola sambil melirik Arsen.
"Tetep aja gak boleh."
"Ntar gua laporin bunda lhoo HAHAHA!" Ancam Ian dengan tertawa
"Ih dasar adu—AAAAAAAA!" Saat Viola berucap, kora-kora tersebut langsung berayun dengan kecepatan sedang.
Namun bagi Viola yang baru pertama kali menaikinya, ini sudah seperti kecepatan maksimal, apalagi Viola lumayan takut dengan ketinggian jika tidak disamping Anby atau Rian.
"Cih payah, baru andante." Ejek Arsen.
*Andante: Sedang, Kecepatan seperti orang berjalan (69 - 76 Ketuk/Menit) -Tanda Tempo pada lagu (source : google)
Viola yang paham maksud Arsen pun langsung berdehem dengan tangan sebelah kanannya menggenggam lengan Anby dengan kuat.
"Ekhem! Khem! Khem! Gua tuh tadi kaget ya bukan takut, dasar lampu Sen." Alibinya sambil mengubah julukannya untuk Arsen.
"But, I told say you suck, not scared." (Tapi gua bilang lu payah, bukan takut.)
"Y-yaa gua cuma ngasih tau lu do—AAAAAAAA!" Kini kecepatan kora-kora tersebut berada di tahap maksimal dan saat itu juga Anby melepas tangan Viola.
Dan reflek nya Viola malah memeluk Arsen dari samping, Arsen pun sedikit kaget saat Viola memeluknya dengan kepala disembunyikan di lengannya.
Sedangkan Anby dan Rian malah asik menikmati wahana, Anby pun tidak sengaja melepas tangan Viola karena wahana nya sedang kencang, Anby reflek ikut-ikutan Rian mengangkat tangan ke atas.
"Hiks hiks tak-takutttt," rengek Viola dengan pelan, Ia reflek memeluk Arsen karena Anby melepas tangannya jadi dia merasa seperti Anby tidak mau di pegang olehnya.
Arsen bingung, dia tidak tahu harus bagaimana.
Dia pernah menonton anime, jika sang pemeran perempuan menangis ketakutan maka sang pemeran laki-laki akan memeluknya dan mengelus kepalanya.
Tapi Arsen.. memeluk Viola? Heh tidak mungkin.
Akhirnya Arsen memutuskan untuk mengusap kepala Viola sekaligus berkata. "Jangan takut."
"Hiksss, I-iy— HEHHHHH?!"
- A'LIV -
lebih dan lebih nya mohon tidak dimaapkan
sekian terima gaji, harta, dan tahta
salam tampar, bewithyuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENOLA
Randomstart writing (revisi version) : 2 sept 21 ending writing : pembaca aja gak tau, apalagi penulis ohooo ^AKAN DI UP DAN REVISI LAGI SETELAH CERITA 'OLDER ME' TAMAT^ But u can save this story on ur library (。・ω・。)